Episode 07 : Berteman Pilu

2022 Kata
Langit tiba-tiba berubah warna menjadi gelap, tetapi kedua siswa dan siswi itu tetap santai saja mengobrol sambil menikmati semilir angin yang perlahan-lahan semakin terasa dingin dan Fajn meminta Zaitunna untuk mengingatkan Ruhlji jika mereka harus segera sampai di panti asuhan sebelum hujan turun. "Kamu gak lelah, Ruhlji? Bukannya jarak dari sekolah ke panti asuhan apalagi di tambah ke rumah itu lumayan jauh ya? Aku agak salut karena kamu tidak malu dengan keadaanmu sih dan aku minta tolong kamu jangan berubah ya! Tetap jadi orang yang begini ya," ujar Zaitunna santai. "Bicara apa kamu ini, Zai? Udah pasti aku gak akan berubah kok! Lagipula buat aku kalau hanya masalah jarak untuk pulang mah bukan masalah besar jadi kamu gak perlu terlalu mikirin juga Zai! Emang aku niat bantuin kamu jadi anggap aja ini bukan apa-apa kok Zai," ucap Ruhlji santai. "Zaitunna ... berhenti mengobrol yang tidak penting dan cepatlah minta Ruhlji untuk bergegas mengayuh sepedanya! Lihat langit di atas sana! Sudah semakin gelap dan khawatirnya kalian berdua malah akan kehujanan nantinya! Ini sudah terlalu kesorean loh Zai ...," tutur Fajn serius. Sebenarnya Zaitunna merasa tidak enak berkata seperti itu pada Ruhlji, tetapi Rulhan yang juga ikut mendengar nasihat Fajn membuatnya mengatakan hal yang ia katakan demi kebaikan gadis itu sendiri dan dengan berat Zaitunna menuruti nasehat dua sosok menyebalkan ini. "Apa yang di ucapkan Fajn juga untuk kebaikan dirimu, Zai! Jadi kamu tidak perlu merasa tidak enak begitu! Kadang rasa tidak enakan begitu malah membuatmu ribet dan kesulitan sendiri loh, Zai! Jadi sebaiknya kamu ikuti saja ucapan Fajn yang tidak salah juga kok," sahut Rulhan serius. "Ruhlji, sepertinya langit mulai mendung ya? Hawa anginnya juga semakin terasa dingin jadi bagaimana kalau kamu mempercepat sepeda ini agar kita kehujanan, Rulhji? Bagaimanapun juga besok kita masih harus ke sekolah jadi kita perlu jaga kesehatan ya," tutur Zaitunna lembut. Beruntungnya Ruhlji bukan tipe pemuda yang tidak sulit untuk di ajak bicara dan dengan santainya pemuda itu menenangkan dan mengingatkan Zaitunna untuk berpegangan dengan benar karena Ruhlji akan menambah kecepatan berkendaranya. "Benar juga ya, Zai ... tenang saja aku akan mempercepat kecepatan sepeda ini menjadi lebih cepat lagi jadi kamu jangan khawatir ya! Oh iya karena aku bakalan kencang banget mengayuh sepedanya jadi tolong berpegangan dengan erat ya agar nantinya tidak jatuh," ucap Ruhlji santai. Entah mengapa rasanya berteman dengan Ruhlji seolah-olah memberi warna yang baru untuk Zaitunna yang tidak pernah memiliki teman akrab sebelumnya, di saat gadis itu larut dalam pikirannya tanpa ia sadari mereka berdua sudah sampai di depan panti asuhan. "Jadi seperti ini ya rasanya memiliki teman? Tidak buruk juga dan menyenangkan juga ya kalau ada orang yang bisa di ajak berbicara seperti ini! Berkat kehadirannya aku jadi mengerti apa itu warna persahabatan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya loh," batin Zaitunna senang. "Zai ... Zaitunna?! Loh Zai di panggil-panggil malah melamun begini? Aku tau emang paling seru itu ya di bonceng cuma ini kita udah sampe loh! Masa kamu gak mau turun dari sepeda sih, Zai? Hahaha ada-ada aja nih kamu! Ini ceritanya mau ikut pulang apa gimana ya," canda Ruhlji santai. Mendengar candaan Ruhlji sontak saja membuat Zaitunna tersadar dari pikirannya sendiri dan Ruhlji sendiri justru terkekeh santai dan sebelum dirinya pergi dari sana tak lupa juga Ruhlji mengusap-usap kepala Zaitunna lembut dan mengingatkan gadis itu jika mulai sekarang ia bisa mengandalkan dirinya. "Hah? Apa, Ruhlji? Maaf tadi kamu ngomong apa? Karena terlalu fokus memikirkan hal lain aku sampe gak dengerin omongan kamu ... maaf banget ya aku gak bermaksud begitu loh cuma tadi kayaknya aku kelelahan aja deh! Aduh aku jadi gak enak nih maaf," gumam Zaitunna malu. "Ya ampun, Zai ... santai aja! Toh bukan masalah besar kok, ya namanya orang kadang emang suka melamun dan sah-sah aja kok! Yaudah kalau gitu gue balik dulu ya ... mulai hari ini lu bisa mengandalkan gue dalam keadaan apapun dan gue akan ada buat lu kok Zai," ucap Ruhlji santai. Mungkin beberapa gadis akan merasa sangat senang saat mendengar ucapan lembut dari Ruhlji, begitu juga Zaitunna yang hanya bisa senyum-senyum saja setelah kepergian Ruhlji lalu Rulhan dan Fajn mengingatkan Zaitunna untuk bergegas masuk ke dalam panti sebelum hujan turun. "Dasar cowok! Kagak bisa ya liat cewek bening dikit langsung aja modusnya lancar, ya ampun kenapa di dunia ini kelemahan wanita itu kata-kata manis dan parahnya laki-laki itu mudah banget bikin cewek suka begini! Udah sana masuk ke panti Zai! Gak usah senyam-senyum begitu dosa tau Zai," ujar Rulhan datar. "Yaudah sih Rulhan ... kenapa malah jadi anda yang repot? Ayok Zai cepat masuk ke dalam panti nanti kamu bisa masuk angin jika terus berdiri di luar seperti ini! Lihatlah hujan gerimisnya mulai perlahan-lahan turun jadi kamu harus bergegas masuk ke dalam panti loh Zai," tutur Fajn serius. Ucapan dua sosok menyebalkan ini tentu saja menyadarkan Zaitunna membuatnya bergegas masuk ke dalam panti asuhan dengan riang dan tak lupa ia menyambut hangat adik-adiknya yang selalu heboh ketika dirinya datang. Entah mengapa rasanya waktu bergerak dengan cepat hingga tanpa terasa saat ini langit telah berubah menjadi gelap dan bukan matahari lagi yang tergantung di sana, melihat keadaan seperti ini sontak membuat Zaitunna merasa di tampar oleh kenyataan. Dari pagi sampai sore hari mungkin dirinya bisa tertawa selepas mungkin, tetapi ketika mentari beranjak dari singgasananya maka yang tersisa dari Zaitunna hanyalah keheningan yang begitu terasa menyesakkan dan juga membuatnya tersadar bahwa lagi-lagi ia selalu berteman dengan pilu dan sunyi. "Kadang sering mikir ... pagi bisa ketawa sampe lupa apa itu pilu? Eh pas malem malah kerasa sepi, pilu dan entahlah kenapa aku mikirin hal gak jelas begini cuma kadang pengen bisa rasain hangatnya makan bersama keluarga dan serunya ngobrol bareng gitu," gumam Zaitunna sedih. Tak hanya gadis manis itu saja yang merasakan demikian, tetapi kuntilanak dan Rulhan juga ikut merasakan hal yang sama bahkan lebih menyedihkan dari Zaitunna yang masih memiliki raga yang membuatnya di hargai orang lain. "Ya ampun, Zai! Kamu pikir aku sama si kuntilanak ini gak sedih? Kita jauh lebih menyedihkan di banding kamu yang masih ada raga! Masih di hargain orang sedangkan kita? Terlihat aja gak! Mau pulang gak tau ke mana? Berteman dengan pilu udah kayak makanan sehari-hari aja abis nangis sampe sakit kepala juga gak akan bikin kita punya raga lagi," ujar Rulhan datar. "Nangis sampe sakit kepala udah! Ketawa sampe lupa apa yang di ketawain juga udah! Cuma tetap aja kita tetap mahluk yang tak terlihat dan jangankan di hargai di kasih tempat aja tuh jarang! Seringnya di usir mulu! Kita juga sedih! Sepi, pilu cuma yaudah gak bisa apa-apa juga! Emang udah begini mau kayak gimana tetap aja kehadiran kita salah," sindir Kuntilanak sedih. Mendengar ucapan omong kosong dari dua sosok yang entah mengapa ikut duduk di samping dirinya membuat Zaitunna menjelaskan hal yang tidak seenak di lihat oleh mereka sedangkan Rulhan dan kuntilanak tetap menganggap Zaitunna lebih baik dari diri mereka. "Punya raga gak berarti selalu di hargain kok, punya raga malah semakin kerasa sakitnya Rulhan, Kunti! Udah mah sakit fisik! Mental kita di gerus masalah terus di tambah jiwa kita harus ikhlas dan maafin mereka yang nyakitin! Kita tuh sama-sama gak enak dan kehidupan kalian itu sering di anggap solusi buat orang-orang kayak aku ini," tutur Zaitunna serius. "Seenggaknya kalian kamu punya raga buat balas! Kamu punya lisan yang bikin mereka tuh mau dengerin ucapan kamu lah kita ada lisan tapi gak di dengar! Boro-boro di dengar lah di lihat aja gak! Paling tidak masih ada hal yang membuat kamu lebih baik dari kita Zai," sahut Rulhan datar. "Tau nih sih, Zai bukannya bersyukur malah ngeluh begini! Kamu tuh cantik, hebat terus punya teman baru di tambah pelindung kamu tampan! Udah atuh jangan mikirin yang gak-gak! Siapa sih di dunia ini yang gak kesepian? Pasti semua kesepian! Kamu masih mending pas lahir udah di temenin sosok cakep kayak Fajn! Udah terima nasib aja kenapa sih?!" ucap Kuntilanak kesal. Butuh beberapa menit untuk Rulhan dan Zaitunna memahami ucapan Kuntilanak yang entah mengapa seperti menyukai sosok pelindung Zaitunna sementara Fajn yang merasa tidak tahan lagi dengan kekonyolan mereka bertiga membuatnya meminta mengakhiri perdebatan ini. "Lah? Kenapa jadi tiba-tiba ke Fajn? Eh kunti! Bisa kagak sih lu kagak usah genit begitu! Masa ia lu cemburu sama orang yang spesial begini, Kunti? Buat apaan sih?! Lu kagak jelas amat jadi arwah dah! Hidup orang mah beda-beda terus juga omongan lu di luar topik," ujar Rulhan datar. "Gimana-gimana? Gue lebih mending karena di temenin pelindung yang tampan? Kehadiran Fajn tetap gak bisa di samain sama ibu-ayah aku dong, Kunti! Lagian mau seganteng apapun sosok pelindung aku ya tugas dia buat jaga aku bukan buat apa-apa tau," sahut Zaitunna kebingungan. "Ini kenapa jadi ke mana-mana obrolannya kalian? Udahlah gak usah di lanjut lagi perdebatan gak jelas kalian?! Awalnya apa eh malah bahas saya? Benefitnya ngomongin saya itu apa? Bisa kalian itu gak bahas fisik orang di saat ada orang yang sedih! Menghibur boleh, tapi gak dengan menilai bahwa hidup siapa yang lebih baik dari hidup kalian berdua! Kalian itu gak tau rasanya hidup di posisi Zaitunna jadi gak usah menyimpulkan sendiri," tutur Fajn dingin. Entah mengapa ucapan Fajn malah membuat Kuntilanak dan Zaitunna terkekeh geli sedangkan Rulhan yang merasa ada bagian dari dirinya yang seperti di sayat-sayat membuat pemuda itu seketika terdiam dan mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. "Aduh, ini kenapa rasanya ada bagian dari diri gue yang sakit banget ya? Sebenarnya gue kenapa dah? Perasaan tadi baik-baik aja! Terus kenapa malah jadi sakit begini," batin Rulhan kesakitan. Di tengah-tengah tawa yang terdengar begitu menyenangkan di lain sisi Rulhan seolah-olah tak ada di sana dan malah terseret oleh dunianya yang sering berteman dengan pilu yang sangat menyakitkan jika dirinya ingat di saat seperti ini. "Lah kenapa rasanya gue gak berada di tempat yang sama mereka? Sebenarnya apa yang terjadi sama gue? Gue gak suka berteman dengan pilu dan semakin gue menghindari hal ini rasanya tuh hati gue sakit banget! Kenapa harus di saat seperti ini sih," gumam Rulhan sedih. Pemuda itu mungkin berpikir jika tidak ada yang memperhatikan apalagi mendengar suaranya, sayangnya ia salah besar karena Zaitunna mendengarnya dengan jelas dan ia menyemangati Rulhan untuk jangan terpaku pada kesedihannya terus-menerus seperti ini. "Lu harus kuat, Rulhan ... di dunia ini lu harus bisa mengandalkan diri lu sendiri toh gak ada yang tau sesakit apa lu keluar dari masalah ini jadi lu gak boleh manja dan cari solusi sendiri soal masalah lu! Berhenti menunggu bantuan dari orang lain Rulhan," lirih Rulhan sendu. "Gak apa-apa kalau kamu nunggu bantuan dari orang lain kok! Allah memberi masalah ini ke kamu ya karena cuma kamu yang mampu jadi semangat ya! Kita pasti menemukan solusinya jadi kamu jangan terlalu terpaku sama kesedihan ini terus-terusan ya," tutur Zaitunna lembut. Tidak hanya Zaitunna saja yang berusaha menenangkan Rulhan, tetapi Fajn dan kuntilanak juga berusaha menghibur arwah itu hingga membuat Rulhan tersenyum dan berterima kasih atas kebaikan mereka dan Fajn mengingatkan Zaitunna untuk beristirahat karena esok ia perlu pergi ke sekolah. "Kadang hidup itu tidak hanya tentang apa yang terjadi jadi kamu tidak boleh terus-menerus seperti ini! Menangislah jika ingin menangis dan tertawalah jika kamu ingin tertawa Rulhan! Gak akan ada habisnya kalau kamu cuma mengurusi hal yang tidak perlu," ujar Kuntilanak santai. "Bisa jadi rasa sakit yang kamu pikul hari ini adalah penerang jalan kamu untuk pulang! Kadang tuh ya semesta tuh selalu punya alasan, punya cerita kenapa satu masalah datang ke kita dan ya cuma kamu aja yang tau kenapa dan ada apa di baliknya jadi kamu harus yakin kalau setiap hal yang saat ini kamu terima itu adalah hal luar biasa yang menunggu kamu," sahut Fajn serius. "Begitu ya? Terima kasih Kunti ... terima kasih Fajn! Memang gak salah berteman dengan pilu cuma di balik kepiluan itu pasti ada orang-orang yang mungkin Allah kirimin buat bantu aku kali ya? Pokoknya terima kasih banyak atas kebaikan yang kalian ingatkan," gumam Rulhan lembut. "Bukan apa-apa kok, Rulhan ... kalau begitu sudahi obrolan ini ya? Ini sudah jamnya Zaitunna untuk istirahat jadi kalian bisa pergi keluar jika masih ingin mengobrol dan Zai! Cepatlah tidur! Besok kamu harus pergi ke sekolah jadi simpan energimu dan istirahat dengan nyaman ya? Selamat terlelap Zaitunna," tutur Fajn lembut. | Bersambung |
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN