Entah Cinta Entah Tidak Pandai

2030 Kata
Pemuda itu mungkin tersenyum, tetapi tatapan matanya terlihat luar biasa sendu seolah-olah ia telah merasa hancur meskipun perjuangannya bukanlah hal yang mudah sayangnya kini yang Rulhan dapatkan hanya pertanyaan dan kehampaan saja. "Senyuman dan tawanya terdengar tidak tulus? Mata itu seolah-olah diliputi perasaan sedih dan hancur ya? Tidakkah ia lelah berpura-pura terlihat baik-baik saja seperti ini? Melihatnya tegar dan berjuang hanya untuk kehampaan entah mengapa membuatku sedih," batin Zaitunna sedih. Perlahan-lahan gadis itu memahami jika Rulhan sedang ingin mengalihkan pikiran Zaitunna, tapi cara yang ia lakukan adalah dengan mengorek luka lama yang belum sepenuhnya pulih dari hati pemuda itu. "Niat baikmu untuk mengalihkan pikiranku patut aku berikan ibu jari, Rulhan! Sayangnya cara yang kamu lakukan justru membuatmu terluka dan tidak seharusnya kamu menyakiti dirimu sendiri, Rulhan! Luka yang kau hadapi belum pulih dari hatimu jadi jangan semakin membuat lukanya semakin dalam begini Rulhan," lirih Zaitunna sendu. Seketika suasana di ruangan itu berubah menjadi sendu saat mendengar lirihan Zaitunna yang juga dirasakan oleh kuntilanak lalu tak lama kuntilanak menyahuti ucapan Rulhan yang kenapa terdengar seperti menghibur Zaitunna padahal dirinya juga tidak dalam keadaan yang baik-baik saja. "Itu hanya pemikiranmu saja, Zai! Aku yang sudah tiada man bisa melukai hatiku semakin dalam? Kadang sesuatu yang dianggap menyakitkan terasa sakit jika kamu berpikir itu sakit selama aku tidak berpikir demikian maka aku baik-baik saja kok! Lagipula kita sekarang teman bukan? Jadi aku hanya tidak ingin melihatmu bersedih seperti aku," ucap Rulhan lembut. "Berhentilah terlihat memuakkan, Rulhan! Kalau memang kamu sedang tidak baik-baik saja ya menangis saja sampai kau puas! Tidak perlu memasang senyuman yang menyebalkan begitu tau! Manusia selalu senang memasang topeng bahkan setelah meninggal kamu masih juga melakukan hal yang tak berguna ya Rulhan," sahut Kuntilanak datar. Fajn yang mendengar ucapan Kuntilanak membuatnya memarahi atma yang tak seharusnya ikut campur seperti ini sementara Zaitunna setuju dengan ucapan Kuntilanak yang terdengar ada benarnya juga jika di pikir-pikir lagi. "Hey kamu ini! Kamu tidak berhak ikut campur urusan orang lain tau tidak! Lagipula makhluk tak terlihat sepertimu tak akan bisa berbuat banyak juga kok! Jadi ingatlah batasanmu dan jangan keterlaluan meskipun daritadi saya diam saja ya! Tolong diam sebelum saya pindahkan kamu ya Kuntilanak!" omel Fajn serius. "Ucapan Kuntilanak tidak sepenuhnya salah kok! Dia memang ada benarnya terlebih mungkin dulu dia juga pernah hidup loh, Fajn! Kamu jangan mengerikan begini dong! Lagipula ia hanya ingin mengingatkan Rulhan jadi gak ada yang salah dengan niat baiknya itu! Sudahlah Fajn tenang saja! Tidak perlu panik juga kok," tutur Zaitunna lembut. Rulhan sendiri hanya tersenyum sekilas sebelum akhirnya dia sendiri juga bingung dengan perasaannya yang terlalu dalam atau memang ia tak pandai menghindari masalah yang justru di timbulkan oleh dirinya sendiri. "Ucapan Kuntilanak mungkin terdengar masuk akal, hanya saja aku sendiri juga bingung dengan perasaanku ini? Di satu sisi aku memang sedih akan hal yang menimpaku, entah cinta yang aku rasakan terlalu besar? Entah tidak pandai sadar diri bahwa semuanya telah usai? Rasanya hatiku cukup bingung atas apa yang harus aku lalui ini," gumam Rulhan santai. Namun Zaitunna memahami jika senyuman yang ditunjukkan Rulhan tak sepenuhnya baik-baik saja melainkan ia seolah-olah berusaha mengumpulkan kenangan entah perasaannya yang bisa saja terbagi menjadi serpihan kecil yang menyakitkan. "Padahal udah dibilangin sama Kuntilanak untuk jangan memaksakan diri kalau dia gak bahagia ya tunjukkan aja kesedihannya! Kenapa dia malah menujukkan senyum begitu? Sepertinya ada hal yang terlewat entah terlupakan oleh pemuda itu dan aku kasihan melihatnya tegar entah untuk siapa dia bertahan sekuat ini," batin Zaitunna sendu. Fajn yang sekilas melihat wajah nonanya sedih membuat pemuda itu berusaha mencairkan suasana sayangnya Kuntilanak malah berbicara ngawur membuat Fajn merasa kesal karena ia berpikir usahanya gagal, tetapi Zaitunna malah terkekeh karena ucapan Kuntilanak. "Sudahlah Zai! Hal yang menimpa Rulhan bukan salahmu dan bukan tugasmu memikirkan itu, tapi kalau memang ada orang yang ingin kamu salahkan mungkin Kuntilanak ini bisa jadi pilihan terbaik untuk kamu salahkan! Tuhkan! Lihat, Zai! Belum disalahin dia udah melototin orang? Emang layak banget sih dia disalahin," ujar Fajn santai. "Mulut lu tuh disekolahin gak sih, Fajn? Jangan-jangan pas sekolah ghoib lu bolos ya? Duduk di warteg mana lu sampe ngawur kayak begini! Hello, bapak Fajn yang terhormat! Saya bukan lagi melotot! Mata saya emang seperti ini! Kurang tidur saya! Puas kamu ledekin saya seenaknya begini iya? Emang atma tak berakhlak ya kamu ini," sahut Kuntilanak datar. "Ahahahaha! Kalian ini berdebat soal apa? Apakah kalian lupa? Kalian sama-sama makhluk yang tak terlihat loh! Masa saling beradu argumen begini sih? Lucu sekali aku melihat tingkah absurd kalian persis kayak anak kecil aja tau gak hahaha! Aduh sakit perut aku tertawa terus nih! Abis kunti sih lucu juga masa," kekeh Zaitunna senang. Mendengar tawa nonanya membuat Fajn merasa lebih tenang sedangkan Rulhan malah teringat dengan memori manis, tetapi tetap saja mengiris-iris hatinya dan mau seberapa seringpun pria itu abaikan masih saja kenangan itu membekas dihatinya. "Syukurlah jika Zai sudah terlihat tertawa sebahagia ini! Menurut saya tak ada yang lebih baik di banding melihat gadis kecil ini bisa merasakan kebahagiaannya! Sekarang aku jadi bisa lebih tenang karena akhirnya Zai tak teringat akan kisah sedihnya! Tetaplah bahagia ya Zai! Saya hanya bisa berusaha semampu saya," batin Fajn lega. "Orang lain mudah tertawa karena hal sederhana ya? Dulu demi membuat Aiko tersenyum entah mengapa rasanya sulit untuk saya lakukan, tapi walaupun sulit saya masih saja berusaha untuk membuatnya bahagia padahal balasan yang diberikan Aiko hanya hinaan dan ia bilang usahaku sangat tak berarti dimatanya! Kasihan sekali ya aku," gumam Rulhan sendu. Kuntilanak yang telah menghabiskan berpuluh-puluh tahun di tempat yang terasa menyesekkan ini juga menyahuti bahwa ia juga tak bisa lagi mengingat siapa sejati dirinya bahkan ia sudah sangat lelah dengan mencari tau hal apa yang akan ia lalui. "Jangan kamu, Rulhan! Saya yang sudah terabaikan sejak bertahun-tahun juga tak bisa berbuat banyak kok! Aku yang terlalu hilang arah sampai akhirnya aku benar-benar sudah tak lagi ingat lagi siapa jati diriku ini? Kadang aku berpikir apa salahku sampai aku berakhir begini cuma gak ada gunanya juga! Jadi yasudahlah sekarang aku hanya bisa pasrah," ujar Kuntilanak pasrah. Zaitunna melihat memang ada emosi sedih juga rasa pasrah yang begitu melekat kuat di wajah Kuntilanak itu hingga ia berusaha menawarkan apakah Kuntilanak memerlukan bantuannya atau tidak sebab Zaitunna sendiri tidak keberatan jika harus membantu Kuntilanak memahami siapa sejati dirinya. "Terkadang sesuatu terjadi tidak melulu artinya kamu salah, Kunti! Bisa jadi ada hal yang tidak kita tau dan memiliki alasan dibaliknya loh! Begini saja bagaimana kalau aku menawarkan pada Kunti perihal aku berusaha membantu kunti saja? Siapa tau dengan begitu Kunti jadi tau siapa sejati diri Kunti yang dianggap hilang itu? Mau tidak?" ucap Zaitunna lembut. Sayangnya Kuntilanak malah menggeleng-gelengkan kepalanya lalu ia mengingatkan Rulhan untuk jangan sampai menjadi seperti dirinya, tetaplah mencari hal yang masih bisa dicari oleh atma yang perlu mengingat lagi mengapa ia bisa menjadi seperti ini. "Tidak perlu, Zai! Aku hanya ingin mengingatkan Rulhan perihal apa yang sudah aku lalui jadi kalau bisa dia jangan sampai seperti aku yang hilang arah! Tidak apa-apa merasa dilukai ataupun merasa disia-siakan saat berjuang! Setidaknya dia harus tetap mencari dan mengingat semua hal yang tersisa sebelum semua ingatan itu tak lagi bisa diingat," ujar Kuntilanak datar. Rulhan memang berusaha menggali ingatannya yang tersisa, tetapi rasanya kenangan yang ada di kepalanya seolah hancur berantakan dan ia kesulitan memahami apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya lalu Zaitunna menenangkan Rulhan dan Kuntilanak bahwa ia akan berusaha untuk membantu mereka berdua agar mereka bisa kembali ke tempatnya. "Sebenarnya bukan aku tak berusaha mengingat memoriku Kunti, tetapi entah kenapa rasanya ingatan yang ada dikepalaku seolah-olah berserakan dan mungkin Rulhan juga masih bingung dengan apa yang terjadi juga kali ya? Sepertinya mencari hal yang seperti ditutup-tutupi itu agak sulit dan aku sendiri tidak tau harus mencari ke mana," ujar Rulhan sendu. "Apa yang kamu pikirkan tidak sepenuhnya salah, tetapi aku dan Fajn akan berusaha sebaik mungkin untuk membantu kalian berdua jadi kalian tenang saja dan lakukan hal apa yang kalian bisa lakukan nanti sisanya akan kami bantu semampu kami juga tolong tetaplah yakin pada hal yang kalian ingat ya? Dengan begitu kita akan menemukan jawabannya," tutur Zaitunna lembut. Kuntilanak hanya meminta Zaitunna untuk hidup lebih bahagia darinya sebab dirinya sudah tak ingat memori apapun dan ia hanya bisa menunggu waktu jadi ia memohon untuk Zaitunna lebih mendahulukan diri gadis itu dibanding mereka yang sudah menjadi tak terlihat lagi. "Jangan terlalu pikirkan diriku, Zai! Kamu yang selalu menangisi hari-harimu lebih baik pikirkan juga dirimu ya? Bahagiakan hatimu yang selalu menahan semua kesedihanmu sendirian! Aku bisa menunggu lebih lama dari ini jadi aku mohon untuk Zai lebih duluin hati Zai sendiri dan Rulhan saja! Aku tak apa-apa kok! Mungkin aku diminta lebih sabar," ujar Kuntilanak itu datar. Rulhan setuju dengan pemikiran Kuntilanak, tetapi pemuda itu juga menyemangati Kuntilanak untuk jangan menyerah mencari tau siapa sejati dirinya yang ia lupakan sebab tak ingat tidak berarti jika tak ada ingatan di sana itu hanya hasil yang perlu mereka cari lagi. "Kunti ada benarnya juga loh, Zai! Kamu tak masalah jika ingin membantu kami, tetapi jangan lupakan juga dirimu sendiri ya? Oh iya Kunti! Meskipun ucapanmu memang ada baiknya hanya saja kamu jangan menyerah untuk mencari