ANTARIKSA 4 || PESAN BERUBAH KESAN

1566 Kata
Keesokan harinya, Senjana berangkat dengan mobil milik kakaknya yaitu Fajar Rajalangi. Menyebalkan memang karena Senjana sudah terbiasa pergi sendiri menggunakan motornya. Apalagi dengan sang kakak yang cerewetnya melebihi burung pipit. Sepanjang perjalanan, Fajar selalu menasihatinya seperti orang yang bijak. Tidak boleh nakal, tidak boleh membolos, tidak boleh bergaul dengan anak berandal dan lain sebagainya. Dia tidak tahu saja kalau adik tersayangnya telah memukul genderang perang dengan seorang ketua geng.  "Dek kamu dengar yang kakak bicarain kan?" tanya Fajar setelah berbicara panjang lebar.  "Iya kakakku tersayang... Gak usah khawatir! Aku bisa jaga diri."  "Bisa jaga diri kok bisa sampai kecelakaan?! Itu motor katanya hancur loh bentuknya dek." Senjana meringis mengingat kalau semalam dia berbohong kalau mengalami kecelakaan. Lagipula penampilannya yang acak adul dengan rok yang kotor karena gelesoran di tanah membuat pernyataannya sangat mendukung.  "Iya gak lagi deh mas! Eh udah sampai, makasih udah anterin Senja Mas." ujar Senjana saat sudah sampai depan gerbang sekolah.  "Iya! Nanti Mas jemput jam berapa?" "Gak usah! Nanti Senja pulang sama Lily aja. Dah Mas Fajar!" jawab Senjana turun dari mobil melambaikan tangannya.  Senjana masuk ke dalam sekolah dengan berhati-hati. Bukan apa-apa, karena dia takut kalau bertemu dengan gerombolan Antariksa. Dia memang menyesal saat pertama kali mencari masalah dengan lelaki itu, tetapi setelah motornya dirusak mereka, bukan lagi rasa sesal yang dirasa namun kesal. Jika melihat lelaki itu rasanya ingin melemparkan sepatu ke kepalanya. Sayang sekali, harapannya belum terkabulkan. Justru di depan lorong samping tangga teman-teman Atar sudah terlihat tengah bersandar ditembok dengan canda gurau. Senjana menghentikan langkahnya, dia membalikkan badan sambil memegang dahinya. Jalan menuju kelasnya memang bukan lewat tangga itu saja, ada tangga lain tetapi tangga lain juga harus melewati lorong itu dulu. Memang sudah nasibnya Senjana harus berurusan lagi dengan yang namanya Antariksa. "Kabur aja kali yah? Bolos sekali-kali gak apalah. Maafkan adikmu ini Mas Fajar." gumam Senjana. "SENJANA..." Kampret! Siapa yang memanggilnya sekeras itu? Ingin rasanya Senjana merobek mulutnya lalu membuangnya ke lautan menjadi santapan para hiu. Disaat dia sudah sangat berhati-hati, justru ada orang lain yang menghancurkan. Memang kalau anak baik selalu aja ada halangannya untuk berbuat buruk. "Kok balik? Ada yang ketinggalan?" "Cantika! Lo kalo ngomong gak usah keras-keras bisa? Liat belakang noh, ada Antariksa dan kawan-kawan! Lo mau gue dimakan sama siluman macan kaya dia?! Lagian kalo gue ketemu sama tuh cangcurut bisa naik pitam gue karena masalah motor. Pengennya tuh dia gue cekik terus masukin ke kandang buaya!!" ujar Senjana tanpa sadar suaranya semakin meningkat tiap kata. "Senjana... Macannya kok serem yah?" jawab Cantika kikuk. "Baru sadar?! Lebih serem dari macan aslinya malah." "Sen... Dia kayanya mau terkam lo deh." "Makanya gitu! Gue mau bolos! Minggir deh ngalangin jalan aja." Senjana hendak melangkah melewati Cantika namun kerah bajunya seperti tertarik sesuatu. Dia melihat ke belakang dengan kesal namun saat tahu siapa yang melakukannya dia langsung membulatkan matanya. Ternyata sang macan sudah ada di belakangnya. Berapa banyak si macan mendengar perkataannya? Tenang Sen, macan gak bisa bahasa manusia. Tapi macan yang ini bisa gak nih? Senjana meringis dengan pikiran konyolnya. Perasaan dia tidak sebodoh itu untuk menjawab pertanyaan dalam kepalanya. "Mau kemana?" "Bukan urusan lo!" jawab Senjana menangkis tangan Atar. "Mau bolos kan lo?!" "S-siapa yang mau bolos...?" "Tadi kok gue denger lo ngomong mau bolos yah?" ujar Antariksa memasukkan tangannya ke saku. "Gak! Kapan gue bilang kaya gitu?!" "Tadi barusan, satu menit tiga puluh dua detik yang lalu." "Sok tau banget lo!" "Gue bakal kabulin keinginan lo buat bolos dengan satu syarat." "Apaan sih!" Senjana melihat ke belakang Atar dimana teman-temannya sedang melihat dari arah tangga. Diantara mereka, yang terlihat paling normal itu hanya Yudhis. Senjana saja mengagumi sosok lelaki tampan nan pintar itu. "Jangan nangis!" "Hah...?" Belum sempat Senjana menanyakannya, tangannya sudah ditarik Antariksa. Mereka berjalan menuju parkiran sekolah. Atar menuju ke salah satu motor sport berwarna hitam mengkilap. Dia menyerahkan satu helm untuk Senjana yang jelas langsung ditolak gadis itu. "Apaan? Gue gak bilang mau pergi bareng lo." "Mau pake sendiri atau gue paksa? Yang jelas lo gak akan suka kalo gue paksa." Bibir Senjana mengerucut mendengar perkataan Antariksa. Dia dengan cepat memasang helm itu, walaupun sedikit kebesaran di kepalanya. "Ngapain lo bawa helm dua?" "Punya si Ucup tadi numpang. Udah naik cepet keburu gerbang ditutup!" ujar Antariksa yang sudah di atas motor. Senjana naik ke atas motor Antariksa dengan sedikit kesusahan karena terlalu tinggi. Saat Antariksa menjalankan motornya dia sedikit terkejut dan langsung berpegangan pada jaket jeans yang dikenakan lelaki itu. Mereka menerjang jalanan yang ramai dengan kecepatan motor milik Antariksa yang tinggi. Senjana semakin mengeratkan pegangannya pada lelaki itu. Tidak lama kemudian Antariksa berhenti di sebuah gedung lama yang terlihat sudah tidak terpakai. Banyak coretan sana sini dan cat yang sudah mengelupas. Senjana yang melihat itu merinding sendiri, tempatnya menyeramkan bahkan di pagi hari seperti ini. Pikirannya jadi melayang kemana-mana takut Antariksa melakukan hal yang mengerikan padanya. Secara, Senjana jadi mengingat perkataan lelaki itu yang berkata kalau dia akan membalas dendam padanya. Pertama kali adalah saat motornya yang menjadi korban. Entah apa yang kedua kali? "Turun!" ujar Antariksa melepaskan helmnya. "Lo ngapain bawa gue kesini? Lo mau macem-macem sama gue ya?!" tuduh Senjana tanpa turun dari atas motor Antariksa. "Iya! Gue mau jual lo! Kenapa? Takut?" Antariksa tersenyum mengejek melihat ketakutan dari sorot mata Senjana. "LO GILA?! SEGININYA LO MAU BALAS DENDAM?! GUE GAK MAU TURUN! GUE MAU PULANG!! GUE GAK MAU KESANA!!" bentak Senjana dengan mata berkaca-kaca. "Dasar cengeng! Mana cewe berani yang nantang gue waktu di kantin?" sahut Antariksa terkekeh mengejek. "GUE SALAH! GUE MINTA MAAF! PUAS LO HAH?! SEKARANG PULANGIN GUE...." Senjana terus berteriak karena ketakutan, bahkan dia memeluk Antariksa agar tidak turun dari motornya apalagi sampai membawanya ke dalam untuk dijual. Astaga.. Senjana jadi menyesal telah melanggar perkataan kakaknya yang melarangnya bolos. "Haha... Lo beneran pikir kalo gue bakal jual lo? Astaga, siapa yang mau beli cewe cengeng kaya lo?" jawab Antariksa tertawa. "Terus.. Ngapain lo bawa gue kesini?" "Ini markas Jupiter. Gue mau ambil barang ketinggalan semalem." "Lo serius gak mau jual gue kan?" "Iya! Lo mau turun atau kaya gini terus? Enak ya meluk gue? Secara orang ganteng itu emang pelukable banget sih. Bikin nagih." ujar Antariksa. "Dasar pede!" Senjana melepaskan pelukannya lalu turun dari motor. Antariksa juga turun lalu memasuki gedung itu diikuti Senjana. Saat masuk, gadis itu melihat ruangan dalam yang penuh dengan barang-barang tidak terpakai yang sudah kotor. Perlahan mereka naik ke lantai dua dan keadaan sedikit berbeda disana. Tempatnya sedikit lebih rapi, tidak ada sampah dan hanya ada ban yang bersusun tempat duduk dengan keranjang kayu sebagai meja. Disana juga banyak gambar-gambar yang sepertinya dibuat oleh anak-anak Jupiter lainnya. Disana juga ada seperti sebuah papan tulis yang sudah bercorat-coret tulisan tentang Phoenix dan Ragavar. Sepertinya itu adalah geng musuh dari Jupiter. Membaca itu, Senjana jadi teringat akan perkataan Panca kemarin. Sebenarnya Senjana takut kalau dia akan ikut terseret jika memberi tahu pada Antariksa tetapi kalau tidak, Jupiter akan dianggap pengecut karena tidak datang. Dan Senjana yakin mereka tidak akan terima hal itu. "Gue mau ambil kamera ini doang! Kita lanjut bolos ke tempat lain." ujar Antariksa. Awalnya memang Antariksa ingin mengerjai Senjana dengan kebut-kebutan dan meninggalkan gadis itu dijalan tetapi saat melihat wajahnya yang lugu ketakutan saat Antariksa berkata akan menjualnya, dia tidak jadi melakukan itu. Lebih menyenangkan kalau bermain sedikit dengan Senjana, itulah yang ada dipikirannya. Dia merasa kalau gadis itu penuh kejutan. "Atar.. Gue mau kasih tau sesuatu." ujar Senjana. "Apa? Masih takut gue jual lo?" "Bukan itu! Gue ada pesan dari Panca..." Wajah Antariksa seketika berubah, dia menatap Senjana terkejut. Tubuhnya menegang mendengar perkataan gadis dihadapannya. "Gimana lo bisa kenal Panca?" tanya Atar datar. "G-gue.. Kemarin gak sengaja ketemu dia depan sekolah. Dia bilang lo sama anak-anak Jupiter lainnya ditunggu di lapangan basket belakang SMA Pancasila. Dia bilang lo harus dateng atau kalian akan dianggap... Kalah." jawab Senjana gugup. "Jadi lo gak kenal Panca?" "Gak! Gue gak kenal sama dia. Gue cuma s**l aja bisa ketemu depan sekolah." "Lo bukan mata-mata geng mereka kan?!" sentak Antariksa. "Astaga! Gue berani sumpah. Buat apa sih gue ikut-ikutan hal kaya gitu. Kalo lo gak tau, gue ini anggota OSIS. Gak mungkin gue mata-mata anggota geng!" jelas Senjana. Antariksa sedikit melunak mendengar hal itu. Dia pikir gadis yang dia bawa ke markas adalah mata-mata, karena hal itu bisa gawat. Dia juga tidak suka seorang pengkhianat, makanya saat itu Kenzo habis babak belur olehnya. "Makasih pesannya. Kalo lo gak ngomong, gue pasti bakal marah besar karena udah buat Jupiter jadi kaya pecundang gak dateng waktu ditantang mereka." "Sama-sama. Gue minta maaf buat kejadian di kantin. Gue janji gak akan ganggu urusan lo lagi, jadi... Kita anggap gak ada masalah apapun diantara kita lagi. Gimana?" "Kalo lo berani ganggu gue lagi, apa hukumannya?" tantang Antariksa. "Hmm... Terserah deh. Jadi kita damai kan?" "Oke." jawab Antariksa dengan senyum miringnya. Senjana tersenyum lebar dengan persetujuan Antariksa. Jarang-jarang lelaki itu bersikap baik dan menurut seperti ini. Sekarang yang harus Senjana ingat adalah jangan ganggu urusan Antariksa lagi. Hanya itu. "Kita masih punya waktu hari ini sampai besok balik jadi Antariksa dan Senjana yang gak saling kenal. Lo mau kemana?" "Kemana aja deh..." jawab Senjana riang. "Asal sama gue yah?" Senjana mendelik mendengar sahutan Antariksa yang menggodanya. Lelaki itu tertawa melihat reaksi gadis dihadapannya. Wajah Senjana jadi memanas dengan percakapan mereka yang terlihat sangat dekat. Dan sekali lagi, dia mengingatkan dirinya untuk tidak mengganggu lelaki itu lagi. Pertanyaannya sekarang adalah, bisakah dilakukan setelah hari ini berlalu?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN