"April..."
Aksa berucap pelan. Diam diam ia memegang tangan April, lalu memeluk gadis itu dari belakang. April membeku. Hati dan akal pikiran sehatnya ingin menolak perlakuan aksa yang seperti ini kepadanya. Namun alih alih menolak, ia justru menurut dan justru menunggu apa yang akan dilakukan Aksa kepadanya.
Sendok yang semula berada di tangan April, kini perlahan lahan terlepas begitu saja dan jatuh ke lantai. Bahkan tanpa gadis itu menyadarinya.
April terdiam tidak bersuara, ia membeku. Sementara dalam rangka yang melindungi dadanya, jantung berdegup kencang sekali.
“Aksa… kamu, mau apa?” tanya gadis itu pelan.
Aksa tidak menjawab. Cowok itu menelan ludah sementara matanya menatap April begitu lekat.
“Aksa, kita nggak boleh… kita nggak..” April mulai gelagapan, suaranya bergetar, mengikuti desir aliran darahnya.
“I know,” bisik Aksa. “But I can’t help it.” Kata cowok itu, lalu mendorong ke dinding dan menghimpit gadis itu di sana. Membiarkan cewek itu berada dalam kurungannya. Kemudian saat April tidak bisa bergerak atau berontak lagi, Aksa mendekatkan bibirnya ke arah bibir April, dan mengecupnya pelan.
Pada kecupan pertama, jantung April serasa copot. Ia tidak menyangka hal ini akan terjadi lagi pada mereka berdua. Terlebih status mereka sudah berbeda. April dan Aksa bukan lagi sepasang kekasih. Dan parahnya, Sekarang Aksa sudah menjadi kekasih Maya, yang tak lain adalah saudara kembar April sendiri.
April merasa sangat amat bersalah pada saudaranya itu, dengan melakukan hal seperti ini diam diam. Di rumah yang ditinggali Maya pula. Saat kesadaran masih menguasainya, gadis itu pun menoleh ke sekeliling. Memeriksa apakah rumah ini masih sepi dan kosong, atau kah sudah datang ibu dan Maya?
Namun ternyata, rumah masih kosong. Hal itu sepertinya disadari juga oleh Aksa. Cowok itu mengikuti arah pandang April untuk melihat ke sekeliling kalau kalau ada seseorang yang datang.
Setelah memastikan bahwa keadaan masih sepi, Aksa kembali menatap April.
Keduanya saling tatap. Ada rindu yang membungkus keduanya. Ada rindu yang terjalin hingga membuat mereka tak bisa menahan untuk berjarak lebh jauh lagi.
Setelah ciuman pertama tadi, Aksa pun kembali mendekatkan bibirnya kepada April. April memejamkan mata seiring bibir Aksa mendekat. Ia tahu ini salah. Ia tahu tidak seharusnya ia dan Aksa melakukan hal ini, bermain di belakang Maya. Namun akal sehat dan nuraninya entah sudah kabur ke mana, ia pun tak menyangkal mau pun mencegah saat Aksa menempelkan bibirnya lagi ke miliknya. Berbeda dengan kali pertama tadi, kali ini saat Aksa menciumnya, April menyambutnya.
Bibirnya bergerak memperdalam ciuman, membuat tangan Aksa yang tadinya hanya memegang pipi dan membingkai wajahnya, kini bergerak untuk meraih punggungnya demi merapatkan posisi keduanya.
Aksa mengecap bibir April dengan lembut, tanpa menuntut. Keduanya mencurahkan rasa yang telah lama terpendam karena harus memedulikan dan menghargai hati orang lain.
Seolah olah tidak peduli dengan keadaan sekitar, Aksa menarik April untuk lebih dekat dan lebih dekat lagi dengannya.
“Eungghh… Sa” lenguh April, ketika perlahan ciuman Aksa berpindah ke tengkuknya.
“Hmmmh?” gumam Aksa, masih berfokus ke hal lain, yaitu menikmati April.
“Kita harus berhenti.”
“Sebentar…”
“Nanti ada yang tiba tiba dateng dan lihat kita.” Ucap April lagi, meski sejujurnya ia tidak ingin berhenti, karena semakin lama, ia justru ingin disentuh lebih jauh. Rasanya sudah sekali Aksa tidak menyentuhnya seperti ini. Ia ingin merasakan sensasi melayang bersama Aksa lagi.
Ya, seperti yang kalian pikirkan. April memang sudah tidak virgin. Hubungan keduanya sudah sangat dekat sebelum huru hara terjadi dan merenggangkan ikatan mereka.
“Aku mau kamu, Pril… aku kangen kita.” Aksa bergumam di sela sela kecupannya, tangannya juga mulai bermain di tubuh April, menyusup ke dalam kaos gadis itu.
“Eungghh, shh ah, jangan dimainin gitu.” April mendesah ketika jemari Aksa tidak hanya menyusup ke dalam kaosnya, namun juga sudah mencuri celah untuk menyusup ke dalam bra yang ia kenakan, dan bertemu dengan buah dadanya.
“Aku nggak bisa stop.” Kata Aksa, terus melanjutkan aktivitasnya, sementara April sudah tidak bicara lagi. Gadis itu sudah lunglai, menunggu Aksa untuk mengangkat tubuhnya.
Dan detik kemudian, hal itu benar benar terjadi. Aksa mengangkat tubuh April, kemudian ia duduk di kursi yang yang ada di dapur kemudian membawa April ke atas pangkuannya.
Dada April yang langsung berhadapan dengan wajah Aksa, menggoda cowok itu untuk meraupnya. Ia pun menarik ke atas kaos April dan segera meraup p******a April ke dalam mulutnya.
April mengerang, tangannya membelai dan memegangi kepala Aksa supaya semakin rapat dan tidak berpindah dari dadanya. Beberpa menit berlalu dengan Aksa menikmati payudaranya secara bergantian. Hingga tanpa sadar April menggoyangkan tubuhnya dan menggesekkan kewanitaannya yang masih terbungkus celana, mengenai kejantanan Aksa yang sudah menegang.
Aksa yang tergoda, perlahan menyelipkan jemarinya ke dalam celana April. Kemudian menyentuh dan membelai kewanitaan gadis itu. Membuat desahan April mengalun merdu.
“Terus Pril, I like your voice.” Racau Aksa sambil meneruskan permainannya.
Detik berikutnya…. Dengan segera ia membuka resleting celananya, begitu pula hot pants yang saat itu dikenakan oleh April.
Begitu resleting terbuka dan kejantanannya keluar, Aksa langsung menggesekkannya ke milik April yang sudah basah.
“Emmhh….” Lenguh April tidak tahan. “Masukin sekarang, cepet.” Pinta gadis itu.
Aksa pun menuruti permintaan April dan segera melesakkan miliknya ke dalam liang gadis itu. April membuka mata. Begitu terasa diri Aksa di dalam dirinya. Keduanya kembali berciuman, kemudian bersama sama menuju puncak kenikmatan secepat mungkin agar tidak disusul kedatangan orang.