DolCEO 7

1062 Kata
Valencia merasakan hidupnya begitu sengsara, ia putus asa, hidupnya hancur. Ia tak memiliki masa depan lagi, masa - masa mudanya akan berakhir dipenjara selama 19 bulan. Ia mulai menghitung usianya sendiri. “Sekarang aku 23 tahun kalau aku di penjara 1 tahun 7 bulan berarti aku keluar penjara usia 25 tahun," ujarnya sedih. “Bagaimana keadaan Mama nanti ya... Semoga Mama dalam keadaan baik dan sudah sembuh saat aku keluar dari penjara." Valencia menangis sendirian di dalam sel tahanan sementara sebelum ia dipindahkan ke rumah tahanan Silverwater Correctional Complex di New South Wales, Australia. Ada 2 orang tahanan yang melihat Valencia, mereka tak menyangka gadis pendiam dan selalu menangis di pojokan sel tahanan seorang pembunuh. Mereka sudah tahu dari berita di televisi kalau Valencia menabrak seorang anak kecil saat mabuk. “Hei, Tuan Putri jangan menangis terus,” tegur seorang napi wanita. “Ma–maaf,” ujar Valencia dengan suara serak. “Makanya kalau mabuk jangan menyetir, tuh lihat anak kecil mati kamu bunuh lalu orang tuamu juga bangkrut dan mati, ‘kan?” “Aku tidak bermaksud seperti itu, aku tidak membunuh siapapun. Aku tidak menabrak anak itu.” “Apa maksudmu?” “Aku tidak menabraknya, tapi temanku yang melakukannya.” “Tunggu sebentar, sebelumnya kita kenalan dulu Tuan Putri. Kita sudah hampir 5 bulan bersama, tapi tidak saling mengenal.” “Aku Jesslyn Valencia Agatha, kalian bisa memanggilku Valen.” “Aku Lori dan si kriting itu Mei. Kami sudah tahu namamu, kamu sekarang orang paling terkenal di Australia melebihi selebritis. Kamu bener - bener famous mengalahkan para artis yang wira - wiri di televisi. Hidupmu sungguh kasihan dengan wajahmu cantik, bentuk tubuh yang sexy, badan yang menjulang tinggi, rambutmu coklat, matamu abu - abu, kamu nyari sempurna tanpa cela, tapi sayang nasibmu tak seindah penampilan fisikmu.” Valencia hanya bisa diam, ia merasa benar apa yang dikatakan Lori. Ia tak memiliki nasib yang beruntung walau memiliki penampilan fisik yang nyari sempurna. “Woi, si Valen masih mending ada kelebihannya. Wajahnya cantik trus kamu apa? Cantik juga ga, nasibmu juga buruk, hahaha,” ujar Mei terkekeh. “Kita senasib, sama - sama makhluk buruk dan burik,” ujar Lori. Valencia tertawa kecil mendengar perkataan mereka, setelah 5 bulan lamanya baru hari ini ia bisa tertawa walau tidak bisa lepas seperti dulu. “Nah gitu dong tertawa. Kamu itu cantik, cantik banget. Jangan bersedih saat kamu keluar penjara nanti juga masih akan tetap cantik.” “Terima kasih Lori, Mei.” “Kamu akan dipenjara mana?” tanya Lori. “Di penjara silverwater Correctional Complex di New South Wales,”jawab Valencia. “Sama dong, kita berdua di sana.” “Benarkah? Aku senang sekali akhirnya bisa mendapatkan teman.” “Kamu pernah di penjara sebelumnya?” Valencia menggeleng kepalanya dengan pelan. “Kehidupan di penjara itu berat, aku harap kamu bisa menyesuaikan diri. Kamu nanti jangan pernah ikut campur dengan masalah apapun di sana.” “Iya. Aku juga tidak akan pernah mau ikut campur urusan siapapun.” “Kamu tahu Valen, kasusmu itu sangat terkenal. Aku berharap kamu akan baik - baik saja di penjara.” “Maksudnya bagaimana? Aku ga ngerti.” Lori menjelaskan kasus Valencia menabrak anak kecil akibat mabuk bisa dibenci oleh tahanan lain yang lebih senior. Penjara khusus wanita hanya terlihat di luar baik - baik saja, tapi ada kasus - kasus tertentu yang sangat dibenci oleh tahanan senior, salah satunya kasus Valencia. Menabrak anak kecil sampai meninggal. “Aku mengerti.” “Oh iya, katamu bukan kamu yang menabrak jadi bagaimana bisa kamu yang dituduh?” tanya Mei penasaran. Valencia menghela napasnya, ia kemudian menceritakan tentang kejadian yang sebenarnya. Tentang ia yang mabuk, kecelakaan terjadi, kejanggalan cctv di klub malam, dan cctv yang merekam terjadinya kecelakaan. “Dan sekarang temanku kabur, menghilang tanpa jejak. Orang tua ku tidak bisa menemukannya, aku sudah mengatakan yang sejujurnya, tapi tidak ada yang mempercayaiku sama sekali. Perusahaan Papaku bangkrut, semua aset disita, Papaku meninggal, dan Mamaku depresi.” Lori dan Mei mendengarkannya dengan iba, nasib gadis cantik dihadapan mereka sungguh tidak beruntung. Hukum hanya berdasarkan bukti bukan hanya pernyataan sepihak oleh terdakwa. “Aku yakin kamu suatu saat akan ada keadilan untukmu. Tuhan tidak tidur, aku sangat yakin pasti ada jalan yang terbaik yang Tuhan rencanakan untukmu, Valen,” ujar Lori. “Terima kasih. Kalian sangat baik padaku.” “Aku hanya kasihan padamu, tidak melakukan kesalahan, tapi kamu menanggung semuanya. Kamu tahu kasus aku dan Mei?” ujar Lori. “Maaf aku tidak tahu,” jawab Valencia menggelengkan kepalanya perlahan. “Aku membunuh selingkuhan pacarku. Aku sangat puas wanita sialan itu mati dan Mei ia membunuh mantan ibu mertuanya.” “Kalian serius?” “Iya,” jawab Lori dan Mei serempak. “Aku tidak menyesalinya sama sekali. Ibu mertua ku itu sangat kejam. Saat aku hamil muda, aku diperlakukan seperti b***k sampai aku kelelahan dan keguguran. Suamiku menyalahkan dan menceraikan aku, saat dalam sidang perceraian aku diam - diam membunuh Ibu mertuaku. Aku tidak menyesalinya karena nyawa dibalas dengan nyawa, tapi satu hal yang ku sesali. Aku tidak sempat membunuh suamiku, seandainya aku belum tertangkap mungkin suamiku juga akan ku bunuh,” ujar Mei dengan dendam. Valencia bergidi ngeri, ia tak menyangka kehidupan para napi tahanan seperti ini. Sebuah kesalahan bisa memicu seseorang untuk melakukan pembunuhan. Dendam membuat orang lain menjadi berubah, menghilangkan nyawa manusia dengan mudah seakan nyawa tak ada artinya. Sementara itu di kediaman keluarga Alaskar, Kendar dan Gloria mengetahui kalau gadis yang telah menabrak Angela hanya dihukum 2 tahun penjara. “Kenapa gadis itu hanya dihukum 2 tahun penjara? Harusnya seumur hidup!” ujar Gloria dengan sedih dan mulai menangis. “Sabarlah Ma. Ini memang sudan keputusan pengadilan. Gadis itu sudah mendapatkan ganjaran yang setimpal, orang tuanya mengalami musibah, Ayahnya mati, Ibunya depresi, dan yang paling penting perusahaannya bangkrut,” ujar Kendal menenangkan istrinya yang menangis. “Benarkah? Mungkin itu sudah karma bagi gadis itu. Gadis itu sudah merasakan sakitnya kehilangan orang yang sangat disayangi dan berarti untuknya.” “Kita sebaiknya harus merelakan Angel, Ma. Mungkin memang takdir sudah menentukan seperti ini.” “Iya Pa. kita hanya bisa berdoa agar Angel tenang dan bahagia di sana. Aku yakin Angel dan Viana sudah bersama, saling melindungi.” “Aku mengkhawatirkan Kenneth, Pa. Kenneth sangat berbeda, aku kira anak kita itu akan mengalami keterpurukan seperti saat Viana meninggal, tapi kali ini berbeda. Kenneth masih bersikap seperti biasa.” “Aku juga merasa heran Ma. Tapi, aku juga senang Kenneth bisa menerima kenyataan dan tetap menjalani hidupnya seperti biasa.” “Iya Pa.” “Ma, Kenneth kemana?” “Dia sekarang di apartemennya Pa. Kenneth mengatakan akan pindah ke sana, jika di sini ia selalu teringat pada Angel. Aku ga tega Pa, mungkin ini caranya Kenneth agar tetap waras tidak seperti dulu.” “Semoga saja ini keputusan yang terbaik daripada Kenneth terus menerus bersedih.” “Semoga saja Ma,” ujar Kendal dengan khawatir. Semoga saja pikiranku salah, aku berharap Kenneth tidak melakukan sesuatu yang dapat merugikannya. Kendal berbicara dalam batinnya. Kendal sangat mengenal sifat putranya, Kenneth bukan pria yang mudah memaafkan kesalahan orang lain. Apalagi putri kandungnya sendiri meninggal, ia berpikir apakah mungkin Kenneth melakukan sebuah rencana untuk menyingkirkan Jesslyn?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN