13

841 Kata
Maya yang sedang bersembunyi di balik pot besar merasa diawasi. Sejak tadi, dua preman di pojokan jalan menuju kompleks terus mengawasinya. Kedua preman itu sebentar-sebentar menunjuknya, menggeleng, lalu mengangguk, lalu menggeleng lagi. Aneh. Maya kira mereka adalah dua preman yang baru keluar dari rumah sakit jiwa. Akhirnya, dua preman itu sama-sama mengangguk. Maya lega. Mungkin mereka sama-sama setuju kalau mereka memang masih tidak waras dan harus kembali dirawat di RSJ. Tapi, kedua preman itu semakin mendekat ke arahnya dan sambil mengawasinya. Saat berjarak kurang lebih empat meter darinya, Maya benar-benar yakin, kalau preman-preman itu akan mendatanginya. Maya langsung berdiri dari persembunyiannya dan mengambil langkah seribu, kabuuurrrrr sebelum terjadi apa-apa. Melihat Maya kabur, kedua preman itu langsung mengejar Maya. Kalau saja ini film Tom & Jerry. Ibaratnya, Maya itu Jerry yang sedang dikejar dua kucing blo’on di dalam labirin rumit. Pasalnya, Maya berlari-lari sampai melewati gang-gang tikus di kompleks itu. Saat jarak Maya dan kedua preman itu cukup jauh, Maya buru-buru berbelok dan bersembunyi dengan memepetkan tubuhnya ke tembok. Kedua preman itu berhenti di persimpangan tempat Maya berbelok. Kedua preman itu bingung menentukan kemana kira-kira Maya kabur. Maya terus mengawasi dua preman itu dengan sembunyi-sembunyi. Mulutnya terus berkomat-kamit pelan, membaca semua ayat yang ia hafal. Maya menghela napas lega saat kedua preman itu memutuskan untuk terus berjalan, tanpa berbelok. Namun, Maya kembali tersentak saat seseorang membekabnya dari belakang. Maya mengurungkan niatnya untuk berteriak saat ia mengenali suara orang yang membekapnya, “ Ssstttt... nanti mereka tau..” ujar suara itu pelan. Maya mengangguk. Saat kedua preman itu benar-benar menghilang, April melepas bekapannya dan langsung menarik tangan Maya untuk mengikutinya sambil tetap mengawasi, siapa tahu ada yang membuntutinya. April dan Maya berhenti di sebuah rumah di daerah gang sempit itu. Maya kaget saat melihat Aksa sedang duduk di teras rumah itu sambil memegangi tangannya yang berlumuran darah, “ hiiiiii...” pekik Maya sambil menutup matanya. Dia takut dengan darah. “ Dasar.” Ujar April lalu duduk di samping Aksa. Seorang nenek tua berjalan menghampiri mereka bertiga. Di tangannya terdapat sebuah bungkusan. Nenek itu menyerahkan bungkusan itu ke Aksa, lalu duduk di samping Aksa, “ Ning kunu wes ano banyu lan perban. Sampeyan kari ngresiki lan mblalut tangane mas ngganteng iki.” Ucap nenek itu dalam bahasa jawa. Rupanya nenek itu pemilik rumah ini. April yang tidak terlalu mengerti artinya hanya mengangguk lalu mulai melakukan penanganan untuk lengan Aksa. “ Aduh! Pelan!” pekik Aksa saat April membersihkan tangan Aksa dengan kapas basah. April manyun, “ Nih!” April sedikit menekan luka Aksa, membuat Aksa memekik lagi. “Jahat lo!” ucap Aksa sambil meringis. “ Elo sih, nggak pernah belajar dari kesalahan! Dari dulu, pertama kali kita tawuran, sampe sekarang elo selalu kena! Ya kan?” ucap April. Aksa berdecak, “ ngeledek lo!”. April hanya tertawa pelan. “ Kalian dulu udah pernah kenal ya?” tanya Maya tiba-tiba. Tawa April terhenti, lalu menoleh ke arah Maya dan menghela napas. Ketahuan sebelum waktunya. “ Emang April belum cerita sama kamu?” tanya Aksa. Maya menggeleng, “ cerita apa?” tanya Maya. Sementara April menatap heran ke arah Aksa, “ Lo udah tau, soal asal-usul gue?” Aksa mengangguk, “ Bi Sari yang cerita ke gue, waktu gue nemuin barang di kamar lo.” Ucap Aksa akhirnya. “ Lo belum cerita ke Maya?” tanya Aksa. April menggeleng. “ Cerita apa sih?” tanya Maya penasaran. “ Kamu nggak heran, kenapa tadi April bisa nemuin kamu di gang yang rumit ini?” tanya Aksa. Maya baru sadar. Benar kata Aksa. April belum lama di Jogja, tapi sudah berhasil menemukan Maya di gang sempit dan rumit ini. “ emang gimana caranya?” tanya Maya. “ Sini, aku ceritain, tentang kamu, April, dan Sadam!” 00000 Maya menutup mulutnya dengan tangan, seolah-olah tidak percaya dengan semua yang di ceritakan Aksa. Seumur hidupya, Maya tidak menyangka akan mempunyai saudara kembar, bahkan tiga saudara kembar. Jelas saja April bisa menemukan Maya dengan mudah. Insting antar saudara kembar selalu ada. Tapi tak lama kemudian, Maya menatap April dengan wajah cemberutnya. “ jahatttt...” Sagek Maya. “ kenapa nggak cerita dari awallll...?” “ lho? Kan dulu Maya pernah tanya, kira-kira kita saudaraan apa nggak. Kata Maya saudara’an kan? ya udah....” April membela diri. “ Tapi itu kan baru perkiaraan kakak!” ujar Maya kesal. “ Emang, bunda nggak pernah cerita, soal kita?” tanya April. Suaranya sedikit parau. Maya menggeleng. “ Bunda, kenapa bunda nyerahin semua tugas ini ke April. April nggak sanggup!” keluhnya. “ belum lagi nemuin Sadam! Kasih petunjuk kek! Apaaa gitu! Masa nama doang! Nama panggilan pula!” April melanjutkan keluhannya, “ Nasib-nasib!” “ Gue tau Sadam di mana?” ujar Aksa tiba-tiba. “ selama ini gue nyari tahu tentang Sadam, dan akhirnya ketemu, dengan Sadam yang kalian cari.” “ ah, yang bener lo Sa?” tanya April takjub. Aksa mengangguk yakin, April langsung tersenyum sumringah. “ Ahay! Mantap!” “ Tapi, kak..” potong April, “ Preman tadi itu siapa?” April menghela napas lagi. Ini masalah yang paling sulit diceritakan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN