April terbangun saat mendengar suara seorang wanita yang membentak-bentak di depan rumah. April beranjak dari tempat tidurnya, alias sofa lusuh di ruang tengah – karena memang kasur di sini hanya ada dua dan April malas tidur di karpet.
Saat menuju pintu depan, April melihat di teras ada ibunya, Maya, dan tante-tante menor. Tante menor itu membawa buku di tangannya dan matanya mendelik ke arah ibu April.
“ Nggak sopan banget!” Guman April kesal. “ Ada apa sih Li?” April menghampiri Maya yang terdiam di ambang pintu.
Saat melihat April, tante-tante itu seperti syok. Melihat dua gadis kembar di hadapannya.
“ Anu, Jun..”
Belum sempat Maya menyelesaikan kalimatnya, April memotong, “ Bawa ibu masuk.” Ujarnya.
“ Lho! Ya ndak bisa to dik! Ibu ini masih punya urusan sama saya!” bentak tante itu.
“ Urusan tante sekarang sama saya! Bukan sama ibu!” ujar April. Nadanya menajam.
Setelah ibu April dan Maya masuk, April mulai menanyakan masalahnya. April berusaha agar tidak membentak. Semenjak keluar dari rehab, April jadi agak sedikit tempramen dengan segala sesuatu yang tidak dia sukai. Nggak marah-marah sih! Tapi sinisnya minta ampun!
“ Jadi ada apa?” tanya April berusaha mengatur nada suaramya.
“ Ibu sampeyan itu lho! Ngontrak nunggak empat bulan ndak dilunasin. Utang pada numpuk ya ndak d bayar-bayar! Kalo gini terus, bisa bangkrut saya dik!” ujar ibu itu dengan nada tinggi.
April yang semula nggak sebel, sekarang jadi sebel, “ Emang per bulannya berapa sih?” tanya April.
“ Seratus ribu!” ujar ibu itu sewot, “ Dan utangnya enam ratus ribu ples bunganya tujuh puluh ribu!” lanjut ibu itu. Nadanya masih tinggi membuat April jadi tidak sabar.
Tanpa ba bi bu, April mangambil dompet di tasnya yang ia letakkan di ruang tamu, lalu kembali lagi untuk menemui tante menor itu.
“ Jadi totalnya satu juta tujuh puluh ribu kan!” ucap April. April membuka dompetnya dan mengeluarkan selembar kertas cek yang selalu ia bawa di dompetnya.
Dengan meminjam bolpoin tante itu, April mulai menulis beberapa nominal di selembar cek itu dan menyerahkannya kepada tante itu. “ Silahkan diambil di bank.” Ucap April lalu meninggalkan tante itu dengan sikap dinginnya.
Tante itu langsung mendelik melihat nominal yang di tulis April di cek itu. Lima Juta Rupiah. Jauh dari jumlah hutang ibu April.
Searching The Evil
April tetegun meliahat sosok yang berjalan menuju arahnya. Dia tahu, dia tidak pernah bertemu dengan cowok itu sebelumnya. Seperti deja vu. April seperti pernah mengenal cowok itu. Cowok yang sedang bergandengan mesra dengan seorang cewek yang hanya memakai kaos u can see dan hot pants.
Dan April semakin yakin kenal cowok itu saat cowok itu melintas di sampingnya dan tidak sengaja menyentuh bahunya. Seperti ada aliran yang terhantar saat mereka bersentuhan. April tahu rasa itu. Sama dengan saat pertama kali ia bertemu dengan Maya.
Ya, April yakin, cowok itu Sadam. Kalau diperhatikan, wajah mereka hampir sama, hanya saja Sadam laki-laki. Dan seperti kedua saudara yang lain, wajah Sadam tergolong tampan. Rambutnya saja yang berbeda, lurus dan cepak, tidak seperti April dan Maya yang sedikit bergelombang – meski April re-bonding sih!
Namanya Sadam Fernandes. Dia sudah menanyakan nama asli Sadam kepada ibunya, dan cocok.
Kemarin, Aksa yang menyuruhnya datang ke lokasi ini. Alun-alun kota. Aksa bilang, Sadam memang sering nongkrong di sini dengan gengnya. Menurut informasi Aksa, Sadam itu ketua dari salah satu geng balap motor liar yang cukup danger di Jogja, D-Trax. Dan menurut informasi Aksa juga, D-trax itu musuh bebuyutannya geng Leito. Parah kan?
Jika diibaratkan, Maya adalah angel dan Sadam adalah Evil, maka April gabungan dari keduanya, Angel and Evil. April sendiri tidak tahu, kenapa dari dulu, dia suka menggunakan istilah itu. Aksa juga sering menyebutnya begitu.
Dan malam ini, April harus menemui geng D-Trax, dan menceritakan semuanya kepada Sadam.
00000
Markas geng D-Trax tidak kalah tersembunyi dari markas geng Leito. Untungnya, Aksa rela harus digebuki saat ketahuan membuntuti Sadam sampai ke gang yang cukup dekat dengan markas ini. Jadinya, April, Maya dan Aksa masih harus nyasar untuk benar-benar sampai ke markas D-Trax.
Bedanya markas geng D-trax dan markas geng Leito adalah suasananya. Kalau di maskas Leito kita akan menemui banyak preman bertubuh besar dan seram, di markas D-Trax ini, dijamin, mata setiap cowok akan dimanjakan dengan suguhan yang wow!
Aksa yang lelaki normal, pandangannya tidak pernah lepas dari kaki-kaki jenjang yang tidak terbalut apa-apa , melintas di hadapannya. Belum lagi suguhan d**a yang hanya berlapis tanktop atau kaos ketat. Pokoknya yahut deh!
“ Hai ganteng!” seorang cewek yang wow mencolek dagu Aksa.
Aksa yang terlena membalas mencoleh dagu cewek itu, “ Hai seksi! Auch!”
Sebuah tangan mencubit pinggul Aksa dengan keras. Aksa menoleh ke arah April yang menatapnya tajam, “ Enak?” tanya April.
“ Sakit tauk!” ujar Aksa sambil mengusap-usap pinggulnya.
“ Sadam mana?” tanya April langsung kepasa cewek itu.
Cewek itu menatap April sewot, “ Ada urusan apa sama cowok ku?” tanya cewek itu tajam.
April jadi ingat, cewek ini yang dilihatnya sedang digandeng Sadam. April memperhatikan cewek bohai ini dari bawah sampai atas, “ Oh, ini ceweknya adek gue!”
“ Heh! Nggak usah ngaku-ngaku! Sadam itu nggak punya saudara!” bentak cewek itu.
“ Oh ya? Bentar lagi dia punya!” ujar April dingin, “ Sekarang mana Sadam!” bentak April.
“ hei! What’s up bro!” seorang lelaki menghampiri mereka. Bukan Sadam. Tubuhnya lebih kekar dan lebih coklat dari Sadam, kalo nggak mau di bilang item. “ Cewek kok bentak-bentakan sih?” ujarnya kalem lalu membelai rambut cewek Sadam.
“ Tau nih! Cari-cari Sadam!” adu cewek itu.
“ Oh, cari bos toh?” ucap cowok itu. Cowok itu memperhatikan Aksa, lalu meneliti April dan Maya secara bergantian. “ Oh, kembar toh!” ucapnya. “ Tapi lebih seksi yang rambut panjang.” Cibir cowok itu sambil menatap Maya lekat-lekat.
“ Heh! Jaga mulut lo!” bentak April. Sementara Maya tertunduk.
Cowok itu maju mendekati April, “ Kenapa? Mau dibilang seksi juga?” ujarnya tepat di muka April.
Duak!
Satu pukulan April mendarat dengan sempurna tepat di pelipis cowok itu, “ Jangan kurang ajar lo! banci!” bentak April.
Pukulan April cukup keras sehingga membuat cowok itu terjembab ke tanah. Karena peristiwa pemukulan barusan, seluruh aktifitas di area markas D-Trax sejenak berhenti untuk memperhatikan kejadian barusan.
Merasa dipermalukan oleh seorang cewek, cowok itu berdiri dan hendak memukul balik April, namun, seseorang menahan tangannya yang sudah terangkat dan bersiap memukul balik April.
“ Weitz, tahan Sa! Dia cewek! Cewek adalah makhluk yang dimuliakan di sini.” Ujar orang itu.
“ Tapi lo nggak liat tadi dia mukul gue!” bentak Sadi kesal.
“ Gue liat kok.” Ujar orang itu lalu mendekat ke April. Sadam. “ Tapi dia dan kembarannya adalah cewek yang spesial! Ya kan,” Sadam menggantung kalimatnya, kata selanjutnya mebuat ketiga orang di hadapannya membelalak, “ April?”
April tersentak, begitu juga Maya dan Aksa. Apa dia sudah tahu? batin April.
“ Kenapa? Kaget ya Kak April?” ujar kepada April, lalu menoleh ke Maya, “ Adik Maya, sayang?” lalu menoleh ke arah Aksa, “ Dan pengintai setia-ku, Aksa?”
Mereka bertiga seperti terkena setrum dengan volt yang begitu besar. Tanpa ragu, Sadam mengenali mereka bertiga. Bahkan membedakan mana yang April dan mana yang Maya, meskipun mereka sama sekali belum pernah bertemu.
“ Dari mana lo tau nama kita?” tanya April.
“ Wow! I’am Sadam, sister! The smart guy!” ucap Sadam sok.
“ Oke! Dan gue butuh ngomong sama elo!” ujar April to the point.
“ Oh! Setiap orang asing yang butuh sama gue, harus melewati tantangan gue! Meskipun itu saudara gue sendiri!” desis Sadam, “ Dan gue mau, elo yang ngelakuin tantangan itu!” tunjuknya kepada April. April mengangguk setuju.
“ Oke! Lo lawan Cyntya.” Ucap Sadam sambil menoleh ke ceweknya. Ceweknya tersenyum genit “ Guys, keluarin Macan-macan kesayangan gue!” perintah Sadam.