Chapter 21

877 Kata
Happy reading... Buat yang baca jgn lupa tap love buat autornya ya.. ___ Tiba di Jakarta, dua kakak beradik tersebut langsung pergi ke rumah sakit kecuali Clarissa, Raka dan Sherin. Awalnya Sherin memaksa ikut ke rumah sakit. Tapi, Nayla tidak mengijinkan dan menolak keras hingga akhirnya wanita itupun pasrah di antar pulang ke rumah dengan hati kesal. Arkan dan Nayla sudah sampai di kamar rawat inap ibu mereka. Anita. Wanita yang sudah menggantikan sosok ibu kandungnya sedang menatap keduanya haru, wajah beliau basah ketika melihat wajah kedua putra-putrinya. Wajah yang sudah mulai menua itu memancarkan kebahagian tidak terkira, ia merentang kedua tangannya lebar dengan posisi duduk bersandar. Menyambut kedatangan keduanya dengan rasa lega dan haru. Isakan terdengar memenuhi ruangan serba putih tersebut. Nayla menangis di bahu sang ibu terisak hebat, sedangkan Arkan memejamkan matanya erat menghirup aroma ibu tirinya yang amat sangat ia rindukan. Anita sangat berarti baginya, ia menyayangi wanita paruh baya tersebut seperti ibu kandungnya sendiri. "Mama hiks Nay kangen Mama." "Mama juga sayang hiks." Pelukan ketiga melerai. Anita menatap dalam wajah anak-anaknya. Ia menghapus air mata gadis kecilnya lembut. "Mama sudah pulang Nak. Jangan menangis lagi. Mama minta maaf." Nayla mengangguk, ia kembali memeluk wanita paruh baya itu erat. "Mama jangan tinggalin Nay lagi. Nay mohon." Bisiknya dengan nada tersendat-sendat karena menangis. Kepala gadis itu di usap lembut, kedua mata beliau terpejam erat dengan anggukan kepala pelan. "Iya sayang. Maafkan Mama." Nayla menjauhkan badannya, mengusap pipinya yang basah menatap sang ibu dengan perasaan tidak karuan. "Anak Mama yang tampan ini. Bagaimana. Apa kabar sayang." "Baik Ma." Anita tersenyum tipis. "Maafkan Mama pasti sudah buat kamu susah selama ini. Mama minta maaf." Kedua bola mata Arkan terkesiap, lalu menggeleng tidak membenarkan ucapan sang ibu. "Mama nggak buat salah apa-apa. Aku nggak merasa seperti itu. Aku sayang sama Mama. Mama tahu itu bukan." Anita mengangguk kaku, ia mengigit bibir bawahnya. Matanya kembali berkaca-kaca. "Terima kasih sayang. Terima kasih." Setelah mereka reuni pertemuan, Anita tertidur pulas selepas minum obat dari dokter. Kini hanya tinggal Arkan dan Josh saja. Nayla sedang kekantin rumah sakit. "Ada apa Pa?" "Kenapa wajah Papa seperti tegang? Apa ada masalah lain Pa." "Arkan." "Ya." "Mama di diagnosa lumpuh." Deg. "Dokter bilang Mama mengalami banyak kerusakan pada saraf ototnya. Terutama pada tulang belakang, Dokter menyatakan Mama lumpuh permanen Arkan. Papa harusa bagaimana." Napas Arkan terasa di paksa berhenti, ia menatap sang ayah dalam tepat ke manik sayu Josh mencari kebohongan. Mama. Batinnya segera memandang wajah damai sang ibu. Ia merunduk mengepalkan kedua tangannya erat. Mengapa Tuhan memberi keluarga cobaan lagi. Baru saja Arkan merasa amat sangat bahagi, atas berita siuman ibunya. Ia mendesah berat, mendongak dan menatap nanar sosok di atas brankar dengan perasaan campur aduk. "Apa lagi yang Dokter bilang Pa." Tanyanya pelan. Josh meraup wajahnya kasar, helaan napas berat beliau keluarkan. "Terlalu beresiko jika kita melakukan operasi. Mama hanya akan terapi melatih agar otot-otot lainnya tidak ikut berdampak buruk untuk kesehatan Mama. Papa tidak tahu harus bagaimana menceritakan semuanya kepada Mamamu. Papa yakin Mama juga merasakan ada yang tidak beres pada dirinya. Dia pasti memendam semuanya Arkan. Mama juga pasti sedih saat ini." Hening. Keduanya kembali terdiam lama. Tanpa keduanya sadari jika sosok di atas brankar mendengar semuanya. Ia memejamkan matanya rapat-rapat. Pantas saja. Ia merasa ada yang aneh dengan kakinya. Tapi Anita berusaha berpikir positif. Mencoba berpikir jika kakinya itu hanya kebas. Karena ia sudah lama tidak menggerakkan tubuhnya. Rupanya Anita salah. Ia lumpuh. Kita ia lumpuh dan membuat keluarganya kembali bersedih karena kenyataan yang di dapatkannya. Maafkan aku Mas. Maafkan Mama Nak. ____ Mobil sedan berwarna silver berhenti tepat di depan alamat cafe yang di terimanya dari pesan singkat seseorang beberapa saat yang lalu. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, menyisir isi cafe dengan seksama. Lambaian tangan dari meja paling pojok membuat sosok itu mendengus dan berjalan mendekat. High heels miliknya menghentak lantai dengan elegan. Ia duduk dan langsung menyeruput lime juice milik orang itu dengan rakus. "Eh buset. Yey haus apa haus Bu." Sosok cantik tadi hanya mendengus kecil, mengibaskan tangannya keudara seolah tidak peduli. "Ada apa. Kenapa lo minta hadiah imbalan sama gue. Emang lo habis ngapain heh." Sosok kemayu di hadapannya justru mengulas senyum penuh arti. "I semalam habis kasih pelajaran mantan Yey. Si Gio b******n itu." Uhuk. Wajah Sherin merah kaget, ia mengelap mulutnya yang baru saja tersedak dengan mata terbelalak lebar. "Lo. Lo bilang apa barusan. LO NGOMONG APA BARUSAN." Orang di depan Sherin terlonjak kaget sesaat, mengusap dadanya dramatis lalu mencibir mengabaikan raut marah Sherin padanya. "I habis kasih pelajaran cowok b******n Yey itu. Enak aja bikin orang hamil terus di tinggal gitu aja." "DONI LO KETERLALUAN." Sosok yang di panggil Doni melotot tidak percaya dengan raut tajam kearah Sherin yang juga sedang menatap berang pemuda kemayu tersebut. "Lo--" "Lo keterlaluan Doni." Desisnya Sherin tidak suka. Menyelak. "I keterlaluan? Yey masih waras hah.m." Doni menunjuk dirinya dengan perasaan sebal. Niat hati ingin membantu wanita itu, ia justru di marahin. Dasar b***h. Umpat menggeram. "Jangan pernah ikut campur urusan gue. Lo nggak berhak kasih dia pelajaran. Gue bisa lakuin itu sendiri." Brak. Pria kemayu itu mengebrak meja kesal, ia berdiri mencengkram tepi meja erat. Sorot matanya berubah kelam menyeramkan. "Yey itu nggak tahu terima kasih. Dasar perempuan sampah." Jleb. Tubuh Sherin mematung kaku. Sosok di depannya berlalu pergi, meninggalkan bisik-bisikan dari pengunjung kafe yang mulai terdengar, mengomentari pertengkaran yang baru saja terjadi antara dirinya dengan Doni pria cantik tadi. Astaga apa yang sudah aku lakuin. Dasar bodoh. ____ TBC____ Sherin malah belain Gio kampreet.... Dasar b**o yak....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN