is this real?

900 Kata
Aku masih mengingat dengan jelas, waktu itu aku dipanggil ke ruangan kerja Tuan Hakim. Aku sedikit bingung melihat raut wajahnya yang serius, apa mungkin aku melakukan kesalahan? Aku berdiri seraya mengingat-ngingat kesalahan apa yang telah kulakukan. "Dela, menurut kamu Rai itu orangnya seperti apa?" Tanya Tuan Hakim dengan nada yang serius. Bodohnya aku bukannya menjawab malah melongo, apa yang harus aku jawab? Padahal selama ini aku membencinya karena sikap dia yang seenaknya mempermainkan perasaan wanita, terkadang aku juga salah dalam mengenali setiap perempuan yang datang tiap Minggu ke rumah ini. Dan, sekarang Tuan Hakim bertanya padaku tentang Rai? Tuhan cobaan macam apa ini. "Begini, kamu 'kan perempuan jadi apa pendapatmu tentang Rai di luar dia sering gonta-ganti pacar." Aku menghela nafas pelan, baiklah apa boleh buat berbohong sedikit sepertinya tidak apa-apa, dibanding aku harus di pecat dari pekerjaan ini. Padahal Adik dan ibuku sangat membutuhkan uangku. "Emh, menurut saya ...," Sengaja aku memanjangkan nadanya karena aku tidak yakin dengan jawaban yang akan aku berikan. "Mas Rai, pria yang sukses, tampan dan baik," jawabku akhirnya. Sengaja aku memilih jawaban klise yang paling sering orang katakan tentang Rai. Bagaimanapun Tuan Hakim tidak akan menerima jika anaknya di hina apalagi di jelek-jelekkan oleh orang seperti aku. Tuan Hakim mengangguk, kemudian dia bertanya sesuatu yang membuat jantungku seakan berhenti, "Kamu menyukainya?" "Tidak ada alasan bagi saya untuk tidak menyukainya, bukan?" Tanyaku balik. Lagipula jika aku perempuan yang tidak mengenal seluk beluk kehidupan Rai, tidak akan dipungkiri kalau aku bisa jatuh cinta padanya. Rai adalah sosok sempurna di mata perempuan manapun, dia tampan, kaya, punya kekuasaan. Apapun yang diinginkan selalu terpenuhi, apalagi dengan tubuhnya yang bagus, perutnya yang membentuk roti sobek siapa saja pasti akan langsung jatuh padanya. Rai yang kukenal lebih dingin dibanding di hadapan semua wanita yang pernah dia bawa ke rumah, bahkan aku bisa menghitung berapa kali dia tersenyum. Dia selalu memasang wajah serius, cuek dan dingin seolah dirinya tidak ingin tersentuh dan membangun tembok tinggi. Hampir semua orang mengatakan jika Rai adalah paket lengkap yang banyak di cari para wanita, kepintaran yang dimilikinya akan dengan mudah memimpin perusahan manapun. Baiklah. Kuakui kalau aku juga ada saat-saat dimana aku mulai terpesona padanya, terutama pada awal-awal bekerja menjadi asisten pribadinya. Lagipula perempuan mana yang akan sanggup menolak paket lengkap seperti Rai? Itu berarti aku masih perempuan normal yang bisa jatuh cinta pada siapapun. Tapi, sekarang perasaan itu sepertinya memudar seiring berjalannya waktu karena sudah terlanjur mengenal pribadinya yang lain. Pandangan Tuan Hakim tentang Rai adalah dia anak yang baik dan berbakti pada kedua orang tuanya, jadi aku tidak salah juga jika harus mengatakan hal yang sedikit berbohong. "Baguslah, itu akan membuatnya semakin mudah." Lanjut Tuan Hakim. "Memangnya kenapa, Pak?" "Saya ingin menikahkan Rai dengan kamu." Kakiku mulai lemas, untung saja aku masih bisa bertahan dalam kondisi seperti ini. Apa Tuan Hakim tidak salah bicara? Menikah? Aku dan Rai? Impossible. "Saya, Pak? Apa tidak salah? Saya 'kan ...," "Iya, kamu. Selama kamu bekerja di sini, diam-diam saya memperhatikan kinerja kamu, kamu mengurus Rai dengan baik, menyiapkan segala sesuatu yang dia butuhkan dengan sempurna. Rai membutuhkan wanita seperti kamu, kamu pintar, cantik, baik dan sederhana." "Tapi, Pak ...," "Dela, apa lagi yang kamu tolak? Kamu mengatakan kalau kamu menyukainya bahkan memujinya, padahal kamu sendiri tahu bagaimana kelakuannya selama ini." "Mas Rai-nya mungkin yang tidak akan menyukai dengan perjodohan ini, saya tidak ingin Mas Rai membenci saya." Kataku. Tentu saja! Wanita yang menjadi idaman Rai adalah seorang model yang mempunyai lekuk tubuh yang indah, kakinya yang jenjang, kulitnya putih terawat lah, aku! Tubuh tidak terlalu bagus, tinggi standar, kulitpun memang terlihat putih tapi tidak se-glowing wanita yang selama ini dekat dengannya. "Kamu tidak perlu khawatir, biar nanti saya yang akan bicara dengannya. Yang pasti kamu mau atau enggak?" Ah, sialnya aku terjebak dengan jawabanku tadi, jujur aku tidak ingin mempunyai suami yang sifatnya seperti Rai, tapi di sisi lain dia juga sosok yang berbakti dan baik pada keluarganya. Aku tidak ingin menjalani pernikahan tanpa cinta, karena prinsip hidupku menikah hanya sekali. Satu sisi ada keuntungan juga jika aku menikah dengan Rai, semua kebutuhan keluargaku akan tercukupi, aku tidak perlu lagi bangun pagi sebelum Rai bangun, menyiapkan semuanya dengan mata menahan kantuk. Apa mungkin Rai bisa jatuh cinta padaku dengan keadaan yang seperti ini? Atau aku juga bisa mencintainya tanpa memikirkan keuntungan yang lain? Ah, semoga saja semuanya tidak akan terlalu sulit. Yang penting masalah keuangan keluargaku terselesaikan satu persatu, masalah perasaan urusan belakangan. "Baiklah, saya mau jika Mas Rai juga setuju!" akhirnya kalimat itu meluncur juga dari mulutku dengan lancar. Tuan Hakim mengangguk dan memelukku, "Dela, kamu tenang saja semuanya akan baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir." ucapnya seolah ia tahu perasaanku saat ini. Beliau menyuruhku untuk segera kembali, pembicaraan ini sudah cukup. Saat keluar dari ruangan Tuan Hakim, otakku masih memikirkan bagaimana kehidupanku selanjutnya? Menikah dengan Rai? Apa benar semuanya akan baik-baik saja? Dari kejauhan Raihan datang, seperti biasa aku menatapnya dengan rasa kagum. Kali ini dia hanya mengenakan kemeja putih yang digulungnya sebatas sikut, rambutnya yang rapi serta kedua tangannya yang di masukan kedalam saku celana membuat siapa saja akan terpesona. Sengaja aku memelankan langkahku agar tidak terlihat menghindarinya, saat kami berpapasan menuju kamarku dia hanya melirik ke sebentar lalu kembali berjalan seolah aku adalah orang asing baginya, padahal selama ini jika ia membutuhkan sesuatu hanya aku yang di butuhkannya. Aku melihat punggungnya yang tegap sempurna, sebentar lagi dia akan menjadi suamiku? Iya, suami.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN