ANTARIKSA 5 || ALTER EGO

1981 Kata
Bukan tempat seperti ini yang diharapkan Senjana. Kini dia menyesal telah mengatakan kata terserah pada sosok seperti Antariksa. Bagaimana tidak? Lelaki itu justru mengajak Senjana pergi ke bengkel untuk service motor miliknya. Jadilah sekarang Senjana duduk dikursi tunggu yang ada, menunggu sampai dirinya bosan. Bahkan sekarang sudah pukul sebelas siang, rasanya perutnya sudah berdemo sejak tadi ingin diisi.  Senjana masih melihat Antariksa asik mengobrol dengan montir sambil ikut membantunya. Hal itu membuat Senjana kesal, dia ingin bersenang-senang karena ini pertama kalinya dia membolos bukan malah menjadi patung selamat datang di bengkel seperti ini.  "Antariksa... Masih lama?" panggil Senjana membuat lelaki itu mendekat.  "Kenapa?" "Gue bosen! Laper! Ngantuk! Lagian bolos kok ke bengkel." sungut Senjana.  "Tadi yang bilang terserah siapa?" ujar Antariksa.  "Ya gue pikir lo mau ajak ke mall gitu, atau pergi ke tempat wisata gitu..." "Pake baju sekolah kaya gini? Yang bener aja...." Senjana meringis mendengar perkataan Antariksa. Benar juga! Tidak mungkin mereka pergi ke tempat seperti itu menggunakan pakaian sekolah.  "Terus gimana? Gue laper tau..." "Disekitar sini ada warung mie ayam. Mau kesana?" tanya Antariksa.  Dengan cepat Senjana mengangguk setuju, sudah lama juga dia tidak makan mie ayam. Antariksa pergi pamit pada sang montir lalu kembali mengenakan jaket miliknya yang tadi dia letakan dikursi sebelah Senjana. Setelahnya mereka keluar bengkel berjalan menuju penjual mie ayam yang ada di ujung pertigaan jalan.  "Kenapa waktu itu lo belain Kenzo? Kenal sama dia?" tanya Antariksa membuka percakapan.  "Gak. Gue gak kenal kok sama dia, sekedar tau aja." "Terus?" "Kasian aja liat mukanya dia udah pucet gitu waktu lo ledekin. Kenapa sih lo sampai segitunya sama dia?" "Itu udah resiko buat dia karena berkhianat sama Jupiter. Dan gue paling benci sama yang namanya pengkhianat." jawab Antariksa tanpa memandang Senjana.  "Terus soal Kenzo yang babak belur?" Senjana waktu itu sempat melihat Kenzo yang masuk sekolah dengan wajah lebam parah. Hal itu semakin  membuatnya merasa kasihan pada adik kelasnya itu.  "Udah jadi peraturan di Jupiter. Siapapun yang keluar dari Jupiter, mau itu dikeluarin atau mengundurkan diri. Dia harus dipukuli sama petinggi Jupiter. Itu udah diomongin diawal waktu merekrut anggota baru jadi mereka harus berani menanggung konsekuensinya kalo ngelanggar." "Kalian gila yah..." Ucapan itu spontan Senjana keluarkan setelah mendengar penjelasan Antariksa. Dia bahkan sampai menutup mulutnya takut salah bicara. Apalagi sekarang dia berbicara dengan Kapten dari geng itu sendiri.  "Itu salah satu cara buat ngelindungin Jupiter biar mereka gak lemah dan terus bersatu menjaga solidaritas setiap anggota. Dengan gitu gak ada yang akan berani menghancurkan kami, karena sekali kami hancur maka bukan cuma Jupiter tapi Sekolah juga. Anak SMA lain pasti akan menyerang sekolahan dan membuat kerusuhan. Kalo bukan Jupiter siapa lagi yang ngelindungin Merah Putih?" "Gue masih gak ngerti deh..." ujar Senjana polos. Antariksa terkekeh lalu mengangkat tangannya mengacak rambut Senjana pelan membuat si empunya kepala mematung disana. Apa Antariksa Shabara baru saja menyentuh kepalanya? Gila! Kenapa jantungnya jadi berdegup kencang seperti itu. Senjana seperti akan terkena serangan jantung sebentar lagi. "Gak usah dipikir! Gak akan nyampe otak lo." ujar Antariksa yg masih berjalan tidak menyadari Senjana yang masih mematung. Brukkk! Ambyar sudah imajinasinya mengenai hal manis yang dilakukan lelaki itu tadi. Sepertinya dia lupa kalau yang sedang membuatnya hampir jantungan adalah Antariksa si manusia menyebalkan yang tidak punya perasaan. Ujung-ujungnya dia yang mengejek Senjana. "Ish.. baru juga mau baper udah dijatuhin duluan!" gumam Senjana kesal. Antariksa yang mulai menyadari ketidakberadaan Senjana membalikkan badannya dan melihat gadis itu memasang wajah kesal ke arahnya. Lelaki itu sudah sampai di depan warung mie ayamnya hanya tinggal menunggu Senjana untuk masuk. "Ngapain masih disitu? Mau berjemur?" "Ishh.. Lo tuh punya kepribadian ganda yah?!" tanya Senjana berjalan ke arah Antariksa. "Hah?" "Lo tuh aneh! Kadang baik, manis tapi sedetik kemudiannya bisa berubah jadi nyebelin terus jadi nakutin. Aneh kan?" "Jadi lo sukanya gue gimana?" "Ya waktu kaya lo sentuh kepala gue lah! Itu tuh manis banget keliatannya, gue su..." Senjana menutup mulutnya menggunakan kedua tangan. Dia sadar lagi-lagi mulutnya ini tidak bisa dikontrolnya. Ini nih akibatnya kalau mulut tuh gak ada filternya, asal nyerocos aja. "Oh... Kaya gini?" Antariksa kembali mengentuh kepala Senjana, kali ini mengelusnya pelan. Dia tersenyum melihat wajah gadis itu memerah karena blushing dengan perlakuannya. Senjana menyingkirkan tangan Antariksa dari kepalanya. "G-gak usah pegang-pegang deh! Kita gak sedeket itu." Degdegdegdeg.. Degdeg... Sepertinya jantung Senjana sudah rusak, kenapa juga dia harus berdebar karena sentuhan Antariksa? Gadis itu masuk ke dalam terlebih dahulu membiarkan Antariksa yang memesan pada si abangnya setelah tertawa puas melihat Senjana salah tingkah. "Permisi kak, mau beli korannya?" ujar anak kecil menghampiri senjana membawa setumpuk koran. "Emang kamu jualannya berapaan dek?" tanya Senjana. "Lima ribu satu korannya kak." jawab anak kecil itu bertepatan dengan Antariksa yang duduk di hadapan Senjana. "Ohh, Kamu udah makan belum?" "Belum kak..." "Mau makan mie ayam bareng kakak? Nanti kakak bayarin deh tenang aja!" "Mauu kak!" "Yaudah sini duduk sebelah kakak." ujar Senjana menepuk kursi sebelahnya. Antariksa tersenyum tipis melihat perhatian Senjana pada anak penjual koran itu. Entah kenapa dia menjadi tersentuh atas kebaikan gadis di hadapannya. "Biar gue yang pesenin buat dia." ujar Antariksa hendak berdiri lagi. "Makasih ya Tar...." sahut Senjana tersenyum. "Makasih kak!" "Sama-sama! Nanti kakak bungkus juga buat kamu makan lagi dirumah." "Wahh kakak baik banget! Makasih yaaa..." jawab anak kecil itu terharu. ****** Mereka bertiga makan mie ayam dengan obrolan cerita dari anak kecil penjual koran itu. Senjana juga ikut menimpali berbagai cerita dari anak itu. Antariksa hanya sesekali menimpali percakapan mereka berdua. "Berapa ya bang?" tanya Senjana. "Udah gue bayar." jawab Antariksa. "Oh berapa? Biar gue ganti..." "Gak perlu. Anggap aja traktiran dari gue." "Tumben baik. Nanti pasti nyebelin lagi nih!" ujar Senjana. Antariksa hanya tertawa kecil sambil berjalan keluar dari warung mie ayam. Saat mereka tengah dalam perjalanan, ada segerombolan motor Ninja mendekat. Antariksa dan Senjana berhenti karena jalan mereka yang dihalangi pengendara motor itu. Senjana yang bingung menoleh ke arah Antariksa yang sudah menampakkan wajah garang seperu siap bertempur. Tubuh Senjana didorong pelan oleh Antariksa untuk bersembunyi di balik punggung lebarnya. "Hai Tar!" Senjana membulatkan matanya, ternyata mereka adalah Panca and the gengs. Pantas saja wajah Antariksa menjadi menyeramkan seperti ingin memakan orang hidup-hidup. Senjana mengintip dari balik bahu Antariksa sambil menjijit karena tinggi badannya lebih pendek dari lelaki itu. "Urusan kita besok! Jadi jangan ganggu gue sekarang!" ujar Antariksa datar. "Jadi lo udah terima pesan dari gue yah? Baguslah, gue pikir Jupiter gak akan dateng besok." "Jupiter bukan pengecut!" "Kita liat aja besok! Siapa yang bakal jadi pecundang!" ujar Panca. "Kalo lo bisa ngitung, Jupiter udah berkali-kali pecundangin kalian!" "Kurang ajar nih orang! Sombong banget lo hah!" bentak salah satu teman Panca berusaha turun dari motor. "Atar.. Kita pergi aja yuk!" ujar Senjana mengalihkan perhatian Panca dan teman-temannya. "Dia cewe kemarin Pan! Katanya dia gak kenal sama Atar tapi ternyata mereka pacaran." sahut teman Panca satunya. Senjana tanpa sadar mencengkram lengan Antariksa dengan kuat. Dia takut karena wajahnya sudah dikenali oleh mereka semua. "Dia bukan siapa-siapa gue! Kalian jangan berbuat yang macem-macem ke dia! Itu juga kalo lo emang gentle!" "Tenang aja Tar! Kita gak ada urusan sama cewe lo. Inget besok lo harus dateng atau Jupiter akan dianggap kalah! Kita cabut!" jawab Panca memakai helmnya lagi. Suara berderu motor memekakan telinga Senjana. Setelah kepergian Panca dan kawan-kawannya, Senjana bisa bernafas dengan lega. Kenapa dia jadi ikut dalam permasalahan geng seperti mereka? Itulah yang ada dipikirannya sekarang. Senjana seorang siswi normal dengan berbagai kegiatan OSIS tiba-tiba bergelut dengan seorang ketua geng seperti Antariksa dan Panca. Senjana tidak mau membiarkan hal ini terus terjadi. Besok kehidupan normalnya harus kembali. Harus. "Kita pulang. Gue anter lo sampai rumah, ada yang harus gue bahas sama anggota Jupiter." ujar Antariksa melihat Senjana mengelus dadanya. "G-gue gak bisa pulang sekarang..." jawab Senjana. "Kenapa?" "Gue bisa ketahuan bolos sama nyokap nanti." "Terus mau kemana? Balik ke sekolah?" "Gila aja! Niat gue dihukum berangkat sekolah jam segini?!" "Maunya gimana?" "G-gue boleh.. Ikut lo aja? Gue gak akan ganggu kok! Janji deh! Sampai jam pulang sekolah aja, baru deh gue bisa pulang. Boleh ya Antariksa?" bujuk Senjana. Antariksa terdiam sejenak berpikir, dia takut kalau anggota Jupiter lain justru tidak suka atau lebih parahnya akan salah paham dengan hubungan mereka. Apalagi Senjana adalah gadis yang membuat Antariksa malu ditengah kantin. Tidak mungkin dia membawa gadis itu ke hadapan anggotanya. "Gue gak bisa. Lo bisa naik taksi atau ojek buat pulang. Ini uangnya. Gue duluan." ujar Antariksa memberikan uang kepada Senjana yang langsung ditolak gadis itu. "Gue itu buta jalan Tar! Gue cuma tau jalan Rumah ke Sekolah. Lo mau ninggalin gue disini sendirian?" "Lo bisa pake taksi! Gue harus pergi sekarang." ujar Antariksa menaruh uangnya ditangan Senjana. "Atar.. Antariksa!!" panggil Senjana. Antariksa tidak berbalik dan segera menuju bengkel mengambil motornya. Dia segera mengabari para petinggi Jupiter lainnya untuk berkumpul segera di warung mamake membahas tantangan dari geng Phoenix. ©©© "Jadi lo maunya bawa setengah anggota aja?" Revan mulai berkutat dengan rencana untuk menghadapi Panca dan kawan-kawan. Mereka berlima sekarang dengan duduk di warung mamake membahas mengenai Panca. Jangan ditanya bagaimana mereka bisa keluar dari kelas, tentu saja membolos dengan berbagai alasan. Ucup dan Bimo berpamitan kalau perut mereka sakit dan harus ke UKS. Alasan mereka adalah yang paling tidak masuk akal. Bagaimana mereka bisa sakit perut secara bersamaan? Memangnya sakit harus janjian lebih dulu?  "Dia bukan mau ngajak bentrok kayanya. Mungkin tanding basket atau futsal. Tapi buat jaga-jaga makanya bawa aja setengah anggota." jelas Antariksa.  "Biar gue yang kasih tau anak-anak lainnya." sahut Yudhis. "Yah hujan anjayy! Gue gak bawa mantel lagi!" ujar Bimo melihat ke luar.  Antariksa melihat ke luar dan memang benar apa kata Bimo, di luar sudah hujan cukup deras. Tiba-tiba dia terpikir dengan Senjana yang ditinggalkan olehnya di jalan. Apa gadis itu sudah pulang ke rumahnya?  "Jam berapa sekarang Yud?" tanya Antariksa.  "Jam setengah satu, kenapa?" Itu artinya belum bel pulang sekolah, dan itu artinya juga Senjana pasti belum kembali ke rumahnya. Pertanyaannya sekarang, gadis itu sudah pergi dari tempat itu atau masih menunggu disana?  "Gue cabut dulu!" ujar Antariksa menuju motornya tanpa peduli jaket dan pakaiannya basah. "Kap mau kemana?!" teriak Ucup.  Antariksa tidak menjawab, dia langsung memakai helmnya. Dia mengendarai motornya dengan kecepatan cukup tinggi. Hujan membuat seluruh pakaiannya menjadi basah. Entah setan apa yang memasuki tubuhnya sehingga dia begitu khawatir. Seharusnya dia senang melihat gadis itu ketakutan karena telah berani mengusiknya. Namun saat ini justru berkebalikan, Antariksa khawatir kalau gadis itu masih sendirian di jalanan.  Beberapa meter, Antariksa melihat seorang yang dia kenal tengah duduk di halte bus. Ternyata benar, Senjana masih berada di jalan itu walaupun tidak ditempat yang tadi ditinggalkan oleh Antariksa. Senjana memeluk dirinya sambil menunduk memandangi kedua kakinya. Antariksa menghentikan motornya dihadapan Senjana, namun gadis itu tidak mengangkat kepalanya, masih dengan kegiatannya menatap sepatunya seperti kegiatan itu paling seru.  "Dasar bodoh! Gue suruh pulang, ngapain masih disini?" ujar Antariksa dengan suara yang teredam helmnya.  Senjana mendongak mendengar perkataan Antariksa. Dia menatap lelaki itu datar, kesal karena ditinggalkan begitu saja dipinggir jalan.  "Lo yang ngapain balik lagi? Mau gue disini sampai besok juga bukan urusan lo!"  "Oh jadi lo gak mau pulang? Ya udah gue tinggal aja lagi." ujar Antariksa menyalakan motornya lagi. "Bodo!"  Antariksa menghembuskan nafasnya kasar, gadis satu dihadapannya ini memang benar-benar keras kepala. Dengan terpaksa dia turun dari motornya lalu menarik tangan Senjana mendekat ke motornya. Gadis itu tidak melawan, dia hanya pasrah ditarik menuju motor Antariksa.  "Ini terakhir kalinya gue bakal peduli sama lo! Lain kali, jangan bertindak bodoh lagi kaya gini sama cowo lain." ujar Antariksa.  "Harusnya lo gak usah balik! Kalo gue baper sama perlakuan lo gimana?"  Antariksa memandang Senjana yang tiba-tiba menanyakan hal seperti itu padanya.  "Besok jangan baper lagi! Bukan cuma lo doang cewe yang pernah duduk di jok motor gue. Jadi jangan anggap kalo gue ngelakuin hal spesial karena ini." Sudah cukup, kata baper yang sempat Senjana ucapkan ingin sekali dia cabut lalu dilemparkan ke wajah lelaki dihadapannya. Dihari itu, Senjana berjanji tidak akan berdekatan lagi dengan lelaki bernama Antariksa. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN