Chapter 18

2263 Kata
“Sebentar lagi Nyonya akan dipindahkan keruangan inap dan diperbolehkan pulang setelah cairan infus telah habis. Sekali lagi saya ucapkan, selamat Tuan Miller.” Gabriel hanya mampu mengangguk singkat, membiarkan dokter itu berlalu dari hadapannya.   Pria itu masih membeku, matanya membulat terkejut dengan air mata yang sedikit terlihat berkaca – kaca dinetranya. Ia benar – benar bahagia tentu saja, mendengar bahwa akan ada copy –an dari dirinya dengan Skylar yang kelak bermain, tertawa serta berlari – larian dirumah membuatnya benar – benar tak mampu untuk  berkata – kata barng sedikitpun.   “A-aku akan menjadi seorang ayah?” gumamnya lirih, masih dengan nada sumringahnya. Mendengar itu, Antonio yang ada disampingnya pun tersenyum.   “Congrats bro! kau benar – benar akan memiliki seorang anak sekarang!” ucap Antonio sembari menepuk bahu Gabriel, namun Antonio kembali dibuat heran melihat kini ekspresi Gabriel yang mulai terlihat menurun.   “Tunggu, ada apa dengan wajahmu itu? Bukankah kau merasa senang hah karenanya? Karena kehadiran janin dirahim Skylar” Gabriel masih tampak berpikir, hingga akhirnya….   “Haruskah kami menggugurkan kandungan istriku itu?”   Plakkk   Itu ulah Antonio. Gabriel dibuatnya meringis akibat geplakan keras Antonio yang menyerang belakang kepala pria itu. Tanpa segan Gabriel menatap Antonio dengan tatapan membunuhnya, namun hal itu sama sekali tak membuat Antonio gentar kali ini, tidak seperti waktu – waktu lainnya yang mungkin saja membuatnya sesegera mungkin ingin kabur dari hadapan Gabriel.   “Kau gila hah?!” itu Gabriel. Pria itu membentak Antonio dengan suaranya yang terdengar mengerikan, hingga membuat dokter yang masih berada disana diam – diam bergidik ngeri.   “Kau yang gila! Kau pikir apa yang barusan kau katakan hah? Kau ini b******n atau apa? Kenapa b******k sekali?! Kau menghamili istrimu sendiri dan berpikiran untuk mengugurkan kandungan istrimu juga?! Aku yang akan membunuhmu dengan kedua tanganku sendiri jika hal itu benar – benar kau lakukan!” maki Antonio dengan nafasnya yang terengah – engah. Seumur hidupnya mengenal seorang Gabriel, baru kali ini ia benar – benar memaki sahabatnya itu dengan penuh emosi tanpa ada rasa takut sedikitpun. Bagaimanapun juga ia tak habis pikir dengan apa yang baru saja sahabatnya itu lontarkan. Bukannya bahagia telah mendengar berita kehamilan istrinya, tapi malah dengan bodohnya berpikiran untuk menggugurkan darah dagingnya sendiri yang kini mulai tumbuh dalam rahim istrinya itu.   “Aku hanya takut Skylar membenciku, aku sudah berjanji untuk tidak membuatnya hamil hingga dirinya lulus kuliah sebelum kita menikah dulu.” Ucap Gabriel sembari mendengus, membuat Antonio menganga karenanya. Otaknya dibuat blank mendengar apa yang baru saja sahabatnya itu katakan padanya tentang alasan sebenarnya dibalik tercetusnya ide untuk menggugurkan kandungan Skylar oleh Gabriel barusan.   “Saya rasa tidak perlu digugurkan Tuan. Anda bisa membicarakannya perlahan dengan Nyonya Miller mengenai kehamilan ini, saya yakin, nyonya akan pelan – pelan mulai menerimanya, karena dia adalah seorang ibu. Dia yang akan secara sedikit demi sedikit merasakan ikatan batin yang kuat dengan janin yang tumbuh didalam rahimnya, saya yakin denga itu, Tuan Miller.” Antonio mengangguk – anggukkan kepalanya setuju, dan berkata ‘dengar itu bodoh.’ Pada Gabriel membuat Gabriel mendelik kesal karenanya.   “Baik, kalau begitu saya permisi dulu. Para suster akan memindahkan Nyonya Miller keruang rawat setelah ini, sehingga Tuan dapat menemuinya. Kemudian Tuan bisa membawa Nyonya Miller pulang setelah cairan infus yang disuntikkan pada Nyonya habis, tetapi yang harus diingat Anda harus menjaga suasana hati serta keseimbangan gizi yang dikonsumsi Nyonya, diusia kandungan yang masih muda ini dia tidak boleh stress atau hal tersebut dapat membahayakan keberadaan janin Nyonya Miller.” Ucap dokter tersebut sebelum mengundurkan diri dari hadapan Gabriel dan Antonio.   Gabriel memasuki ruangan dimana Skylar berada setelah dipindah dan menyerahkan urusan administrasi dan lain sebagainya kepada Antonio. Pria itu dapat melihat kini Skylar masih memejamkan matanya, nampak pulas, entah tertidur atau masih pingsan, dirinya tidak tau. Namun dalam dadanya rasa ngeri masih tak kunjung luntur, mengingat bagaimana ia melihat sendiri dengan mata kepalanya ketika Skylar terjatuh pingsan begitu saja. Nyaris membuatnya gila akan rasa cemas yang membeludak dan nyaris memecahkan kepalanya.   Menit demi menit berlalu, Gabriel dibuat terperanjat mendapati Skylar yang terlihat mulai bergerak kecil, mata wanita itu mengerjap – ngerjap sebelum benar – benar sadar dan mendapati suaminya kini tengah menatapinya dengan wajah sangat khawatir serta tangannya yang dengan setia digenggami pula oleh suaminya.   “Sayang? Sudah sadar? Bagaimana? Apakah ada yang sakit? Apa yang kau rasakan? Pusing?” cerocos Gabriel dengan penuh kekhawatiran, membuat Skylar terkekeh kecil masih dengan matanya yang sedikit sayu akibat baru tersadar dari pingsannya. Wanita itu mengusap wajah Gabriel lembut, membantu pria itu untuk mulai merasa rileks sedikit demi sedikit.   “Hey, aku tidak apa – apa. Tapi tolong, ambilkan aku minum, tenggorokan terasa kering sekali.” Dengan sigap, tanpa membuang waktu lagi Gabriel meraih gelas berisi air putih yang terletak dimeja nakas samping ranjang rumah sakit. Kemudian membantu istrinya itu untuk duduk secara perlahan tanpa ingin menyakiti, lalu meminumkan air putih itu.   “Sudah?” Skylar menjawabnya dengan anggukan kepala. Keduanya kini saling berpandangan, Gabriel mengusap surai wanita itu dengan lembut kemudian mendaratkan sebuah kecupan pada dahi istrinya.   “Jangan pingsan lagi, kau membuatku nyaris mati akibat serangan panik melihatmu yang tiba – tiba pingsan dihadapanku.” Skylar tersenyum kecil kemudian memeluk pinggang suaminya.   “Maaf, aku tidak akan mengulanginya lagi.” Kemudian pelukan wanita itu terlepas, matanya membalas tatapan intens penuh cinta yang suaminya tujukan padanya.   “So, apa yang dokter katakan? Aku sakit apa?” tanya Skylar yang seketika membuat jantung Gabriel terasa berhenti berdetak selama sekian detik. Ekspresinya berubah drastis, Skylar yang menyadarinya pun mengernyitkan dahi.   “Apa itu? Kenapa ekspresimu seperti itu? A-apa aku menderita suatu penyakit yang serius? Penyakit p-parah?” tanya Skylar takut – takut, membuat Gabriel spontan menggeleng – gelengkan kepalanya, menghalau spekulasi – spekulasi yang menghinggapi otak istri cantiknya itu.   “Tidak – tidak. Kau tidak sakit apapun, sungguh, aku bersumpah aku tidak berbohong tentang itu sayang.” Ucap Gabriel yang melihat bahwa kini istrinya itu menatapnya dengan pandangan menyelidik, tak percaya.   “Lalu kenapa aku tiba – tiba pingsan? Tidak mungkin kan hal itu terjadi tanpa sebab. So, please tell me. Katakan yang sejujurnya padaku~” rengek Skylar yang membuat Gabriel menghela nafasnya. Mau tak mau dirinya memang harus menjelaskan keadaan yang sebenarnya terjadi pada wanita itu kan? Entah mungkin wanita itu akan marah padanya atau tidak, yang jelas Gabriel tidak akan membiarkan istrinya itu pergi meninggalkannya begitu saja. Ia akan melakukan apapun demi membuat wanita itu tetap berada disisinya, apapun itu, termasuk memusnahkan darah dagingnya sendiri yang mulai bertumbuh didalam rahim istrinya itu jika memang hal itulah satu – satunya cara yang dapat membuat Skylar bertahan selama – lamanya disisinya. Gila memang. Karena satu – satunya yang pria itu pedulikan didunia itu adalah istrinya, tak ada yang lain lagi, termasuk tentang keberadaan janin dalam rahim istrinya itu sendiri.   “Okay, aku akan menjelaskan semua yang dokter katakan padaku, tapi please… jangan tinggalkan aku setelah ini, demi tuhan aku akan melakukan apapun yang kau inginkan asal kau tetap disisiku selama – lamanya. Jadi kumohon, berjanjilah padaku bahwa kau akan selalu disisiku setelah ini tanpa berniat untuk meninggalkanku?” kernyitan pada dahi Skylar kian kentara mendengar apa yang baru saja suaminya itu katakan padanya. Ratusan spekulasi mulai benar – benar memenuhi otaknya, ketakutan mulai menghinggapinya.   “A-ada apa? Apa benar – benar seserius itu yang terjadi padaku?” Gabriel menganggukkan kepalanya, pria itu menggenggam kedua tangan istrinya itu dengan erat.   “Jadi kumohon, berjanjilah terlebih dahulu padaku untuk tidak meninggalkanku setelah mendengar penjelasanku.” Mau tak mau Skylar dengan segera menganggukkan kepalanya, menyetujui perkataannya karena lagipula mana ada pemikiran untuk meninggalkan suaminya yang juga begitu ia cintai itu terbesit diotaknya?   “Dokter berkata padaku, b-bahwa sebenarnya kau pingsan karena kau membutuhkan lebih banyak nutrisi, sehingga dokter menyarankan untuk kau lebih banyak mengkonsumsi makanan dengan asupan nutrisi yang baik.” Skylar memiringkan kepalanya, menatap suaminya dengan ekspresi bingung.   “Itu saja?” Gabriel menggeleng – gelengkan kepalanya dengan panik.   ‘Matilah aku!’ itu jeritan batin Gabriel.   “Sejujurnya dokter berkata bahwa saat ini kau tengah… t-tengah mengandung. Dirahimmu ada janin, dan diperkirakan telah berusia 3 minggu.” Setetes keringat menetes didahi Gabriel setelah berhasil mengatakan pokok permasalahan yang sebenarnya terjadi.   “Oh… jadi karena itu aku pingsan.” Santai Skylar sembari mengangguk – anggukkan kepalanya santai. Hingga detik berikutnya wanita itu secara tiba – tiba melotot, mulutnya menganga terkejut, tak dapat berkata – kata. “APA?!!” Nampaknya wanita itu baru saja tersadar dan memahami apa yang baru saja suaminya jelaskan padanya. Skylar menatap suaminya dengan ekspresi shock –nya.   “K-kumohon, aku tau ini diluar dari apa yang kujanjikan padamu sebelum kita menikah bahwa aku tidak akan membuatmu hamil sebelum kau benar – benar lulus kuliah, t-tapi demi tuhan aku tak merencanakan hal ini juga. S-sayang, kumohon maafkan aku. K-kita bisa menggugurkan janin itu jika kau belum ingin hamil, apapun itu aku akan lakukan asal kau tidak pergi meninggalkanku, apapun itu!” Skylar dibuat kian menganga mendengar apa yang baru saja Gabriel katakan. Wanita itu menatap Gabriel masih dengan wajah blank –nya.   Bughh bughh buggghh   “Aw! Sayang apa yang kau lakukan?” Gabriel meringis sakit, pukulan demi pukulan yang Skylar arahkan padanya barusan tak main – main, wanita itu menggunakan tenaga penuh.   “Kau gila hah?!” pekik Skylar yang membuat Gabriel mengernyit tak paham. Dari sisi mana memangnya dia bisa terlihat gila menurut istrinya itu?   “Nah benar kan, aku juga berpikir bahwa suamimu itu benar – benar gila.” Itu Antonio yang baru saja memasuki ruangan Skylar. Menyahut tanpa tau diri, membuat Gabriel menengok kearahnya dengan ekspresi luar biasa garang.   “Sayang, apa yang gila? Sudah kukatakan, apapun akan kulakukan demi membuatmu tetap berada disisiku. Jika kau benar – benar tak ingin mengandung hingga kau bisa lulus kuliah, it’s okay, aku akan mengabulkannya untukmu.” Kekeuh Gabriel membuat Skylar menggeleng – gelengkan kepalanya tak habis pikir.   “Gabriel, dia anakmu! Kau benar – benar gila hah?! Kau ingin memusnahkan darah dagingmu sendiri? Semudah itu bagimu?” tanya Skylar membuat Gabriel sedikit demi sedikit mulai memahami letak permasalahan mereka kali ini.   “Sayang, maafkan aku. Bukan maksudku seperti itu, tapi kau yang paling berharga dalam hidupku. Aku dapat lakukan apapun supaya kau tetap disini dan tidak meninggalkanku, kumohon maafkan aku karena tak bisa memegang janjiku padamu untuk tidak membuatmu hamil hingga kau benar – benar lulus kuliah.” mohon Gabriel lagi – lagi. Skylar menghela nafasnya. Wanita itu mulai menyadari seberapa ketergantungannya suaminya itu pada keberadaannya. Rasa bahagia dan sedih mulai memenuhi hatinya. Bahagia karena mengetahui sebesar apa rasa cinta suaminya itu padanya, serta sedih karena sikap ketergantungan pria itu akan keberadaannya. Jika saja suatu saat dirinya tak ada, entah apa yang akan terjadi pada suaminya ini. Skylar benar – benar takut jika suaminya itu akan bunuh diri begitu saja karena tak mampu hidup tanpa keberadaan istrinya itu lagi disisinya.   Antonio diam – diam kembali menggeleng – gelengkan kepalanya mendengar penjelasan sahabatnya itu pada istrinya, memahami pola pikir Gabriel yang sedikit banyak terdengar menakutkan baginya.   “Dengar, aku tau kau tak ingin kehilangan aku, tapi sayang, kumohon jangan egois seperti ini. Lagi pula mana mungkin aku rela menggugurkan janin yang ada dirahimku ini begitu saja hah? Dia darah daging kita, meskipun aku tidak siap dengan kehadirannya, bukan berarti kau bisa begitu saja menggugurkannya.” Jelas Skylar secara perlahan pada suaminya itu yang kini tengah menatapnya dalam, saling menyelami ekspresi yang timbul pada wajah masing – masing.   “Aku akan berusaha menerima fakta bahwa mungkin kedepannya aku harus mengambil cuti ketika kandunganku semakin membesar, mungkin setelah melahirkan aku tidak bisa sepenuhnya fokus berkuliah karena kehadiran bayi kecil kita, tapi semua itu tidak membuatku ingin memusnahkan janin ini begitu saja. It’s okay, aku mungkin merasa kecewa, tapi aku bisa mengatasinya.” Skylar meraih jemari Gabriel yang diam – diam terlihat bergetar kecil, mungkin akibat menahan rasa takutnya akan kehilangan istrinya itu akibat berita yang baru saja didapatinya dari dokter yang memeriksa keadaan istrinya tadi.   Gabriel tak mampu menahannya lagi, pria itu merengkuh istrinya cukup erat membenamkan wajahnya pada perpotongan leher wanita itu, menghirup aroma khas dari istrinya itu yang sedikit demi sedikit menenangkannya, membantunya secara perlahan mengenyahkan rasa ketakutannya.   “Kita akan menghadapinya bersama, okay?” bisik Skylar yang diangguki kecil oleh Gabriel. Setidaknya kini masalah itu sedikit teratasi, dan Skylar tidak akan meninggalkannya. Gabriel merasa lega mendapati fakta ini.   Antonio memandangi pasangan dihadapannya itu dengan senyum lega, akhirnya pemikiran bodoh sahabatnya itu kini dapat teredam. Pria itu paham bahwa rasa cinta dan memiliki merupakan hal baru bagi seorang Gabriel, sehingga pria itu kadang seringkali akan bertindah konyol dan bodoh dibuatnya, tapi Skylar mampu mengendalikan dan menuntun pria itu dengan baik. Terkadang hal itu membuat Antonio terheran – heran, fakta bahwa usia mereka berjarak sangat jauh begitu mengusiknya. Karena disini, Skylar justru terlihat berperan lebih dewasa dari Gabriel yang tergila – gila setengah mati pada istrinya itu. Dan Antonio benar – benar bersyukur karena Skylar tidak bertingkah seceroboh dan sebodoh Gabriel.   “Selamat untuk kehadiran calon bayi kalian, aku berharap kelak Gabriel berhenti menjadi sosok i***t dengan pemikiran – pemikiran anehnya akibat terlalu mencintai istrinya. Dan Sky, kuharap kau mampu menahan kesabaranmu menghadapi suamimu yang unik ini, semoga kalian bahagia selama – lamanya, bersama.”   Apa yang Antonio ucapkan menghadirkan gelakan tawa dari Skylar, juga tatapan tajam lagi dari Gabriel. Antonio mengabaikannya, pria itu hanya meringis lucu serta ikut menikmati kebahagian serta situasi yang lebih berwarna ini yang hadir semenjak munculnya Skylar dalam kehidupan sahabatnya itu. Mungkin suatu saat dirinya akan menemukan sosok seperti Skylar ini dalam hidup seorang Gabriel, yah Antonio berharap seperti itu. To be continued~

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN