Wira mengecup puncak kepala Ziah. Pelukan masih berlangsung dalam kesunyian di antara mereka. Ziah melepaskan pelukan, rasa malu membuatnya tidak berani mengangkat wajah, ia kembali menghadapi meja, ingin fokus pada sayur yang masih berada di dalam plastik. "Zi," panggil Wira pelan. "Ya," Ziah menatap Wira sejenak, lalu kembali berusaha fokus pada apa yang ingin ia kerjakan. Wira mengambil bungkusan sayur di tangan Ziah. "Tidak usah masak," ucap Wira mengejutkan Ziah.. "Haah?" Ziah menoleh, dan mendongak untuk menatap Wira. Ia tidak paham maksud Wira. "Kita makan ke luar saja. Sesekali makan di luar bolehkan. Dari menikah, kita belum pernah melakukannya." Wira memegang bahu Ziah. Mereka berdiri berhadapan lagi "Sayang uangnya, Aa," ujar Ziah. "Sesekali tidak apa, Zi. Menikmati mak