Chapter 12

1022 Kata
Aku kembali... Yuk di baca. Jangan lupa vote love nya ya . Happy reading.. Tyo koreksi.. ____ Mungkin seharusnya Andre tidak meninggalkan kekasihnya bersama dengan lelaki lain tadi, terlebih lelaki itu adalah sosok dari masa lalu wanita yang di cintainya. Di dalam kamar Andre hanya bisa duduk termenung menatap langit mendung yang menggumpal di awan, pikiran bercabang. Ia menghembuskan napas berat, beruntung Sari ibunya bisa tidur setelah mereka sampai di rumah. Andre benar-benar merasa lelah hari ini, ia tidak tahu harus bagaimana ke depannya. Kepergian ayah angkatnya yang mendadak sangat mengagetkannya, padahal sehari sebelumnya dirinya dan Clarissa masih sempat mengunjungi beliau meski belum ada reaksi apapun dari almarhum. Andre mendesah enggan beranjak dari posisinya, ia justru memilih bersandar dan memejamkan mata di temani hembusan angin kencang dari balkon menerpa wajahnya membawa hawa dingin yang entah mengapa tidak ia rasakan sama sekali. Kaset dalam otak berputar cepat, banyak kenangan bersama ayahnya terekam jelas membuat sudut bibirnya terangkat tipis. Flashback on. Andre kecil mengayuh sepeda yang baru saja di belikan ayah angkatnya takut-takut. Di belakangnya ada sosok pria gagah membantu dengan memegang ujung besi di sepedanya. Menaiki sepeda roda dua sekarang adalah moment untuk pertama kalinya bagi Andre kecil. Samar suara kekehan pelan terdengar dari arah belakang, ketika Andre kecil bersusah payah mengayuh pedal dan menjaga keseimbangan secara bersamaan. Wajah tampannya tertekuk menggemaskan.  Anak kecil itupun menghentikan gowesannya, lalu menoleh ke belakang dan semakin cemberut kala Toni menatap geli kearahnya. "Andre nggak mau naik lagi." Tawa kecil Toni terdengar merdu, sang ayah berpindah tempat berjongkok di sisi kiri memandang putranya. "Kenapa?" Bukannya menjawab bocah itu justru membuang muka kearah lain. Toni mengulum bibirnya geli. Tangan kekar lelaki dewasa itu terulur mengusap lembut penuh sayang. "Jagoan Papa. Ayo dong harus semangat. Papa sedih nih ya." Ujar sang ayah bernada sedih. Andre kecil menoleh menatap Toni yang sedang menekuk wajahnya dengan mata berkedip lugu. "Papa." "Andre jahat sama Papa. Nggak mau pakai sepeda dari Papa. Ahhh.. Papa jual aja lagi ya." Andre melotot lalu menatap sepeda yang masih ia duduki beralih menatap Toni kembali yang semakin memasang wajah sedih dan terluka kearahnya. Andre kecil tampak bingung. Ia memeluk leher ayahnya erat bibirnya bergetar seperti ingin menangis. "Maafin Andre Papa. Andre janji nggak nakal lagi." Ucapnya polos. Toni tersenyum lebar, mengusap pucuk kepala putranya sayang. "Janji ya. Andre harus jadi anak yang baik. Sayang sama Mama Papa." Anak itu mengangguk, "Iya Andre janji." "Andre sayang Mama Papa." Pelukan keduanya terlepas, senyum hangat terpatri di wajah dewasa Toni Wijaya. "Papa juga sayang Andre." Sahut beliau tulus. Flashback off. "Aku sayang Papa. Terima kasih Papa." Gumamnya dalam hati. ____ Tidak jauh berbeda dengan keadaan lelaki tampan tadi, seorang wanita cantik tampak diam tanpa kata. Ia duduk termenung di bangku taman tidak jauh dari TPU tempat peristirahatan terakhir ayah angkatnya. Dari tempatnya ada sosok laki-laki menatap sedih wanita itu, Arkan memilih duduk sedikit menjauh sementara dari Clarissa yang tampaknya masih ingin sendiri. Dari balik kaca mata hitamnya, lelaki itu tidak melepaskan pandangannya sedetikpun dari wanita itu. Perasaan khawatir lebih mendominasi hatinya saat ini. Clarissa memilin jemari-jemarinya erat, kosong dan hampa wanita itu rasakan sekarang. Rasanya seperti ada bongkahan es di dalam hatinya membuat dirinya seperti membeku kaku. Langit awan tampak mendung, seakan mewakilkan suasana hatinya saat ini. Ia menarik napas panjang, dari balik bulu mata lentiknya ia bisa melihat sosok lelaki yang tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya berdiri. Dalam hati Clarissa merasa bersalah pada sosok Arkan. Clarissa mencoba bangun, tubuhnya yang masih lemah membuatnya kembali jatuh terduduk. Derap kaki cepat terdengar, Clarissa terkesiap saat Arkan memegang kedua bahunya erat menahan. "Kamu tidak apa-apa Rissa." Kepala wanita itu mendongak pandangan keduanya bertemu. Lagi lagi tatapan hangat lelaki itu ada untuknya. Clarissa terdiam. "Rissa." Panggil lagi lelaki itu bernada lembut. "Sebaiknya kita pulang. Wajah kamu sudah pucat. Kamu perlu istirahat. Ayo." Tanpa banyak membantah wanita itu bangkit di bantu Arkan. Ia benar-benar tidak bertenaga lagi. Keduanya berjalan tanpa kata, Arkan memilih kembali terdiam seraya menuntun Clarissa menuju taksi yang sudah ia pesan. Selama perjalanan menuju tempat tujuan mereka, Clarissa masih betah diam menatap kearah jendela termenung. Bayangan wajah Toni ayahnya membuat dadanya kembali sesak seperti di remas kuat. Kenapa Papa tinggalin Cla. Lirihnya dalam hati. Ia memejamkan matanya berat, di sampingnya Arkan menatap Clarissa iba. Drrt drrt. Dering di ponsel Arkan menyentak lelaki itu, ia menoleh sekilas menatap wanita di dekatnya sebelum mendial tombol hijau di layar. "Hallo Pa." "....." suara omelan bercampur nada khawatir menusuk indra pendengaran Arkan. Ia meringis. Menjauhkan ponselnya dan mengusap telinganya yang berdengung sakit. "Pa. Aku sedang di jalan. Iya Pa. Aku antar Rissa dulu. Aku kan sudah kabarin Papa tadi." "...." "Iya Pa. Dah." Tut. Sambungan terputus Arkan menoleh lagi, dan rupanya Clarissa sedang memejamkan matanya bersandar pada kaca mobil. Arkan menghembuskna napas pelan, ia memandang keluar jendela menatap dalam langit mendung hari ini. Saya memang belum kenal Om. Tapi saya berjanji sama Om, saya akan jaga Rissa dan Raka seperti Om menjaganya selama 5 tahun ini. Terimakasih Om sudah ada di sisi Risaa di saat saya tidak mengetahui keberadaan mereka. Saya benar-benar minta maaf atas keterlambatan saya. Selamat jalan Om. Semoga anda tenang di sana. Amin. Mobil taksi mereka berhenti tepat di rumah kontrakan milik wanita itu. Arkan menepuk pelan pipi Clarissa yang sepertinya tertidur lelah. Wanita itu menggeliat lalu kembali mengubah posisi nyaman lagi. Arkan menggaruk kepala belakangnya bingung. Ia memilih keluar lebih dulu, dan membuka pintu penumpang sampingnya. Sebelum mengeluarkan Clarissa dari dalam sana lelaki itu mengeluarkan kunci rumah yang di berikan Tiara saat di rumah sakit tadi segera. Tangan kekarnya memegang leher belakang dan sebelah tangannya yang lain ia letak di belakang lutut wanita itu. Dengan sekali hentak Arkan berhasil menggendong Clarissa ala bridal style dan membawanya. Dengan susah payah Arkan membuka pintu, kedua mata wanita itu tetap tertutup rapat dan Clarissa justru semakin merapatkan wajahnya di d**a Arkan membuat lelaki itu terkesiap kaget. Ia merunduk melihat wajah damai Clarissa. Tanpa sadar seulas senyum tertarik di kedua sudut bibirnya. Arkan meletakkan wanita itu hati-hati di atas kasur, memandang kembali wajah lelap Clarissa dalam. Telapak tangannya terulur menyentuh pipi wanita itu lembut. Aku akan menjaga kamu dan Raka mulai sekarang. Batinnya. ____ Tbc>>>
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN