Chapter 15

679 Kata
Pagi datang dengan lambat bagi Skylar. Wanita itu terbangun dari tidurnya yang masih dengan posisi terduduk didepan pintu kamar tamu yang didiami nya sejak kemarin malam. Tanpa mengulur waktu, wanita itu segera mandi dan bersiap dengan baju seadanya yang syukurnya ada dilemari kamar tamu tersebut. Setelah wanita itu merasa rapi dan telah siap untuk berangkat menuju kampus, terdengar dari luar sana bahwa Gabriel mendapat sebuah telepon. Mungkin sebuah telepon penting berkaitan dengan pekerjaannya. Tak lama dari itu, Skylar dapat mendengar langkah Gabriel yang beranjak pergi dari depan pintu. Skylar mendengarnya dengan hati – hati, setelah menunggu beberapa saat hingga sekiranya Gabriel kini tengah mandi, wanita itu berjalan menuju pintu kemudian membuka pintu itu secara perlahan setelah membebaskan kuncinya. Melihat situasi yang aman, wanita itu bergegas untuk segera keluar dari rumah. Menjawab bahwa pagi ini ada tugas yang harus segera diselesaikannya dikampus ketika ditanyai pelayan rumahnya mengenai sarapan. Bahkan ketika mencapai pintu gerbang, Skylar pun menjawabnya dengan jawaban yang sama, diimbuhi dengan perkataan bahwa Gabriel baru saja mengizinkannya untuk pergi berangkat sendirian karena pria itu yang masih kelelahan. Akhirnya setelah itu, Skylar berhasil lolos keluar dari kediaman megah itu. Memasuki taxi dan mengatakan alamat kampus tempatnya berkuliah sebagai tempat yang ditujunya. Biarlah untuk hari ini dia masuk 1 jam lebih awal dari jam pertama mata kuliahnya demi menghindari Gabriel, yang jelas untuk saat ini Skylar masih belum ingin berbicara dengan suaminya itu. Wanita itu perlu waktu untuk sendiri, menghabiskan waktunya untuk meredam sakit hatinya sementara waktu. Berusaha melupakan ucapan – ucapan Gabriel kemarin yang seolah tak mempercayainya sama sekali. Hanya sebentar saja, hingga ia mampu memulihkan dan mengendalikan emosinya sendiri kali ini. - "T-tuan!" Tokk tokk tokk* sosok pemimpin pelayan wanita yang bekerja di kediaman Gabriel itu dengan tergesa - gesa berjalan secepat yang ia bisa untuk segera sampai di kamar pribadi tuan dan nyonya -nya itu kemudian mengetuk pintu kamar tersebut dengan tergesa pula. Gabriel yang baru saja selesai mengancingkan kancing - kancing kemejanya itu dibuat berdecak kesal. Pikirnya ada apa dengan pemimpin pelayan yang bekerja padanya itu, sehingga berani mengetuk pintu kamarnya berkali - kali dengan cukup kasar dan tidak sopan seperti biasanya itu. Dengan kesal akhirnya pria itu berjalan menuju pintu kamarnya, membuka pintu itu dan siap menyembur sosoknya dengan makian sadisnya. "Apa yang membuatmu berani mengetuk pintu kamarku dengan kasar dan keras hah?" Tanya Gabriel yang seketika membuat ciut nyali sosok wanita dengan seragam pelayan dihadapannya itu. Namun tidak, ia harus segera memberitahukan tentang nyonya mereka yang baru saja berangkat. "A-anu Tuan... Ny-Nyonya Skylar... D-dia baru saja keluar rumah dengan sangat terburu - buru kemudian menaiki sebuah taxi d-dan kami tidak dapat menahan nyonya untuk tetap dirumah tuan." Jelas wanita itu setelah mengumpulkan seluruh nyali yang ada pada dirinya. Menghadapi tatapan tajam nyaris mematikan dari sosok tuannya itu. Gabriel tentu saja membulat dengan ekspresi terkejut setengah matinya. Pria itu menjambak surainya sendiri dengan penuh kefrustasian. "Panggil Georgio untuk datang keruangan ku sekarang!" Dengan itu, Gabriel meninggalkan keberadaan wanita yang menjadi sosok pemimpin pelayan yang ada di rumahnya itu untuk segera menuju keruang bekerja pribadinya yang juga ada dirumah itu. Hari ini pria itu lagi - lagi memutuskan untuk tidak pergi bekerja ke perusahaannya, ia lebih memilih untuk tetap berada dirumah karena jika pergi bekerja dan datang keperusahaannya pun, ia pasti tidak akan bisa fokus dan hanya akan berakhir memikirkan istrinya itu yang masih enggan berbicara dengannya dan memilih menghindarinya tersebur. Berselang sekitar 10 menit, Ruangan bekerja Gabriel diketuk dari arah luar membuat pria itu menyahuti untuk menyuruh sosok yang mengetuk pintu kerjanya itu masuk. "Masuk .." cklekkk* itu Georgio, sosok tangan kanannya yang selama ini setia bekerja dan mengabdi padanya. "Tuan memanggil saya?" Tanya pria dengan ekspresi kaku dan datar itu tanpa basa - basi pada Gabriel. "Ya, aku membutuhkanmu." Keduanya bertatapan dengan sinyal misterius. "Aku ingin engkau mengawasi istriku diam - diam dan jangan sampai ketahuan olehnya sampai aku bisa berbaikan dengan istriku. Atau sampai dengan emosinya menurun. Ingat awasi dia dengan teliti, dan kabarkan padaku setiap gerak - geriknya." Perintah Gabriel dengan suara mutlak tak bisa dibantahnya. "Baik Tuan, akan saya laksanakan perintah mu dengan baik dan tepat." To be continued~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN