Setelah menjauh dari Maya, April kemudian meluncur dan kabur ke kantin untuk makan soto. Soto di Jogja beda banget sama soto di jakarta, tempat tinggalnya dulu. Di Jakarta, khususnya kalau kita bicara tentang soto betawi, kuah sotonya merupakan terbuat dari sari air kelapa atau lebih kita kenal dengan nama santan. sementara soto di daerah jawa atau jawa tengah, jawa timur mau pun jogja, sotonya bening dan lebih mengandalkan rempah rempah dan bubuk yang disebut koya untuk bisa membuat kuahnya terlihat lebih pekat dan kental. Bukan menggunakan santan lagi.
April duduk di salah satu bangku panjang di depan spot si penjual soto yang merupakan bapak anak satu. Loh kok April tau kalau si bapak punya anak satu. Ya, emang bawaan April suka ramah dan basa basi dengan orang orang biasa. Meski tampangnya jutek, galak, atau bahkan bisa dibilang tomboy dan sangar, april merupakan anak yang baik, terutama sama orang tua.
menurut cerita si bapak penjual soto, anak si bapak dulunya juga bersekolah di sekolah april sekarang. namun karena tidak ada biaya untuk kuliah langsung, maka anak si bapak bekerja terlebih dulu baru setelah ada uang, ia kuliah di sebuah universitas terbuka sembari terus bekerja. Si bapak begitu bangga dan antusias sekali menceritakan anaknya, membuat april yang mendengarnya pun agaknya merasa terharu.
diam diam ia juga mengingat bagaimana orang tua kandungnya jika membesarnya. Ia juga berandai andai tentang nasibnya jika tidak diambil oleh papa dan mamanya, yang notabene merupakan orang berada, bahkan bisa dikatakan kaya. Mungkin kah april akan berjuang sekeras anak si bapak itu demi meraih cita citanya? Menjalani hidup seperti ini saja April sudah berkali kali ingin menyerah bahkan sampai memilih jalan terburuk dan jatuh ke belenggu obat obatan terlarang. April tidak yakin apakah dia akan sekuat itu jika nasibnya bergulir seperti anak si bapak.
Ia menyesap kuah soto itu lagi, kuahnya begitu segar. Meski awalnya belum terbiasa, lama kelamaan april menyukai juga rasa makanan makanan di sini. Makannya cukup lahap. Cukup bisa dikatakan sebagai kemajuan juga dari kondisinya yang sebelumnya. mengingat ia sempat mengalami penurunan berat badan yang cukup signifikan lantaran ketergantungan obat waktu itu. bagaimana tidak, jangankan makan, punya nafsu makan aja tidak. Yang ada hanya keinginan untuk lari dan lari dari kehidupan dan kenyaatan, lari menggunakan jalan dengan berhalusinasi melalui kesenangan yang ditawarkan obat itu.
Hingga sekitar sepuluh atau lima belas menit berlalu, akhirnya April menyudahi kegiatan makannya, setelah sebelumnya ditutup dengan meneguk es teh manis yang juga ia pesan sebagai minumannya. Ia pun beranjak dari bangku dan berjalan menghampiri si bapak penjual yang duduk di belakang gerobaknya. April merogoh sakunya, kemudian mengambil selembar uang lima puluh ribuan dan memberikannya kepada si bapak.
"Nih Pak," kata April disertai senyuman.
Si bapak meneruma uang itu kemudian membuka laci tempat ia menyimpan uang untuk mencari kembalian. Namun sebelum ia selesai menghitung, April buru buru pergi.
"Loh nak April, kembaliannya belum" teriak si bapak
"Udah buat bapak aja." teriak april, kemudian pergi