13- Got You

669 Kata
  "I want to tell you, I can do everything Anything, if you want I’ll do anything, I’ll follow you anywhere Cuz baby you got me I don’t care if I don’t know numbers There’s no need to calculate I wanna say yeah" – Why Why (Shannon William)   ~♥~♥~♥~   Iqbal bersiul kecil sambil merapikan seragam osisnya. Sejenak menyisir rambut hitamnya lalu memoleskan pomade dengan rata. Senyumnya masih mengembang semenjak tadi. Ingatannya melayang pada kejadian semalam. Tepatnya saat di atas balkon.   Iqbal meraba pipi kanannya dan sekali lagi sudut  bibirnya tertarik. Ciuman Azel masih terasa bekasnya. Iqbal bahkan tadi sengaja tidak membasuh pipi kanannya. Ini keajaiban! Berpikir kalau ciuman itu tidak akan pernah ia hapus.   Tak mau menyia-nyiakan waktu mengagumi kegantengannya, Iqbal bergegas keluar kamar. Ketika Iqbal keluar kamar, ternyata ia berpapasan dengan Azel yang masih merapikan rambut panjangnya dengan jari. Hari ini Azel tampak begitu cantik dengan rambut digerai, ada pita berwarna pink tersemat di sana. Azel rupanya juga terkejut saat mereka keluar dengan secara berbarengan. Tatapan matanya menunduk, kentara sekali kecanggungan gadis itu. Iqbal berdehem kecil. "Noona...."   Azel mendelik dan langsung mendongak. "Hah?"   Iqbal tertawa kecil. Pemuda itu membuka bibirnya hendak berkata lebih lanjut, namun tertahan ketika Azel buru-buru melesat menuruni tangga menuju ke meja makan. Hal itu sontak membuat Iqbal gemas sendiri, pasalnya tindakan Azel sangat manis menurutnya.   "Noona... " Iqbal tertawa. "Kayaknya gue bakal seneng sama panggilan itu."   ~♥~♥~♥~   "Kak Azel sakit?" Azel terkejut mendengar suara Danang yang tiba-tiba memecah keheningan di ruang makan.   "Hah?" Azel mengerutkan dahinya. "Enggak. Kenapa emang?"   Semua mata sekarang memandangi Azel yang kebingungan di tempatnya. "Iya, sayang, kamu sakit?" Reina ikut menimbrung. Iqbal memperhatikan Azel yang duduk di sampibgnya. Merasa diperhatikan, Azel sontak menepis semua pikiran orang disana. "Enggak, Ma. Azel nggak apa-apa kok. Sehat wal afiat!"   "Kalo gitu, Mama perhatiin dari tadi, kenapa wajah kamu merah?"   Azel melotot lebar. Ia bahkan tersedak makanan di tenggorokannya. Cepat-cepat ia meminum air. "Apa? Wajah Azel nggak merah kok, Ma. Perasaan Mama aja kalik," sangkal Azel. Diam-diam Iqbal menyeringai.   "Eih.. yang ngeliat wajah kamu itu kita, ya gimana mungkin kamu tau kalo wajah kamu itu merah dari tadi?" bantah Reina. "Lagipula, kamu itu kenapa sih sayang? Keliatannya lagi seneng banget hari ini. Ayo, cerita sama Mama."   Azel terbatuk kecil. Dengan cepat ia membantah. "Apaan sih, Ma.. enggak.. " Azel melirik Iqbal sebentar, kemudian beranjak dari kursinya. "Azel udah telat, Ma. Ada piket pagi. Dah, Mama," ujarnya terburu.   Semua melongo dan hanya bisa mengangguk saat Azel melambai tangan. Hanya Iqbal yang tak terkejut. Iqbal bersorak girang dalam hati.   ~♥~♥~♥~   Azel meraba pipinya yang terasa panas. Nyatanya memang apa yang diucapkan Mamanya benar. Pasti wajahnya memerah sekarang. Bagaimana bisa Azel menampakkan wajahnya pada Iqbal saat ini? Ia malu. Sangat malu. Jujur, andai bisa Azel ingin sekali berteriak kencang dan melambai ke kamera cctv di sudut koridor. "Gue nggak kuat, Please!!"   Sekolah masih sepi. Mungkin karena jam masih menunjuk angka setengah tujuh, maka sedari tadi hanya beberapa anak saja yang berkeliaran. Azel memasukkan tangannya ke saku jaketnya, dan bersenandung kecil. Mengikuti irama musik yang mengalun lewat earphone kecil di telinganya. Kakinya membawanya menuju kelasnya. "My my, my youre my." Namun tiba-tiba ia tersentak kala earphone yang terpasang di telinga kirinya ditarik oleh seseorang. Azel ingin berteriak marah, tapi ketika tahu siapa orang itu, gadis itu malah bungkam, tak berani membuka bibirnya.   "Noona... "   Nafas Iqbal memburu. Sepertinya pemuda itu habis berlari. "Cepet banget sih jalannya."   Azel masih menunduk. Sial! Panggilan itu..  padahal Azel sendiri yang meminta Iqbal memanggilnya Noona, tapi kenapa sekarang Azel jadi merasa malu saat mendengar panggilan yang terlontar dari bibir Iqbal itu.   "Noona?" panggil Iqbal tatkala Azel tak mengindahkannya.   "Ya?" Kali ini barulah gadis itu merespon.   "Waah.. bener ya Noona hari ini sakit?" Iqbal meraba kening Azel yang membuat gadis itu menahan napas. "Tapi nggak panas, kok. Lah, terus wajah Noona kenapa masih merah gitu?"   Azel bergeming. Telapak tangan ditepisnya dengan kasar. Azel ingin bersikap seperti biasanya. Jutek seperti biasa. Azel melihat Iqbal sedikit terlonjak dan heran, hal itu membuat Azel menundukkan kepalanya kembali dan meminta maaf. "Aku ke kelas duluan." Azel sudah berjalan sebelum Iqbal membalas perkataannya.   "I got you, girl ~" Iqbal bersenandung kecil memandang punggung Azel menjauh.   ~♥~♥~♥~      
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN