10

1783 Kata
“ Inget! Jangan mantengin laptop lagi!” ujar Mas Bisma sambit membantu papa April menaikkan koper April ke bagasi. “ Ia! Cerewet lo!” balas April. Sudah enam bulan April di rawat di panti rehab. Dan April juga sudah mengikuti ujian kenaikan kelas di panti dengan pengawasan super ketat, dan hasilnya lagi-lagi, sempurna. Dan saat ini, April sudah bersiap-siap pulang ke rumahnya. “ Jangan di ulangi yang kemaren-kemaren!” Mas Bisma mewanti-wanti. April mengangguk. Jujur, dia agak keberatan meninggalkan Mas Bisma. Ternyata, Mas Bisma nggak jahil-jahil banget kok! Buktinya, selama enam bulan Mas Bisma selalu mengajak April melakukan hal-hal yang bermanfaat dan baik. Dan yang pasti selalu menghibur April. “ Eh, Gue punya sesuatu buat elo!” ucap Mas Bisma. “ Apaan?” tanya April. Mas Bisma mengeluarkan sesuatu dari balik pilar di teras depan. Ternyata boneka beruang yang dibuat oleh Mas Bisma, “ Nih!” April menerima boneka itu. Ditatapnya lekat-lekat wajah beruang itu. Lucu dan selalu tersenyum. “ Kalo lo kangen gue, lo curhat aja sama dia!” ucap Mas Bisma, “ Gue kan ngangenin!” ucapnya. Balik lagi deh! “ Nggak usah rese deh!” April mencibir Mas Bisma yang cengengesan. “ Jaga baik-baik! Itu gue bikin khusus buat elo!” ujar Mas Bisma, “ Satu lagi, namanya Maya!” 00000 “ Jadi, nggak apa-apa kan, kalo papa pergi selama tiga bulan?” tanya papa April lagi saat makan pagi ini, dan untuk ke sekian kalinya, April mengangguk. Papa April masih khawatir kalau harus meninggalkan April dalam waktu yang cukup lama. Pasalnya, April baru keluar dari panti rehab dan mungkin, jika di tinggal terlalu lama, pertahanan April akan goyah lagi. Namun, kali ini April benar-benar mengerti. Papanya akan ke luar negri untuk mengurusi perusahaannya di sana, yang akan ia tinggalkan. Dan itu berarti papa April tidak perlu lagi bolak-balik ke luar negri. Cukup transfer, hehehe. “ Papa, berangkat nanti malem kan?” tanya April. Papanya mengangguk. Setelah menghabiskan kopi hangatnya, Papa langsung mencium kening April dan berangkat kerja, “ Jangan sliweran!” ujar Papanya. April hanya tersenyum. Ya, semakin cepat papa-nya meninggalkan Indonesia. Semakin cepat juga April menjalankan Sacananya. Setelah suara dengung mobil papa-nya sudah tidak terdengar lagi, April menghampiri Bi Sari di dapur. “ Bi, tolong kemasi semua baju-baju saya. Juga semua baju-baju Bibi.” Ujar April. Seketika, Bi Sari mengehentikan aktifitas mencuci piringnya dan menoleh heran ke arah April, “ Buat apa neng?” tanya Bi Sari penasaran. “ Besok, kita berangkat ke Jogja!”                                   Part 2 Finding The Third J Dia tidak pernah memilih, karena dia yang dipilih.                       The Other Angel   Seluruh siswa di SMU Harapan Nusa mendadak gempar dengan kedatangan seseorang yang baru saja turun dari sebuah mobil BMW keluaran terbaru. Bukan  hanya karena melihat tunggangannya yang wow! Tapi juga karena mereka melihat seseorang yang mereka kenali mendadak berubah penampilan. Mata-mata terus memandang, terpikat oleh sosok yang terus berjalan dengan santai itu. Beberapa mulai ada yang berbisik melihat penampilan tak wajar sosok yang mereka kenal ini. Sosok itu berhenti di depan ruang kepala sekolah. Di putarnya kenop pintu hingga pintu terbuka dan ia masuk ke dalam ruangan itu. “ Saya rasa anda bisa menggetuk pintu dahulu.” Ucap sang kepala sekolah yang duduk di kursi dan menghadap ke tembok. “ Maaf, saya rasa anda sudah tahu saya akan datang saat ini.” Ucap sosok itu sambil menutup pintu. Bu Kepsek atau yang lebih sering di sapa Bu Reva memutar kursinya hingga menghadap ke sosok di depannya. Dia tersenyum, “ Well, saya tidak menyangka akan semirip ini!” April ikut tersenyum, “ Mungkin saja Bu Reva. Menurut teori, ada tiga orang di dunia ini yang sama dengan kita...” “ Dan saya yakin ketiga orang itu berbeda sifat.” Potong Bu Reva, “ Duduk April,” April duduk di hadapan Bu Reva yang sedang memeriksa catatan mengenai dirinya. “ Hmmm, rata-rata tidak pernah di bawah sembilan. Prestasi akademik dan non akademik seimbang dengan catatan  merah! Wah, rupanya kamu  murid yang sangat terkenal ya!” ujar Bu Reva. April hanya tersenyum. “ Saya tidak yakin kalau kamu ada hubungan darah dengan salah satu murid saya.” Tambahnya. “ Maksud ibu, Maya?” tanya April. “ Ya, siapa lagi. Meskipun banyak kemiripan  antara kalian, Maya hampir tidak pernah membuat catatan merah!” jawab Bu Reva. April tertawa, “Ya, ya. Maya tidak akan mungkin merokok seperti saya.” Bu Reva ikut tertawa, “ Saya sangat  tertarik dengan cerita kamu tadi malam, di rumah saya. Saya tau  ini tugas yang berat buat kamu.” Ujar Bu Reva, “ Sebenarnya, jika kamu tidak mempunyai catatan merah sebanyak ini, saya mudah saja menerima kamu di SMA unggulan ini. Namun, prestasi dan cerita kamu membuat saya luluh.” “ Saya akan menerima kamu di sini. Tapi saya akan terus pantau kamu. Jangan sampai catatan merah kamu melebihi satu lembar dan nilai kamu tidak boleh di bawah standart.” Ujar Bu Reva Bu Reva beranjak mengambil sebuah paket yang cukup besar lalu menyerahkannya ke April, “ Ini seragam dan buku-buku kamu. Silahkan datang lagi besok. Dan jangan terlambat.” Ucap Bu Reva. “ Rebes Bu Reva!” April mengambil paketan itu. “ Dan April, tolong hapus semir rambut kamu!” 00000 Dodi, ketua kelas 3 IPA 1 yang baru saja di angkat empat hari lalu sedang berdiri di ambang pintu sambil mengamati keadaan sekitar. Selama dua tahun berturut-turut, do’i selalu menjadi ketua kelas dan saat kenaikan kelas tiga kemarin, lagi-lagi Dodi yang – katanya – keturunan keraton Jogja itu terpilih menjadi ketua kelas lagi. Dan ini nih, salah satu tugas ketua kelas. Jadi satpam  di waktu jam kosong, yang tugasnya ngasih tanda kalo ada guru yang tiba-tiba datang. Sementara siswa yang lain berusa se-anteng mungkin dalam membuat keributan ( emang bisa?) “ He, Dod! Sampeyan mari nggarap pe-er kimia, Dod?” Teguh meneriaki Dodi dari belakang. Dodi yang tengah asyik mengamati keadaan sekitar jadi sewot, “ Mari! Po’o? Sampeyan durung yo!? Ancen males tenan sampeyan iki!” ucap Dodi. “ Pinjem ya Dod?” pinta Teguh. “ Dad, dod, dad, dod! Panggil Di aja kenapa?! Ambil gih! Kamu tau kan tas ku!” ucap Dodi. Sementara Teguh mengambil buku pr Dodi, Dodi kembali mengamati keadaan sekitar. Tiba-tiba, dari kejauhan, dia melihat Bu Reva mendekat. Awalnya, Dodi mengira Bu Reva ke kelas dua  yang doyan bikin masalah. Tapi saat ternyata Bu Reva melewati area kelas dua yang berada tepat di samping area kelas tiga, Dodi langsung heboh! “ Bu Reva ke sini! Cepet-cepet rapiin bangkunya!” Teriak Dodi. Seluruh siswa di ruangan itu langsung berbenah, mengembalikan kursi ke tempat semula lalu duduk di bangku masing-masing dengan rapi. Tepat saat Bu Reva datang. “ Selamat pagi.” Sapa Bu Reva. “ Pagi Buuuuuuu...” ucap seluruh siswa. “ Pagi ini kalian kedatangan teman baru!” 00000 Seluruh mata menatap terkesima sosok yang tengah berdiri di hadapan mereka. Ada juga yang menoleh ke depan, lalu mencocokkan dengan yang di belakang. Sosok di belakang syok melihat sosok yang sama dengannya tengah berdiri kokoh di depan kelas. Sementara sosok di depan syok karena melihat seseorang di samping kembarannya. Sementara Bu Reva menatap sosok yang tengah duduk di samping kembaran April, lalu menegurnya, “ Aksa, ngapain kamu di sini? Ini kan bukan kelas kamu?” Aksa sama syok-nya dengan kedua saudara kembar yang baru saja bertatap muka ini. Di tatapnya April dengan pandangan nanar. Saking syoknya, Aksa tidak sadar Bu Reva menegurnya. “ Aksa!” bentak Bu Reva, “ Kembali ke kelas kamu sekarang!” Aksa yang tersentak kaget buru-buru beranjak dari bangku di sebelah Maya lalu berjalan keluar kelas 3 IPA 1. “ Maya!” kali ini Bu Reva menegur Maya. Maya langsung tersentak dan menatap Bu Reva, “ Ngapain kalian apel jam pelajaran begini?” tanya Bu Reva galak. “ Aaa..anu Bu, kelasnya Aksa lagi jam kosong.” Ucap Maya. Bu Reva menghela napas, “ Ya sudah! April, perkenalkan diri kamu, “ Bu Reva mempersilahkan April. “ Nama Saya April Alveila. Terserah mau di panggil apa.” Ucap April singkat, sudah kembali dari syok-nya. “ HAH? Kok namanya bisa sama sih!” teriak Maya dari belakang. “ Ah! Nggak usah berlagak b**o! Dia saudara kembarnya sampeyan kan!” ujar Andre. “ Sudah-sudah!” potong Bu Reva, “ Dia pindahan dari Jakarta. Jadi dia kurang mengerti bahasa Jawa. Jadi tolong bantu dia beradaptasi.” “ Beres Bu!” ujar Dodi. “ April, silahkan duduk.” Ujar Bu Reva Dan tanpa sepatah kata, April langsung menuju ke bangku kosong di sebelah Maya dan meletakkan tasnya di sana. “ Baik. Ibu pergi dulu.” Ucap Bu Reva sambil meninggalkan kelas 3 IPA 1. Setelah Bu Reva benar-benar tidak terlihat dari area kelas tiga, siswa satu kelas 3 IPA 1 langsung mengerumuni bangku Maya, sebelum dihalang oleh sang empunya bangku. “ Eitzzz... kalian tanya-nya waktu istirahat aja! Sekarang giliran Maya. Hush.. hush...” usir Maya. “ Yahhh...” suara-suara kecewa langsung bermunculan. Maya langsung mengamati sosok yang sedang membaca di sampingnya. Begitu mirip dan sama. Hidung, mata, bibir, telinga, postur, begitu sama. Hanya berbeda pada potongan rambut dan tentu saja, sikapnya. “ Apa?” tanya April yang merasa diamati tanpa mengalihkan  pandangan dari buku yang dibacanya. Maya jadi tersentak, “ Masa sih kamu saudara Maya?” tanya-nya. April melirik Maya, “ menurut kamu?” tanya April balik. Maya mengangguk. “ Ya udah.” Jawabnya santai. “ Tapi bunda kan anaknya cuman satu? Maya aja. Aneh deh! Mana nama kita sama lagi! April, Maya. Kembar banget!” cerocos Maya. “ Pernah denger teori nggak, kalau kita punya tiga kembaran di dunia ini? Malah ada juga yang bilang tujuh.” Jelas April. Maya mangut-mangut. “ Wah.... banyak ya!” April tersenyum lalu kembali melanjutkan membaca bukunya. Sebenarnya, pikiran April sama sekali tidak fokus dengan tulisan tulisan di hadapannya. Selain karena Maya yang ternyata doyan ngomel, juga karena dia masih syok. Tujuh belas tahun terpisah dan tiba-tiba saja bertemu. Meskipun Maya belum benar-benar menyadari, kalau cewek di sampingnya ini adalah kakak kembar kandungnya. Mereka tidak punya memori yang bisa dikenang bersama, sehingga menyulitkan April untuk mengatakan yang sebenarnya. Waktunya hanya tiga bulan dan dia harus menyelesaikan masalahnya di Jogja kurang dari seratus hari. Tapi, yang membuat April lebih syok adalah seseorang yang tadi duduk di bangkunya sambil bercanda ria dengan Maya. Aksa. Bukan Aksa, mungkin Faren. Batinnya. Tapi sosok itu begitu sama dengan “mantan pacarnya” selama lima tahun. Krinngggg.... “ Mau kemana?” tanya April bingung melihat Maya mengemasi peralatannya. “ Ke ruang musik. Bentar lagi kan pelajaran musik.” Ujar Maya, “ Hayoooo. Nggak nyatet jadwal yaaa? Parah nih! Ntar deh Maya pinjemin punya Maya! Tapi jangan diilangin ya? Kemaren Maya pinjemin si Joko, eh, di ilangin.....bla...bla...bla...” Maya terus nyerocos. Sementara April hanya menghela napas. Bisa budeg gue lama-lama
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN