Pintu kamar terbuka. Wirda ke luar dari dalam kamar. Wira langsung menghampiri ibunya. Tatapan mata mereka bertemu. "Bu?" Tatapan Wira lekat ke wajah ibunya, sorot matanya menyiratkan tanya. Mata Wirda berkaca-kaca. Menambah rasa cemas di dalam hati Wira. "Bu.... " kecemasan Wira semakin besar, saat kaca di mata ibunya pecah, dan jatuh menganak sungai di pipi. Awal, dan istrinya mendekat, rasa cemas juga meliputi perasaan mereka. Ketegangan sedikit terasa. "Ziah kenapa, Wirda. Dia sakit apa?" Awal mengguncang bahu Wirda pelan, karena Wirda tak juga bicara. Kepala Wirda menggeleng, bibirnya mengukir senyuman, membuat semua yang menanti jawaban menjadi sangat penasaran. Wirda mengangkat tangannya, diusap lembut pipi Wira. "Ziah hamil.... " ucap Wirda dengan suara bergetar. "Alhamdulil