Wira sedikit gelisah, menunggu Ziah kembali dari kamar mandi. Percik rasa cemburu tidak bisa ia hindari. Siapa yang tidak cemburu, saat istrinya ditelpon seorang pria. Dan, Wira tahu, kalau dulu Ziah juga pernah menyukai Mustofa. Itu ia dengar dari candaan Paman Eman, paman Ziah sendiri, saat mereka mengunjunginya dulu. Ziah masuk ke kamar, Wira menatapnya. Ziah juga menatap Wira, dengan senyum manis di bibirnya. "Telponmu terus berbunyi, Zi. Coba periksa, mungkin ada hal yang penting." Wira menunjuk ponsel Ziah. "Ooh.... " Ziah mengambil ponselnya, Wira menatap lekat istrinya, diperhatikan mimik wajah, dan gestur tubuh Ziah. 'Jangan berprasangka buruk, Wira. Istrimu itu seorang gadis yang masih lugu, dan polos, dia tidak mungkin mencurangimu. Astaghfirullah hal adzim.... ' Wira me