Chapter 17

1307 Kata
“Kau tau jika apa yang kau katakan semalam menyakitiku begitu dalam? “ Gabriel dibuat membisu mendengarnya.   “Apakah kau pernah sekali saja mendapatiku dengan sengaja berdekatan atau menggoda pria lain yang berada disekitarku?” Gabriel menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, masih dengan bibirnya yang terkatup.   “Maka darimana spekulasi – spekulasi muncul diotakmu bahwa aku dengan sengaja tidak memberitahumu tentang keberadaan Aaron hanya karena aku ingin menghabiskan waktuku secara diam – diam bersama pria itu dibelakangmu?” Gabriel kian menunduk mendengarnya. Pria itu semakin merasakan penyesalan – penyesalan mulai menghinggapi batinnya.   “Aku minta maaf mengenai hal itu. Aku benar – benar menyesalinya, emosi bodohku membuatku tak mampu mengontrol segalanya padamu.” Mohon Gabriel yang menghasilkan sebuah senyuman tipis dibibir Skylar.   “Aku tak melarangmu untuk mencemburuiku, tapi kumohon, aku tak ingin mendengar kata – kata menyakitkan itu keluar lagi darimu.” Gabriel spontan mengangguk – anggukan kepalanya dengan cepat, ia benar – benar tak sabar untuk segera berbaikan dengan istrinya itu yang dengan bodohnya sempat ia kecewakan.   “Baik, aku akan mengingatnya dan memperbaiki keburukanku supaya tak menyakiti istri tercintaku lagi.” Saut Gabriel dengan mantap. Pria itu nyaris beranjak untuk segera meraih Skylar masuk kembali kedalam dekapannya setelah sehari dirinya tak dapat merasakan pelukan wanita yang begitu ia cintai tersebut. Namun niatnya harus terhenti ketika wanita itu terlihat meringis sembari menyentuh keningnya, kemudian dalam sepersekian detik yang membuat Gabriel spontan berlari menuju Skylar, wanita itu pingsan begitu saja tepat ketika Gabriel mampu meraih tubuh wanita itu sehingga terhindar dari kerasnya lantai yang dapat meraihnya sewaktu – waktu jika dirinya terlambat.   “Sky? Skylar?!!” panggil Gabriel sembari menepuk – nepuk pelan pipi wanita itu. Dapat dirasakannya kekhawatiran meningkat seratus persen karena hal ini.   “Antonio!!!” teriak Gabriel dengan panik, membuat Antonio segera berlari keruangan sahabatnya itu yang suaranya terdengar dari celak pintu yang tak tertutup rapat. Antonio pun terkejut melihat istri dari sahabatnya itu terlihat tergeletak dalam rengkuhan Gabriel.   “A-apa yang terjadi pada istrimu?” Gabriel tak menggubrisnya.   “Cepat siapkan mobil, kita harus segera kerumah sakit!”   -   Mobil yang dikendarai Antonio melesat dengan kecepatan tak main – main. Dalam waktu singkat, pria itu telah dengan sigap mengumpulkan beberapa bodyguard yang menjaga keamanan perusahaan untuk mengawal kendaraan mereka sehingga tidak terhambat lalu lintas.   Gabriel berada dikursi penumpang belakang, pria itu masih dengan posisi memangku Skylar sembari menatapi istrinya itu dengan rasa khawatir yang memuncak. Ini benar – benar membuatnya takut. Jika saja Skylar pingsan karena ulahnya semalam, maka ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri dan akan lebih memilih menyalahkan atau membodoh – bodohkan dirinya sendiri.   “Sayang, kumohon bangun. Sumpah demi apapun, aku akan membunuh diriku sendiri jika kau sakit karena ulahku. Maaf… maafkan aku.” Bisik Gabriel sembari mengecup pelipis istrinya itu dengan matanya yang memerah. Terasa panas menahan tangis sejujurnya.   Antonio yang tentu saja terfokus pada jalanan didepannya diam – diam masih menyimak apa yang baru saja sahabatnya itu bisikkan pada istrinya yang kini tengah tak sadarkan diri. Dalam hatinya, pria itu menyadari suatu hal yang cukup penting dalam spekulasi otaknya. Gabriel, sahabatnya itu kini mulai ketergantungan akan keberadaan Skylar, atau justru sudah ketergantungan. Itu mungkin saja baik jika dipandang dari sudut sisi positifnya, yaitu sahabatnya itu kini benar – benar jatuh cinta pada istrinya dan pria itu pasti tidak akan berpikiran untuk menyelingkuhinya. Tapi jika dipandang dari sisi negatifnya? Itu berarti akan berbahaya jika Gabriel benar – benar ketergantungan akan kehadiran Skylar. Pria itu bisa saja membunuh dirinya sendiri jika dirinya menyakiti atau kehilangan istrinya itu.   Tapi Antonio berusaha mengenyahkan segala spekulasi didalam otaknya. Berusaha membangun pikiran positifnya, bahwa mungkin saja bisikan Gabriel pada Skylar yang baru saja didengarnya itu hanyalah menggambarkan sebuah rasa kekhawatiran ataupun ketakutan dari seorang suami yang melihat istrinya secara tiba – tiba tak sadarkan diri tanpa ia ketahui penyebabnya sebelumnya.   Setelah melajukan mobil mewah itu dengan kecepatan tak main – main, akhirnya mereka sampai di sebuah rumah sakit megah yang juga memiliki suatu hubungan kerja sama dengan perusahaan Gabriel. Tanpa membuang waktu lagi setelah roda mobil itu berhenti berputar, Gabriel segera membawa Skylar yang berada digendongan tangannya itu keluar dari mobil untuk kemudian memasuki rumah sakit, memanggil suster yang berlalu lalang agar segera menyiapkan brankar dan mendorong brankar itu keruangan UGD dengan cepat serta teliti demi keselamatan pasien.   “Mohon maaf, Tuan tidak bisa masuk kedalam ruangan.” Cegah salah satu suster ketika Gabriel ingin mendorong paksa pintu yang akan para suster tutup setelah dokter memasuki ruangan. Gabriel yang mendengarnya pun hanya mampu menjambak surainya frustasi. Pria itu mondar – mandiri kebingungan melewati detik demi detik yang menegangkan. Ia benar – benar berharap untuk dapat masuk kedalam ruangan, tapi dalam batinnya pun menyadari bahwa itu tidak akan baik karena dirinya bisa saja menganggu dokter yang akan memeriksa istrinya itu dengan pertanyaan – pertanyaan kelewat bodoh yang mungkin saja Gabriel lontarkan akibat rasa paniknya.   “Bagaimana? Apa Skylar sudah selesai diperiksa?” tanya Antonio ketika dirinya baru saja tiba setelah memarkirkan mobil.   “Belum, para suster itu melarangku untuk masuk kedalam ruangan. Sialan, apa yang mereka lakukan pada istriku? Kenapa selama ini?!” maki Gabriel dengan frustasi, membuat Antonio menganga. Sahabatnya itu benar – benar terlihat seolah kehilangan kontrol emosinya saat ini. Seorang Gabriel Miller yang tenang dan dingin meskipun dalam keadaan semencekam apapun dalam berbisnis, kini terpatahkan begitu saja oleh kekhawatirannya pada Skylar.   “Berhenti mengoceh tidak jelas bodoh! Mereka pasti akan memeriksa istrimu dengan benar, jadi jangan bertindak kian bodoh!” omel Antonio pada Gabriel yang menghasilkan sebuah dengusan dari Gabriel tanpa mau susah – susah membalas perkataan temannya itu.   Setelah hening, tak lama kemudian seorang dokter keluar dari ruangan dimana tempat Skylar berada. Spontan membuat Gabriel serta Antonio berjalan mendekat kearah dokter dengan secepat kilat.   “Dok, apa yang terjadi pada istri saya dok? Apa sesuatu hal mengancam keselamatannya? Ataukah ada hal lain y-” “Tenang Tuan Miller, anda tidak perlu terlalu khawatir. Hal seperti memang rawan terjadi untuk kondisi Nyonya Miller, tapi semua itu masih dapat diatasi dengan baik jika anda mampu dengan sabar mendampingi Nyonya Miller.” Jelas dokter tersebut membuat Gabriel mengernyitkan dahinya.   “T-tunggu, apa itu maksudnya istri dari sahabat saya mengidap sebuah penyakit yang berbahaya?” itu Antonio, sang dokter yang mendengar pertanyaan itupun tersenyum.   “Melihat dari ekspresi dan tanggapan kalian yang seperti ini, saya rasa kalian belum mengetahui tentang penyebab sejujurnya Nyonya Miller pingsan bukan?” lagi, Gabriel mengernyit bingung mendengar pertanyaan dari dokter tersebut. Kenapa ini terasa berbelit – belit?   “Selamat Tuan Miller, istri anda saat ini tengah hamil. Jika diperkirakan dari bentuk janin tersebut saat ini, diperkirakan usia janin yang ada didalam rahim Nyonya Miller berusia 3 minggu Tuan.” Jelas dokter itu yang uniknya membuat Gabriel sekaligus Antonio membeku. Melihat hal tersebutpun, dokter itu hanya dapat tersenyum.   “Sebantar lagi Nyonya akan dipindahkan keruangan inap dan diperbolehkan pulang setelah cairan infus telah habis. Sekali lagi saya ucapkan, selamat Tuan Miller.” Gabriel hanya mampu mengangguk singkat, membiarkan dokter itu berlalu dari hadapannya.   Pria itu masih membeku, matanya membulat terkejut dengan air mata yang sedikit terlihat berkaca – kaca dinetranya. Ia benar – benar bahagia tentu saja, mendengar bahwa akan ada copy –an dari dirinya dengan Skylar yang kelak bermain, tertawa serta berlari – larian dirumah membuatnya benar – benar tak mampu untuk  berkata – kata barng sedikitpun.   “A-aku akan menjadi seorang ayah?” gumamnya lirih, masih dengan nada sumringahnya. Mendengar itu, Antonio yang ada disampingnya pun tersenyum.   “Congrats bro! kau benar – benar akan memiliki seorang anak sekarang!” ucap Antonio sembari menepuk bahu Gabriel, namun Antonio kembali dibuat heran melihat kini ekspresi Gabriel yang mulai terlihat menurun.   “Tunggu, ada apa dengan wajahmu itu? Bukankah kau merasa senang hah karenanya? Karena kehadiran janin dirahim Skylar” Gabriel masih tampak berpikir, hingga akhirnya….   “Haruskah kami menggugurkan kandungan istriku itu?” To be continued~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN