Chapter 16

1658 Kata
"Apa yang membuatmu berani mengetuk pintu kamarku dengan kasar dan keras hah?" Tanya Gabriel yang seketika membuat ciut nyali sosok wanita dengan seragam pelayan dihadapannya itu. Namun tidak, ia harus segera memberitahukan tentang nyonya mereka yang baru saja berangkat.   "A-anu Tuan... Ny-Nyonya Skylar... D-dia baru saja keluar rumah dengan sangat terburu - buru kemudian menaiki sebuah taxi d-dan kami tidak dapat menahan nyonya untuk tetap dirumah tuan." Jelas wanita itu setelah mengumpulkan seluruh nyali yang ada pada dirinya. Menghadapi tatapan tajam nyaris mematikan dari sosok tuannya itu.   Gabriel tentu saja membulat dengan ekspresi terkejut setengah matinya. Pria itu menjambak surainya sendiri dengan penuh kefrustasian.   "Panggil Georgio untuk datang keruangan ku sekarang!" Dengan itu, Gabriel meninggalkan keberadaan wanita yang menjadi sosok pemimpin pelayan yang ada di rumahnya itu untuk segera menuju keruang bekerja pribadinya yang juga ada dirumah itu. Hari ini pria itu lagi - lagi memutuskan untuk tidak pergi bekerja ke perusahaannya, ia lebih memilih untuk tetap berada dirumah karena jika pergi bekerja dan datang keperusahaannya pun, ia pasti tidak akan bisa fokus dan hanya akan berakhir memikirkan istrinya itu yang masih enggan berbicara dengannya dan memilih menghindarinya tersebur.   Berselang sekitar 10 menit, Ruangan bekerja Gabriel diketuk dari arah luar membuat pria itu menyahuti untuk menyuruh sosok yang mengetuk pintu kerjanya itu masuk.   "Masuk .." cklekkk* itu Georgio, sosok tangan kanannya yang selama ini setia bekerja dan mengabdi padanya.   "Tuan memanggil saya?" Tanya pria dengan ekspresi kaku dan datar itu tanpa basa - basi pada Gabriel.   "Ya, aku membutuhkanmu." Keduanya bertatapan dengan sinyal misterius.   "Aku ingin engkau mengawasi istriku diam - diam dan jangan sampai ketahuan olehnya sampai aku bisa berbaikan dengan istriku. Atau sampai dengan emosinya menurun. Ingat awasi dia dengan teliti, dan kabarkan padaku setiap gerak - geriknya." Perintah Gabriel dengan suara mutlak tak bisa dibantahnya.   "Baik Tuan, akan saya laksanakan perintah mu dengan baik dan tepat."   -   Mata kuliah yang Skylar lewati hari ini terasa hanya lewat begitu saja bagi wanita itu. Wanita itu tak bisa fokus, matanya sudah tak terlihat begitu sembab namun wajah wanita itu terlihat begitu pucat, mungkin efek pagi ini ia melewatkan sarapan paginya. Kini ia tengah duduk termenung dikursi taman kampus sendirian. Awalnya memang berdua bersama sahabat barunya dikampus, Alleane, tapi sahabatnya itu kini tengah pergi ke perpustakaan setelah mengingat bahwa dirinya belum menyelesaikan tugas perkuliahannya dan perlu mencari sumber sesegera mungkin diperpustakaan.   Wanita itu terfokus pada buku yang ada ditangannya, hingga kehadiran seseorang tepat dihadapannya membuatnya terhenti. Skylar mendongakkan kepalanya ketika mendapat sepasang sepatu hitam mengkilat nampak berhenti tepat dihadapannya, mendapati sosok pria dengan stelan jas hitam dan rambut klimisnya datang menghampirinya dengan wajah datar, membuat wanita itu mengernyitkan dahinya bingung.   “Maaf, apakah anda ada keperluan dengan saya?” tanya Skylar hati – hati sekali. Sejujurnya ia pun berusaha mengingat – ingat apakah dirinya pernah mengenal sosok didepannya itu, ataukah ia memiliki hutang yang belum dilunasi dan pria dihadapannya itu akan menarik hutangnya? Tapi untuk yang kedua, Skylar rasa tidak mungkin.   “Maaf mengganggu waktu anda Nyonya, ini-” sebuah paperbag terulur dari tangan pria itu kearah Skylar makin membuat kernyitan didahi Skylar tampak makin nyata. Wsnita itu menerima paper bag tersebut dengan ragu – ragu.   “Tuan Gabriel berpesan supaya Nyonya memakannya karena pagi ini Nyonya belum memakan apapun untuk sarapan.” Sambung pria itu seketika melunturkan kebingungan – kebingungan yang tersisa pada raut wajah Skylar, tanpa diduga – duga wanita itu beranjak dari duduknya kemudian menyerahkan kembali secara paksa paper bag yang sempat ia terima tadi kepada sosok dihadapannya itu.   “Katakan padanya, aku akan pergi mencari makan untukku sendiri dan kembalikan makanan itu padanya untuk dia makan sendiri, aku tak membutuhkan itu!” tanpa membuang waktunya lagi, Skylar berbalik kemudian meninggalkan sosok pria suruhan suaminya itu terbengong – bengong karenanya.   -   “Apa?! Kenapa dia menolaknya?” itu Gabriel. Pria itu menghela nafasnya, menyadari bahwa istrinya itu pasti masih marah sekaligus kecewa padanya.   “N-nyonya bilang ia tidak mau menerima ini dan menyuruh Tuan untuk memakannya sendiri karena Nyonya akan mencari makan untuk dirinya sendiri, seperti itu Tuan.” Jelas pria yang tadi sempat menjadi suruhannya untuk mengantarkan menu makanan pada istrinya. Gabriel memijat dahinya perlahan, ia masih sangat hafal seperti apa kekeras kepalaan sosok istrinya itu jika tengah dilanda marah. Dan itu semua konsekuensi yang harus ditanggungnya karena telah membuat wanita itu marah kepadanya.   “Baiklah, kau boleh pergi sekarang.” Pria utusannya itu undur diri setelah sempat membungkuk hormat pada Gabriel. Kini pria itu kembali dibuat berpikir, apa yang harus ia lakukan demi mendapatkan maaf dari wanita yang begitu ia cintai tersebut?   “Kan… sudah kubilang, Skylar pasti tidak akan semudah itu memaafkan mu. Ini berkaitan dengan kepercayaanmu padanya, bukan hanya seperti perdebatan ringan yang pernah atau sering kalian lewati sebelum – sebelumnya tentang sebuah makanan yang enak atau tidak dude.” Itu Antonio. Lagi – lagi pria itu mengambil peran antara hubungan pernikahan sahabatnya itu dengan istrinya, sedikit banyak merutuki tindak kebodohan dan kecerobohan yang dilakukan oleh sahabatnya itu dalam batinnya.   “Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku tidak bisa berpisah terlalu lama dengan Skylar atau menjaga jarak dengannya, itu benar – benar menyiksaku. Aku tau aku salah, aku ingin minta maaf padanya tapi dia bahkan tak mau berbicara denganku.” Keluh Gabriel frustasi, ini sudah sore hari, dan Skylar masih tak mau menerima panggilan maupun membalas pesan darinya.   “Kau fikir dengan maaf kau bisa dengan mudah menyembuhkan rasa kecewanya begitu saja dude? Come on, kau meragukan kesetiaannya, itu berarti kau meragukan rasa cintanya padamu, itu yang melukainya, itu yang merendahkannya. Dia akan berpikir bahwa kau tidak bisa melihat cintanya padamu karena tuduhan – tuduhanmu bahwa dia sengaja menutupi keberadaan pria lain yang kau anggap saingan itu hanya karena Skylar ingin diam – diam menghabiskan waktunya dengan pria itu. Bodoh sekali kau Tuan Miller.” Antonio benar – benar merasa gemas pada sahabatnya itu. Dirinya yang mendengarkan cerita dari pria itu saja merasa emosi, apalagi menjadi sosok Skylar yang dituduh seperti itu begitu saja tanpa mau mendengar penjelasan wanita itu?   “I know, aku begitu bodoh karena dengan mudahnya tersulut emosi dan berbicara hal – hal yang tidak baik pada Skylar, namun aku ingin memperbaikinya. Semua hal yang berkaitan dengan Skylar begitu membuatku berdebar – debar, ini baru bagiku, dan membuatku tak dapat berpikir banyak karenanya.” Cerocos Gabriel frustasi. Antonio menghela nafas mendengarnya, sejujurnya iapun juga merasa kasihan pada sahabatnya itu.   “Setelah ini semua selesai, kau harus benar – benar mampu mengendalikan emosimu. Skylar adalah wanita baik – baik yang mau menyerahkan hidupnya padamu. Dia gadis muda yang bahkan rela melepaskan waktu bebasnya sebagai sosok wanita dewasa hanya demi kau, demi menjadi pendamping hidup yang baik untukmu. Jadi jangan melemparkan tuduhan yang tidak – tidak padanya lagi, karena itu benar – benar melukainya, ah- bukan. Karena itu benar – benar mengecewakannya begitu dalam.” Gabriel tertegun mendengarnya, pria itu menundukkan wajahnya melihat kearah lantai yang menjadi pijakan kakinya kini.   “Lalu sekarang bagaimana caraku menemuinya agar dia tidak menolakku?” tanya Gabriel lagi dengan ekspresi frustasinya. Tak menyadari kedatangan seseorang diruangannya tersebut yang kini tengah melempar sebuah senyum hangat pada Antonio.   “Tidak perlu, karena aku sudah ada disini.” Gabriel spontan memutar kepalanya dalam kecepatan maksimal, membuat pria itu sedikit meringis merasa ototnya benar – benar tertarik dengan cukup kencang.   “S-sky?” Gabriel dibuat terkejut nyaris tidak percaya melihat keberadaan istrinya yang kini mulai duduk disofa seberangnya.   “Sekarang katakan apa yang ingin kau katakan padaku.” Gabriel sedikit dibuat gelagapan mendengarnya.   “A-aku, maksudku… aku ingin meminta maaf  padamu karena telah melampiaskan kemarahan sekaligus tuduhan – tuduhanku padamu yang menyakitimu. Sumpah demi apapun, aku tidak bermaksud mengatakan hal – hal buruk yang seperti itu kepadamu. Kumohon maafkan aku…” sebenarnya Gabriel tak mampu menahan dirinya sendiri untuk membawa Skylar kedalam pelukannya kembali, namun pria itu sadar diri bahwa Skylar masih belum sepenuhnya menerima permintaan maaf darinya.   “Kau tau jika apa yang kau katakan semalam menyakitiku begitu dalam? “ Gabriel dibuat membisu mendengarnya.   “Apakah kau pernah sekali saja mendapatiku dengan sengaja berdekatan atau menggoda pria lain yang berada disekitarku?” Gabriel menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, masih dengan bibirnya yang terkatup.   “Maka darimana spekulasi – spekulasi muncul diotakmu bahwa aku dengan sengaja tidak memberitahumu tentang keberadaan Aaron hanya karena aku ingin menghabiskan waktuku secara diam – diam bersama pria itu dibelakangmu?” Gabriel kian menunduk mendengarnya. Pria itu semakin merasakan penyesalan – penyesalan mulai menghinggapi batinnya.   “Aku minta maaf mengenai hal itu. Aku benar – benar menyesalinya, emosi bodohku membuatku tak mampu mengontrol segalanya padamu.” Mohon Gabriel yang menghasilkan sebuah senyuman tipis dibibir Skylar.   “Aku tak melarangmu untuk mencemburuiku, tapi kumohon, aku tak ingin mendengar kata – kata menyakitkan itu keluar lagi darimu.” Gabriel spontan mengangguk – anggukan kepalanya dengan cepat, ia benar – benar tak sabar untuk segera berbaikan dengan istrinya itu yang dengan bodohnya sempat ia kecewakan.   “Baik, aku akan mengingatnya dan memperbaiki keburukanku supaya tak menyakiti istri tercintaku lagi.” Saut Gabriel dengan mantap. Pria itu nyaris beranjak untuk segera meraih Skylar masuk kembali kedalam dekapannya setelah sehari dirinya tak dapat merasakan pelukan wanita yang begitu ia cintai tersebut. Namun niatnya harus terhenti ketika wanita itu terlihat meringis sembari menyentuh keningnya, kemudian dalam sepersekian detik yang membuat Gabriel spontan berlari menuju Skylar, wanita itu pingsan begitu saja tepat ketika Gabriel mampu meraih tubuh wanita itu sehingga terhindar dari kerasnya lantai yang dapat meraihnya sewaktu – waktu jika dirinya terlambat.   “Sky? Skylar?!!” panggil Gabriel sembari menepuk – nepuk pelan pipi wanita itu. Dapat dirasakannya kekhawatiran meningkat seratus persen karena hal ini.   “Antonio!!!” teriak Gabriel dengan panik, membuat Antonio segera berlari keruangan sahabatnya itu yang suaranya terdengar dari celak pintu yang tak tertutup rapat. Antonio pun terkejut melihat istri dari sahabatnya itu terlihat tergeletak dalam rengkuhan Gabriel.   “A-apa yang terjadi pada istrimu?” Gabriel tak menggubrisnya.   “Cepat siapkan mobil, kita harus segera kerumah sakit!” To be continued~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN