Chapter 20

1150 Kata
Rumah Sakit Mitra Medika. Dokter dan beberapa suster tampak sedang memeriksa pasien yang hampir 3 tahun ini koma di rumah sakit, terbaring tidak berdaya setelah mengalami kecelakaan beruntun yang memakan banyak korban beberapa silam lalu termasuk sang pasien. Derap kaki menggema di koridor rumah sakit pagi-pagi buta. Lorong terlihat sepi hanya ada beberapa pekerja staf rumah sakit saja. Tidak peduli dengan keringat yang memenuhi pelipis serta keningnya, pria paruh baya itu terus berlari berharap ia segera sampai di kamar rawat inap sang istri tercinta. Brak. Pintu terbuka lebar tanpa perlu di ketuk. Sosok paruh baya muncul dan masuk ke dalam dengan geraka cepat. Tertegun saat matanya langsung beradu pandang dengan manik teduh milik wanita yang di cintainya. Dengan bunyi jantung yang masih tidak beraturan, di tambah fisiknya yang sudah tua membuatnya nyaris kehabisan napas sampai di tempat ini. "Mas." Lirih suara bernada merdu itu membuat kedua matanya berkaca-kaca menatap sang objek. Josh Alvaro Pramudya berjalan cepat menuju brankar, keduanya bersitatap sebentar sebelum tubuhnya menubruk tubuh ringkih istrinya tercinta. Menguarkan semua kerinduan yang sudah ia tahan sejak lama. "Anita. Sayang." Bisiknya bergetar. "Mas." "Panggil aku sekali lagi sayang." "Mas. Mas Josh." Deg. "Astaga. Terima kasih Tuhan. Terima kasih sayang. Kamu kembali. Kamu kembali." Ucap Josh gemetar, ia mendongak menatap haru dan lega sang istri mencium seluruh wajah Anita bertubi-tubi yang masih terpasang selang oksigen di hidungnya. "Aku rindu kamu Mas hiks." Bisik wanita itu lemah. Ia tidak percaya masih diberi kesempatan bertemu keluarga berharganya. "Aku juga Anita. Aku sangat-sangat merindukan kamu. Terimakasih sayang." Keduanya kembali berpelukan, mengabaikan tatapan dokter dan juga perawat yang masih memperhatikan keduanya dengan perasaan yang sama-sama haru dan lega. Dedikasi mereka tidak sia-sia, mereka ikut bahagia saat salah satu pasiennya mampu berjuang dan kembali hadir di tengah-tengah mereka. Memberi mereka penghargaan tak ternilai. "Ekhm Pak Josh. Bisa kita bicara sebentar." Seruan sang dokter membuat suasana berubah hening. Josh menoleh melepas pelukannya, ia mengelus pipi Anita pelan mengecupnya lembut sesaat. "Aku keluar dulu." Anita yang belum ada tenaga untuk bergerak banyak hanya mengangguk mengerti. Ruangan kembali sunyi, Anita menatap kearah jendela langit yang masih sedikit gelap. Ia teringat wajah suaminya yang seperti lelah. Apa Mas Josh belum ada tidur. Pikirnya. Di dalam ruangan Josh memandang sang dokter tidak sabaran, ia tidak tega meninggalkan Anita seorang diri didalam kamar inap. Tapi, ia juga harus mendengar penjelasan dokter yang sudah menangani perawatan istrinya tercinta selama ini. "Ada apa Dok. Apa ada masalah dengan kondisi Anita." Sang dokter tampak ragu berucap, keduanya bersitatap lama. Gemuruh jantung berdetak kencang terdengar menganggu konsentrasi Josh saat ini. "Begini Pak Josh. Saya mohon maaf. Ibu Anita mengalami banyak kerusakan pada jaringan dan saraf menyebabkan ibu Anita di diagnosa lumpuh permanen. Semua karena Kerusakan pada jaringan tulang belakang dan beberapa saraf otot yang rusak akibat kecelakaan beberapa tahun silam membuat hampir sebagian jaringan otot beliau mengalami cidera yang cukup parah. Saya takut jika kita mengambil langkah seperti operasi bisa berakibat fatal pada saraf-saraf yang lain. Karena itu kami--" "Maksud anda kami harus menerima semua ini. Bagaimana kalau istri saya tahu kalau dia-." "Maafkan kami Pak. Kami benar-benar menyesal." "Apa... apa tidak ada cara lain untuk membantu kesembuhan istri saya. Saya--." "Kami akan terus membantu dengan sekuat tenaga untuk kesembuhan istri Bapak. Mohon kesabaran Bapak dalam menghibur ibu Anita. Kami takut beliau syok setelah tahu hal ini." Josh mengangguk lesu, apa yang akan ia katakan pada Anita mengenai hal ini. Josh tidak bisa membayangkan  wajah sedih dan terluka sang istri. Aku harap kamu bisa menerima semua ini sayang. Aku akan terus bersama kamu. Jangan khawatir. Aku tidak akan pernah ninggalin kamu. ____ Tepat pukul 07.00. Puncak. Villa keluarga Pramudya. Nayla, Raka dan Sherin duduk di kursi meja makan dengan suara ceria Raka Sanjaya lebih mendominasi ruangan megah tersebut. Sherin jangan di tanya wanita itu tampak sibuk dengan ponselnya, sedangkan di daerah dapur Clarissa Maharani dan Bi Inah sibuk menyiapkan sarapan pagi untuk mereka semua. "Pagi." Sapaan hangat muncul dari arah belakang, tampak Arkan Pramudya Angkasa baru saja bergabung dengan kemeja hitam lengan panjang dan celana jeans senada. "Pagi kak." "Pagi Ayah." Arkan menarik kedua sudut bibirnya mendengar sambutan putranya, mengacak surai rambut Raka yang sedang duduk di atas kursi samping Nayla sang adik. "Pagi sayang." "Kakak kok sendiri. Papa kemana? Kenapa kakak--." "Papa pulang ke Jakarta Nay." "APA." Nayla terlonjak kaget, melotot dengan raut tidak mengerti. Arkan meringis, Raka putranya sampai ikut terperanjat karenanya. Terdengar suara langkah tergesa di susul raut bingung, Clarissa muncul dari ambang batas penghubung antara dapur dengan ruang makan. Ia berjalan mendekat. "Papa harus pulang semalam Nay. Karena." "Karena apa kak." Selak gadis itu tidak tahan. "Karena Mama sudah sadar." Deg. "Kakak. Kakak bilang apa tadi." Ucapnya tergagap bertanya gemetar. d**a Nayla seperti baru saja berhenti berdetak saking kagetnya. "Mama sadar Nay. Mama sudah kembali." Nayla terdiam kaku di tempatnya, kedua bola matanya memanas hebat. Menatap wajah serius sang kakak dalam-dalam berusaha mencari kebohongan. "Be-benarkah? Mama?" Arkan mengangguk, "Iya Nayla. Mama Anita. Mama sudah sadar semalam." Tes. Tes. "Mama hiks." Grep. Lelaki tampan itu segera menarik kepala Nayla dan menyembunyikannya di depan perut. Membiarkan sang adik memeluk erat pinggangnya di sertai dengan suara isakan pelan sang adik. "Pulang kak. Hiks Nay mau pulang. Hiks Nay mau ketemu Mama." Bisik gadis itu masih bisa di dengar. Arkan diam belum merespon apapun. Ia merunduk menatap rambut sang adik bingung. Dari tempatnya Clarissa menghapus sudut matanya yang berair cepat-cepat. Terharu. Karena harapan Nayla akan kesembuhan ibunya terkabul. Lalu tatapannya beralih bersamaan dengan lelaki itu yang juga melihat kearahnya. Dari tempatnya berdiri, Clarissa bisa melihat jika lelaki tampan itu berkata maaf hanya dengan gerakan bibir saja tanpa suara. "Ante Nay. Kenapa nangis?" "...." yang di tanya hanya diam dan menjawab dengan suara tangisan lirihnya saja. Arkan semakin bingung ketika melihat raut polos putranya. "Raka sayang. Kalau kita pulang dulu ke Jakarta tidak apa-apa kan?" Alis bocah itu terangkat bingung memandang sang ayah. "Tapi kata Ayah. Ayah mau ajak Raka ke kebun teh." Ah. Benar. Ia sudah berjanji pada putranya. Tatapan beralih pada Nayla yang terus bergumam minta segera pulang menyusul sang ayah. Ia mendesah berat. "Ma---" "Raka mau tidak bunda buatin ceker ayam. Nanti kalau sudah sampai di rumah, Bunda janji bakalan buat ceker ayam yang buaanyak buat Raka. Tapi, hari ini kita nggak jadi ke kebun tehnya nggak apa-apa ya sayang. Ayah janji pas libur sekolah kita main kesini lagi. Mau ya sayang. Kita pulang." Papar Clarisaa lembut memberi pengertian pada putranya. Raka mendongak menatap sang ayah yang masih memasang wajah bingung dan bersalah kearahnya. Bocah tampan itu beralih menatap sang ibu yang sedang memberi anggukkan kecil padanya. Seakan meminta bocah itu untuk mengiyakan ucapannya tadi. "Bunda janji?" Clarissa menyodorkan jari kelingkingnya, "Janji sayang." Raka ikut menautkan jemari kelingking kecilnya sedikit mengoyangkannya. Wanita cantik itu mengulas senyum lebar, "Tidak apa-apa ya. Kita pulang ke rumah. Besok Raka sama Bunda bisa datang lagi kesini sama Ayah mau ya. Kita menginap lagi. Ayah janji liburan nanti kita ke kebun teh. Oke." Anak laki-laki itu pun menganggukkan kepalanya cepa, mengiyakan apa yang baru saja di ucapkan ibunya. Hal itu membuat Clarissa dan Arkan mendesah lega. Terima kasih Rissa. Batin Arkan bersyukur. ____ Tbc>>> Slow scene dulu ya. Aku mau selesain masalah keluarga dulu biar gak ada yang kelewat... Next masuk ke masalah tokoh2 utama...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN