Hari ini bagaikan hari yang begitu menyiksa jiwa dan fisik, udara penat di balik jeruji penjara terasa begitu menyesakkan relung hati. Air mata perlahan turun di wajahnya yang sendu, Valencia mendapatkan kabar duka teramat dalam. Kepergian ayahnya menyisakan duka dalam hidupnya, ia menyesali segala yang terjadi di hidupnya.
Valencia dikawal dengan ketat oleh pihak kepolisian menuju pemakaman ayahnya, Sebastian. Begitu sampai di area pemakaman sudah banyak media massa yang menunggu kedatangan tersangka kasus fenomenal tersebut. Ia dilindungi pihak kepolisian menerobos kerumunan wartawan yang berebut dengan berbagai pertanyaan, tapi tak sepatah katapun keluar dari bibirnya.
Pandangan mata Valencia meneramang, dilihatnya segunduk tanah yang masih baru di area pemakaman. Ia merasa limbung dan terjatuh di tanah tepat di sebelah makam lelaki yang sangat disayanginya.
“Papa ... maafkan aku Papa,” ujar Valencia dengan air mata terus mengalir di wajahnya.
Marina, ibunya Valencia hanya terdiam. Kepergian suaminya yang begitu cepat membuatnya tak percaya. Rasanya baru kemarin Sebastian masih tertawa dan tersenyum, mereka menangis, berjuang bersama atas segala masalah, dan duka yang dirasakan.
“Mama ...." Valencia memeluk tubuh ibunya, tapi yang dipeluk hanya diam saja tidak merespon pelukannya.
“Mama, mama,” panggil Valencia lagi.
Marina hanya terdiam dengan tatapan mata kosong terarah di makam Sebastian. Valencia menoleh ke samping ada Liam asisten sekaligus orang kepercayaan ayahnya yang masih setia mendampingi keluarga Agatha.
“Nona Jesslyn, sepertinya Bu Marina masih shock dengan kematian Pak Sebastian,” ujar Liam.
“Dari kapan Mama seperti ini Liam?” tanya Valencia.
“Waktu di rumah sakit datang melihat jasad Pak Sebastian. Bu Marlina menangis dan terus memanggil nama Pak Sebastian, Nona. Di rumah duka jadi berbeda Nona, Bu Marlina hanya diam membisu tanpa mengeluarkan sepatah katapun.”
“Apakah banyak keluarga yang datang? Kenapa aku tidak melihat satupun keluarga Agartha di sini?”
“Tidak ada yang datang Nona. Perusahaan Pak Sebastian juga mengalami banyak masalah dan bangkrut, banyak rekanan yang dulu bekerja sama memutuskan kontrak secara sepihak. Semua aset perusahaan dan aset pribadi sudah disita bank. Rumah yang Anda dibesarkan juga disita bank.”
“Apa! Keluarga Agatha bangkrut dan semua aset disita bank? Kenapa bisa seperti ini Liam? Apa semua karena aku?”
Liam tak bisa menjawab pertanyaan Valencia, jika ia mengatakan karena perbuatanmu lah penyebab semua musibah ini terjadi akan semakin memperparah masalah. Ia tahu Valencia sudah banyak menderita, wajah gadis itu tak seperti dulu walau masih terpancar kecantikannya yang alami.
“Nona, sebaiknya fokus dalam kasus Anda. Besok Anda sidang pertama, ‘kan?”
“Iya besok sidang pertamaku.”
“Saya harap semua berjalan dengan lancar Nona.”
“Terima kasih Liam, lalu Mamaku akan tinggal di mana?”
“Saya yang akan mengurus Bu Marlina, Nona. Semasa hidup Pak Sebastian banyak membantu saya, banyak menolong saya. Saya merasa hutang budi pada keluarga Anda, Nona.”
“Terima kasih Liam, terima kasih banyak,” ujar Valencia dengan suara serak. Ia lelah, ia tak sanggup lagi mengalami semua musibah ini.
Valencia akhirnya kembali ke sel tahanannya, ia meratapi semua yang telah terjadi. Ia merasa perasaan bersalah yang teramat besar, jika saja ia tidak mabuk - mabukkan malam itu tentu semua ini tidak akan pernah terjadi. Andaikan ia bisa membuktikan kalau Regina pelaku yang sebenarnya tentu hidupnya tidak akan berakhir seperti ini.
Keesokan harinya, Valencia yang baru saja mengalami rasa duka kehilangan ayahnya, keadaan ibunya yang mengalami shock berat membuatnya tak memiliki gairah untuk berjuang dengan kebebasannya. Sudah tak ada lagi penyemangat dalam hidupnya, apakah ia harus menyerah saja dan menerima dakwaan yang menuntutnya.
Valencia sudah berada di gedung pengadilan, ia memakai baju tahanan dengan atasan berwarna kuning dan celana panjang berwarna hitam. Pakaian yang sudah ia kenakan selama 3 bulan di dalam sel tahanan. Romeo kuasa hukumnya sudah berada di sana mendampinginya. Ia bingung bagaimana harus membayar Romeo, ayahnya sudah meninggal semua aset perusahaan sudah disita bank dan aset pribadi juga bernasib sama.
“Pak Romeo, Anda masih membela aku?” tanya Valencia bingung.
“Aku akan membelamu sampai akhir Valen.”
“Tapi, aku sudah tidak memiliki uang sepeserpun untuk membayarmu?”
“Tidak usah memikirkan semua itu Valen. Tentang bayaranku sudah diurus terlebih dahulu oleh Pak Sebastian walau beliau sudah tiada. Maaf saya tidak hadir saat pemakaman.”
“Tidak apa - apa Pak Romeo aku mengerti.”
Persidangan dibuka untuk umum dalam kasus Valencia. Tubuhnya bergetar duduk di kursi pesakitan, ia menutup matanya berharap ini hanya mimpi yang saat ia membuka matanya terbangun di ranjang kamarnya, menarik napasnya dengan perlahan, dan menghembuskannya kembali. Ia membuka matanya secara perlahan, berharap semua yang ia bayangkan tadi menjadi kenyataan bahwa ini semua hanya mimpi buruk. Tapi, ternyata ini semua bukan impian. Semuanya kenyataan yang harus dihadapi akibat kesalahan yang tidak seharusnya ia tanggung:
Persidangan berjalan dengan alot, jaksa penuntun umum memberikan bukti - bukti dan Romeo penasehat hukum Valencia tidak dapat mengelak bukti - bukti yang ada. Valencia merasa putus asa mendengar semuanya. Ia sudah mengatakan kalau ada orang lain yang bersama dengannya, tapi tidak ada yang mempercayainya setiap perkataannya.
Tanpa terasa kasus persidangan Valencia sudah 2 bulan berlalu dan hari ini memasuki putusan. Sekarang saatnya ia harus menerima keputusan majelis Hakim, hari yang menentukan berapa tahun ia akan dihukum. Valencia kembali duduk di kursi pesakitan, ia kembali gugup. Ia memang sangat tak nyaman berada di pengadilan, banyak mata yang melihatnya dengan tatapan benci.
Jaksa penuntut umum meminta hukuman 4 tahun penjara dan Romeo penasehat hukum 1 tahun 6 bulan penjara di potong masa tahanan. Majelis Hakim memutuskan Valencia dihukum 2 tahun penjara di potong masa tahanan, ia sudah menjalani 5 bulan penjara jadi ia menjalani hukuman 19 bulan atau 1 tahun 7 bulan.
"Valen, ini lebih baik dari pada tuntutan Jaksa penuntut umum padamu," ujar Romeo.
"Terima kasih," ucap Valencia dengan sedih.
Valencia hanya bisa diam, perasaan yang ia rasakan sekarang campur aduk. Ia sangat lelah, dan ingin segera kembali ke sel tahanannya. Dengan pandangan kosong dan wajah pucat ia dikawal pihak kepolisian masuk ke dalam mobil tahanan.
Romeo hanya melihat Valencia dengan iba, ia sudah berusaha membantu gadis itu sebagai amat dari Sebastian. Walau ia di tekan oleh banyak pihak atas kasus keluarga Alaskar, tapi ia tak memperdulikannya. Ia yakin gadis itu hanya korban dan tidak bersalah, pelaku sebenarnya adalah Regina teman yang di sebutkan Valencia, Regina lah pelaku yang sebenarnya, tapi tak bisa dibuktikan karena Regina menghilang.
Kenneth sangat marah dan semakin membenci Valencia. Selama 2 bulan mengikuti jalanannya sidang Valencia melalui Hans asisten pribadinya, tapi ia juga tak bisa berbuat apa - apa lagi dengan keputusan majelis Hakim dan banyaknya sorotan media membuat gerak - geriknya terbatas. Kecelakaan yang menyebabkan putrinya meninggal bukan faktor kesengajaan. Ia yang akan memberikan Valencia hukuman yang dengan caranya sendiri. Hukuman yang tidak akan gadis itu lupakan seumur hidupnya, sekarang ia hanya bisa bersabar menunggu gadis itu keluar dari penjara.