Episode 01 : Bayi Yang Terbuang
Suara tangisan bayi terdengar begitu jelas membuat para pengurus panti berlarian keluar rumah untuk melihat anak siapa yang menangis di jam saat matahari saja bahkan belum menunjukkan sinarnya padahal biasanya matahari selalu bersinar dengan terang.
"Suara tangisan bayi darimana ini? Astaghfirullah ini masih jam 03:13 ... bagaimana mungkin ada orang yang tega membuang bayinya sampai seperti ini? Pasti bayi ini kedinginan ya? Kalau begitu perlu berbicara dengan ibu Lily! Dia pemilik panti asuhan ini jadi pasti dia tau harus apa untuk masalah inikan ya??" ujar salah satu pengurus panti bingung.
"Kalau bayi itu memang kedinginan kita perlu segera membawanya masuk ke dalam agar tidak sakit bukan? Lihatlah bayi mungil itu ia tidak memakai selembar baju dan hanya mengenakan popok bayi saja! Kita harus segera memakainya baju! Kasihan," sahut bibi pembersih khawatir.
"Benar! Bagaimanapun juga bayi ini tidak bersalah dan tidak seharusnya di buang seperti ini! Dia seharusnya berada di tempat yang nyaman dan baik untuk dirinya! Jadi sebaiknya kita harus secepatnya membawa dia masuk ke panti agar tak sakit," tutur pengurus panti yang lain lembut.
Setelah menghabiskan beberapa menit memperdebatkan perihal bayi yang terbuang di depan pintu panti asuhan ini, tak lama pemilik panti asuhan yang terlihat sudah cukup berumur datang dan menanyakan ada keributan apa sampai terdengar begitu berisik sepagi ini.
"Kamu bicara apa! Panti asuhan ini hanya panti kecil dan kita perlu membicarakannya pada bu Lily loh! Bagaimanapun juga beliau pemilik panti ini jadi sudah pasti hanya dia yang berhak untuk memutuskan masalah ini bukan kita semua loh!!" sahut salah satu pengurus panti serius.
"Ibu Lily juga pasti mengertilah! Apalagi beliau pernah bilang kalau tujuannya membuat panti asuhan ini ya untuk membantu anak-anak yang dibuang dan di telantarkan keluarganya! Jadi rasanya gak salah kalau membawa bayi yang kesulitan inikan," ujar pengurus panti lain santai.
"Lagian masa ingin menolong bayi yang tak berdaya saja harus membiarkannya di luar! Terus nanti kalau ada binatang liar yang menyakitinya bagaimana?! Bayi itu terlalu kecil untuk bisa melindungi dirinya sendiri jadi harusnya kamu gunakan pikiranmu!!!" ucap bibi pembersih kesal.
"Ada keributan apa ini? Masih terlalu pagi untuk kalian berisik dan mengganggu anak-anak yang sedang tertidur loh, kalau memang ada yang perlu dibicarakan silahkan kalian katakan pada saya! Bukan malah berdebat begini ya? Jadi ada masalah apa sampai kalian terlihat marah begini hm? Apakah ada sesuatu yang terjadikah?" tanya pemilik panti asuhan dengan lembut.
Mendengar pertanyaan dari pemilik panti asuhan membuat ketiga orang ini langsung terdiam dan tak lama tangisan bayi itu membuat pemilik panti menatapnya iba lalu tanpa berlama-lama lagi ia menggendong dengan lembut bayi mungil yang terlihat kelaparan itu.
Dalam diam para pengurus panti asuhan tersebut hanya bisa mengikuti langkah dari pemilik panti asuhan yang terlihat begitu menyayangi bayi mungil yang terlihat cantik itu dan tak lama salah satu pengurus melihat bayi tersebut memakai sebuah kalung.
"Itu ... anu, bu Lily! Bayi itu memiliki kalung yang sepertinya di sana tertulis nama bayi ini loh bu! Tidakkah ibu memeriksanya dulu sebab bagaimanapun juga kita perlu memanggilnya dan harus ada nama yang kita berikan untuk padanya kan ya, Bu Lily??" ujar salah pengurus panti serius.
Tak lama pemilik panti melihat tulisan apa yang tertulis di liontin kalung tersebut dan di sana tertulis nama Zaitunna Lucyviani Eiji membuat pengurus panti itu memilih untuk merawat bayi mungil yang di telantarkan di depan pintu panti asuhan ini.
"Kamu benar ... dia perlu nama ya? Ah ternyata nama bayi ini Zaitunna Lucyviani Eiji kalau begitu mulai sekarang kalian panggil Zaitunna dan saya akan mengadopsinya ya Zai," ucap Lily sayang.
Hari terus berganti hari hingga bayi mungil yang dulu menggemaskan perlahan-lahan berubah menjadi gadis remaja yang rajin dan penyayang terhadap banyak anak-anak yang bernasib sama dengan dirinya.
"Wah gambar kalian bagus-bagus sekali ya ... sepertinya kalian cocok menjadi pelukis ya hehe, oh iya tadi bu Lily meminta aku membagikan kalian permen ini! Ingat jangan berebutan dan tolong bermain dengan baik ya adik-adik! Di sini kita juga keluarga loh," ucap Zaitunna lembut.
Di saat gadis itu sibuk dengan beberapa anak panti asuhan yang manja pada dirinya, tidak lama pemilik panti asuhan yang memilih merawat Zaitunna perlahan-lahan berjalan menghampiri gadis manis itu dan menyapanya lembut.
"Zaitunna ... Zai! Ternyata kamu di sini ya? Daritadi ibu hanya melihatmu beberapa kali eh yang di cari malah asik sendiri! Bagaimana dengan harimu di sekolah? Kamu baik-baik sajakan? Ada banyak teman kan ya di sana? Ibu khawatir melihatmu sekolah sendirian nak," sapa Lily lembut.
Sadar jika namanya di panggil membuat Zaitunna menolehkan pandangannya dan gadis cantik itu tidak lupa juga mengulas senyuman terbaiknya sambil mengkhawatirkan jika ibu asuhnya kelelahan karena masih bekerja di usia lansia.
"Iya bu? Ibu jangan berlari-lari seperti ini ah! Ibu harusnya panggil saja biar nanti aku yang menghampiri ibu ... maaf bu, tadi ibu bilang apa ya? Zaitunna gak mendengar dengan jelas soalnya ibu berbicara sambil berlari jadi aku tidak paham bu, oh iya! Ibu kenapa masih repot ke sana-sini aturan biar Zai saja bu yang bantu ibu," tutur Zaitunna lembut.
Mendengar ucapan gadis manis itu membuat Lily terkekeh ringan dan menenangkan Zaitunna yang sudah ia anggap seperti putrinya sendiri jadi tentu saja Lily tidak ingin melihat gadis manis itu berwajah sedih seperti ini.
"Ibu tidak apa-apa kok, Zai ... kamu tenang saja toh kalau ibu terlalu banyak istirahat bosan juga dan kamu juga perlu belajar jadi untuk masalah repot ke sana sini mah ibu masih bisa dan tidak lelah sama sekali kok! Panti ini, kamu dan anak-anak yang lain adalah kekuatan ibu makanya rasa lelah sedikit tidak terasa sama sekali kok," ucap Lily lembut.
Tak lama Zaitunna tersadar jika ibu asuhnya belum mengatakan alasan perihal memanggilnya tadi sedangkan Lily yang kembali teringat dengan niatnya menyapa Zaitunna membuat wanita paruh baya itu menjelaskannya dengan lembut.
"Ah ibu ini kebiasaan deh ... eh iya, bu! Ibu belum jelasin ke Zai kenapa ibu manggil Zaitunna loh? Ada apa bu? Apakah ada hal yang perlu Zai bantu atau ada sesuatu hal yang terjadi ya? Sampai-sampai wajah ibu terlihat panik dan gelisah gitu, ada apa bu??" tanya Zaitunna bingung.
"Itu ... ibu tadi sempat lupa ya, jadi begini ini mah bukan masalah yang harus kamu tau hanya saja ibu hanya ingin berbagi pikiran denganmu yang sudah ibu anggap layaknya anak ibu sendiri, tadi beberapa donatur mengalami masalah di pekerjaan mereka dan mereka berencana berhenti membantu panti, tapi nanti ibu akan berusaha mencari donatur lain kamu tidak perlu sedih atau memikirkan masalah ini ya, Zai! Ibu tidak bermaksud apa-apa sayang," tutur Lily lembut.
Sejenak ekspresi wajah Zaitunna berubah sendu, tetapi gadis itu masih berusaha memaksakan senyuman yang entah mengapa terlihat menyedihkan di wajah polos itu sedangkan Zaitunna yang tidak ingin membuat Lily kesusahan akan dirinya membuat gadis itu meminta izin untuk ia mencari penghasilan untuk membantu ibu pengasuhnya.
"Jadi begitu ya bu ... tenang saja ibu tidak perlu khawatir! Nanti kita lalui sama-sama dan kalau biaya sekolah Zai terlalu berat, Zai gak masalah harus pindah sekolah! Apapun keputusan dan pilihan yang ibu ambil nantinya! Zaitunna akan tetap bantu dan dukung ibu," ucap Zaitunna tegar.
"Apanya yang tenang sayang? Wajahmu benar-benar menjelaskan betapa sedihnya dirimu nak, seharusnya ibu tidak mengatakannya padamu hanya saja ibu tidak bisa membiarkan kamu tau dari orang lain karena pasti akan menyakitkan untukmu lalu sekarang jadi begini ..," batin Lily iba.
"Aku ada ide, bu! Bagaimana kalau aku juga ikut mencari pekerjaan yang ringan-ringan saja agar bisa menambah penghasilan untuk panti ini bu! Aku bisa mengantar koran atau mengantar paket makanan dari rumah ke rumah kok, bu! Tolong izinkan aku ya bu ...," ujar Zaitunna serius.
Tentu saja Lily melarang ucapan konyol seperti ini sebab Zaitunna seharusnya fokus dengan pelajaran dan masa-masa sekolahnya bukan malah memikirkan masalah ini hanya saja Lily tak ingin Zaitunna kebingungan di saat yang tidak tepat jadi untuk itulah Lily memberi tahunya.
"Kamu bicara apa sayang? Bukan saatnya kamu mencari uang, nak! Kamu hanya perlu fokus dengan pelajaran dan masa-masa bermainmu dulu saja! Untuk masalah ini biar ibu saja yang cari solusinya, Naik! Jangan khawatir karena setiap masalah ada solusinya ...," tutur Lily lembut.
Bibir Zaitunna boleh tersenyum lembut seolah-olah apa yang ia dengar bukanlah masalah untuk dirinya, tetapi sebagai orang sudah mengenal gadis itu dengan cukup baik membuat Lily sudah mengenal Zaitunna dengan baik.
"Senyuman itu selalu terlihat bukan karena hatimu ingin tersenyum sayang melainkan kamu hanya sedang terlihat baik-baik saja di depan ibu ya, nak? Maaf karena ibu malah begini padahal seharusnya kamu mendapatkan banyak cinta dan semua hal ya sayang ...," batin Lily sendu.
Di saat wanita paruh baya itu menatap dirinya lekat, tanpa sadar Zaitunna berusaha hanya bisa menarik nafasnya dalam sebab dirinya tidak mungkin menangis meraung-raung di saat seperti jadi ia perlu memikirkan solusi yang akan dirinya ambil ketika tak ada jalan mundur lagi.
"Sepertinya dari ucapan ibu beliau tidak mengizinkan aku untuk mencari pekerjaan ya? Kalau begitu aku harus menggunakan kemampuan demi membantu ibu dan panti ini! Ya mau gimana lagi sudah tak ada jalan mundur dan ibu tidak boleh melalui sendirian ...," batin Zaitunna tegar.
Merasa tak tahan lagi melihat ekspresi gadis polos ini yang sejak tadi terlihat begitu terbebani begini membuat Lily mengusap bahu Zaitunna lembut dan memenangkannya bahwa setiap hal yang terjadi pasti memiliki jalan keluarnya dan gadis itu tidak sendirian.
"Sudah, Zai ... jangan membebani dirimu sendiri seperti ini, sayang! Apapun yang akan terjadi nantinya yang terpenting untuk saat ini adalah kita perlu bersabar karena setiap masalah pasti memiliki jalan keluar dan kamu gak sendirian kok, Zai ...!" ucap Lily serius.
Mendengar nasihat Lily seketika membuat Zaitunna sudah tidak bisa lagi menahan segala rasa sedih yang sejak tadi sudah dirinya tahan sekuat tenaga dan hancurlah sudah pertahanan yang di buat Zaitunna sejak beberapa menit yang lalu.
Bukan hanya Zaitunna yang merasa sedih melainkan semua pengurus panti dan Lily juga tidak berbeda jauh dengan apa yang di rasakan Zaitunna, hanya saja mereka perlu memasang topeng yang menguatkan anak-anak yang tidak bersalah apapun dalam hal ini.
"Kesedihan hadir untuk menguatkan dirimu, Zai! Jangan biarkan dirimu hilang arah hanya karena kamu tidak ingin kami dan yang lain sedih ... tetaplah tegar dan ingatlah kami tak akan pergi dari sisimu! Kuat ya sayang ... semua badai ini pasti akan berakhir," gumam Lily lembut.
Pelukan yang di berikan Lily benar-benar seperti obat yang menenangkan segala rasa sakit dan lelah yang tiba-tiba hadir di hati Zaitunna sedangkan Lily yang merasa gadis itu memeluk dirinya erat di tambah bahu gadis itu semakin bergetar membuatnya mengusap-usap punggung gadis malang itu lembut.
"Terima kasih bu, terima kasih karena mau menerima bayi yang terbuang ini ... terima kasih karena tidak meninggalkan diriku padahal keluargaku saja tak menginginkan kehadiranku, tanpa ibu aku tak akan menjadi sekuat dan sesabar ini bu! Terima kasih banyak," lirih Zaitunna sendu.
"Sama-sama, Zai ... sudah jangan memikirkan hal yang sudah berlalu dan tetaplah rendah hati dan lanjutkan hidupmu ya! Terkadang setiap hal terjadi bersama alasannya sendiri jadi berhenti menyalahkan keluargamu ya sayang," ucap Lily lembut.
Dalam pelukan Lily tak lama Zaitunna mengangguk-anggukkan kepalanya setelah mendengar nasihat dari wanita yang sudah seperti ibu kandungnya sendiri, merasa jika saat ini mereka berdua di tatap anak-anak lain membuat Lily mengajak semuanya masuk untuk makan malam.
"Nah, ayok kita masuk ke dalam panti lagi anak-anak! Lihat matahari saja sudah pulang jadi sudah saatnya kita menyiapkan makan malam agar bisa tidur dengan nyenyak ya! Ayok siapa yang mau bantu ibu Lily dan kak Zai nih," tutur Lily lembut.
Ajakan Lily di sahuti dengan semangat dan dengan lembut wanita paruh baya itu menggenggam semua tangan anak-anak untuk masuk ke dalam panti bersamaan, kebahagiaan dan senyuman ceria terpancar dari mata polos anak-anak itu.
Melihat kebahagiaan adik-adik dan wajah ceria Lily membuat Zaitunna merasakan perasaan yang sudah lama ia lupakan, ia tidak membenci keluarga kandungnya hanya saja ia tetap ingin berada dalam hangatnya keluarga sayangnya ia justru di kenal bayi yang terbuang seperti ini.
Katanya waktunya bisa memulihkan rasa kecewa dan berbagai perasaan menyesakkan lainnya sayangnya apa yang Zaitunna dengar itu tidak berlaku untuk dirinya sebab sampai detik ini ia masih saja berputar di perasaan yang menyesakkan.
"Hanya waktu yang menyembuhkan rasa sakit ya katanya? Menyembuhkan apanya? Mau dulu atau sekarang, tetap saja rasa menyesakkan ini menetap dan menyakitkan ... entah sampai kapan aku juga lelah menanggung semua rasa memuakkan ini," batin Zaitunna lelah.
|Bersambung|