tau siapa dirimu sebenarnya, Kunti! Mungkin kamu sekarang tak ingat, tapi gak berarti di sana gak ada ingatan jadi ayok cari lagi karena hasil butuh usaha kan," ucap Rulhan santai. Zaitunna setuju dengan ucapan Rulhan jadi ia berjanji akan sebaik mungkin untuk membantu mereka berdua sedangkan Kuntilanak memarahi Rulhan karena ia berbicara seenaknya dan Fajn yang tak mengatakan apapun untuk membantunya. "Setuju! Zai setuju banget sama ucapan Rulhan dan Kunti! Oh iya Kunti gak boleh loh menolak niat baik orang lain! Jadi aku berjanji padamu akan membantu kalian berdua sebaik yang aku bisa! Lagipula kemampuan aku memang harus digunakan untuk sesama kan! Untuk itu kalian percayakan saja usaha nantinya pada aku dan Fajn! Sudah pasti kami tak akan mengecewakan kalian kok, Kunti!" ujar Zaitunna semangat. "Kenapa sih Rulhan sama Zai ini susah sekali di kasih taunya! Mau sehebat apapun Zai atau Fajn sekalipun tak akan merubah banyak hal dan kenapa Rulhan harus berbicara seenaknya begitu dah! Apakah aku meminta bantuan? Tidak! Aku tidak perlu kamu urus sama sekali jadi tidak usah melakukan hal yang tak berguna deh, Rulhan?!" omel Kuntilanak kesal. "Sudahlah kalian ini seperti meributkan kayu yang sudah menjadi abu tau tidak! Tak ada gunanya jika berdebat akan hal yang mungkin Kunti belum ingin menggali luka lamanya! Biarkan ia dengan keinginannya dan sudahi pertengkaran ini toh Rulhan akan melalui proses Rulhan dan begitu juga Kunti! Paham bukan sampai sini," sahut Fajn datar. Suasana yang sebelumnya sendu kini berubah menjadi penuh tawa dan tak lama Fajn meminta Zaitunna untuk tidur karena ia butuh istirahat setelah hari melelahkan telah ia lalui, gadis cantik itu mengusap-usap matanya tanda ia memang mengantuk dan tak butuh waktu lama Zaitunna tertidur dengan nyaman. "Kamu telah melakukan hal yang baik, Zai! Sekarang sudah saatnya kamu istirahat untuk itulah tolong istirahat dengan nyaman dan jangan lupa maafkan siapapun mereka yang mungkin hari ini menyakitimu, Zai! Selamat beristirahat dan selamat malam ya Zaitunna," tutur Fajn serius. Dalam diam Rulhan memandang langit sambil mengucapkan hal yang terus berputar di kepala pemuda itu kepada Fajn yang sedang sibuk menjaga nonanya terlelap itu, sebenarnya Fajn bisa saja tak memperdulikan atma yang hilang arah ini sayangnya ia tak bisa bersikap demikian jadi ia mendengarkanya sambil menyahutinya dengan santai. "Fajn! Menurutmu apa yang kamu pikirkan perihal usahaku yang malah berakhir menyedihkan seperti ini? Apakah seharusnya saya melepaskan kenyataan bahwa saya sudah tak akan bisa kembali lagi ke dunia ini? Taukah kamu bahwa aku masih sulit menerimanya? Masih ada sedikit perasaan bersama Aiko sedangkan aku tau juga bahwa hal itu tak mungkin," ucap Rulhan sendu. "Mungkin yang aku pikirkan sedikit mirip dengan yang lainnya, tetapi balik lagi pikiran atau penilaian orang lain tak akan merubah jalan hidupmu kecuali kamu sendiri yang melakukan sesuatu untuk dirimu sendiri! Oh iya satu hal lagi mungkin bisa membantumu, cari kebenaran ingin yang kamu cari dan pulanglah dengan kebenaran yang kamu dapatkan," sahut Fajn santai. Bukan Rulhan tak ingin menyahuti ucapan Fajn melainkan atma itu berusaha memikirkan apa yang dikatakan arwah pelindung itu sebab rasanya ucapan Fajn seolah memberi Rulhan sedikit keyakinan untuk tetap berusaha meskipun hasil yang ia dapatkan entah apa nantinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN