19- Girang

926 Kata
    "What do I do? I think I like you You shine like the stars in the night sky You're warmer than the sunlight I like you, I like you so much Even though your eyes are cold They softly melt my heart Hug me in your cozy arms” —Hug Me (Momoland)       ~♥~♥~♥~     Iqbal sedari tadi tidak melepaskan perhatiannya pada Azel. Gadis itu tengah menuruni anak tangga, dan dengan santainya mendudukkan dirinya di atas sofa depan televisi. Sambil mencari saluran yang bagus, ia sesekali mengambil kue kering dari dalam toples. Lagi-lagi Iqbal memperhatikan kelakuan gadis itu. Nampaknya Azel belum sadar dengan kehadirannya. Iqbal menyangga dagunya dengan tangan kirinya, tersenyum-senyum sendiri.   Kini Iqbal melihat Azel berjalan ke arahnya di ruang makan. Dan gadis itu menatapnya. Tetapi anehnya, Azel tidak memasang ekspresi senang sama sekali. Hal itu membuat Iqbal tersenyum.   "Gue bener-bener kangen Iqbal kayaknya," katanya pelan.   Iqbal mengerutkan dahinya.  Masih tersenyum, ia memikirkan kemungkinan jika saat ini Azel berpikir kalau Iqbal hanyalah khayalannya.   Jadi, untuk memastikan kebenarannya, Iqbal memanggil gadis itu. "Noona.. "   Tetapi kemudian reaksi Azel membuatnya semakin melebarkan kerutan dahinya.   Azel tertawa kecil. "Oh bahkan Iqbal manggil gue dalam imajinasi gue."   Azel membalikkan badannya berniat mengambil sebotol air dalam kulkas. Sial, Iqbal dicuekin! Udah jauh-jauh kesini masa dicuekin gitu aja sih?!   Buru-buru Iqbal merentangkan lengannya –memeluk Azel dari belakang— sambil membisikkan kalimat yang membuat Azel bergidik. "Kangen..... "   Iqbal merasakan keterkejutan dari gadis itu. Azel sedikit bergetar di pelukannya. Lalu sedetik berikutnya gadis itu membalikkan badannya. Matanya berkaca-kaca menatap Iqbal.   Iqbal tersenyum lebar. "Katanya kangen sama aku, Noona."   "IQBAL!"   Yeah, reaksi ini yang sejak tadi diharapkan Iqbal. Azel tersenyum lebar, namun matanya juga berkaca-kaca. Iqbal tertawa kecil melihat tingkah gadis itu.   "IQBAL!! HUUUEEEEE!!"   Eh, tapi reaksi yang ini bukan harapannya. Azel menangis. Gadis itu sesenggukan menatapnya dengan mata berlinang airmata. Tentu saja Iqbal kebingungan dibuatnya.   "Eh! Kok nangis?" tanya Iqbal sambil berusaha mengusap airmata Azel.  "Jangan nangis Noona..."   "Huuueeee!!"   Iqbal refleks memeluk Azel. Tangannya mengusap rambut Azel. "Cup.. cup.. cup.. sayang." Iqbal masih mencoba menenangkan gadis itu.   Mendengar kata 'sayang' dari mulut Iqbal, Azel meredakan tangisannya. "Jahat kamu kemana aja, baall?"   Bukannya menjawab, Iqbal malah tertawa. Sontak membuat Azel geram.   "Ih Iqbal!" Azel memukul d**a Iqbal. Dan pemuda itu pura-pura mengaduh kesakitan.   "Ampun ampun!" kata Iqbal. "Aku nggak kemana-mana Noona.. aku kan selalu di hati Noona..."   Azel mencebikkan bibirnya. "Pede!"   "Ada yang kangen nih?" Iqbal meledek Azel. Pemuda itu menundukkan kepalanya agar sejajar dengan wajah Azel, lalu mengedipkan sebelah matanya.   "Enggak!"   "Ih boong banget!"   "Enggak salah!" Azel tertawa lebar .   Dan karena hal itu Iqbal pun ikut tertawa. Iqbal merentangkan tangannya lebar-lebar. "Peluk dong kalo kangen."   Azel girang, dan sedikit melompat ketika memeluk Iqbal. Tidak hanya sampai disitu, Iqbal meraih kedua kaki Azel dan menggendong gadis itu di depannya.   Pelukan Azel erat sekali, rasanya Azel begitu pas di gendongannya. Iqbal melerai pelukannya, dan selanjutnya mencium gadis itu. Azel semakin mengeratkan pelukannya, menyambut ciuman Iqbal. Mereka tersenyum di sela ciuman itu.   Ini ciuman pertama mereka tanpa adanya rasa keterpaksaan keduanya. Dan Azel suka.   ~♥~♥~♥~   Azel melongokkan kepalanya ke dalam kamar Iqbal. Azel memastikan apakah benar sekarang bukan mimpi. Tapi saat ketiga kalinya ia ingin melongokkan kepalanya, Iqbal sudah berada tepat di hadapannya.   "Tinggal masuk kenapa sih?" Iqbal menggelengkan kepalanya. Azel nyengir.   "Kenapa? Masih kangen? Mau dicium lagi?"   Azel refleks menutup bibirnya dengan kedua tangannya. lqbal berdecak. "Ayo masuk!"   Azel menurut saja saat Iqbal menarik tangannya, pun sewaktu Iqbal menyuruhnya duduk di atas kasur. Azel melihat koper Iqbal dan tas ranselnya terbuka lebar. Tampaknya Iqbal sedang memasukkan pakaiannya ke dalam lemari tadi. "Kamu tinggal disini lagi kan, Bal?"   Iqbal menghentikan gerakan tangannya. "Aku kasihan sama orang yang sejak seminggu lalu nggak bisa nyenyak dalam tidurnya." Ia menyeringai di akhir kalimatnya.   Azel memutar bola matanya. "Enggak ya! Aku nyenyak kok tidurnya!"   "Emang aku tadi ada sebut Noona?" Iqbal tertawa kecil. Senang sekali kembali menggoda Azel. Rasanya seminggu itu bagai setahun tidak melihat wajah cantik Noonanya ini.   Iqbal ikut mendudukkan dirinya di samping Azel.  Tangannya meraih tubuh Azel, memeluknya lagi. "Aduuuhhh.. aku kangen banget sama Noona."   Azel tersenyum dalam pelukan. Ia membalas pelukan itu.   "Maksudku, aku kasian sama diriku sendiri yang nggak bisa nyenyak tidur karena mikirin Noona." Iqbal melerai pelukannya.    "Salah siapa pergi nggak pamit?! Terus WA-ku sama sekali enggak dibaca!" gerutu Azel.   "Maaf Noona... Aku tuh takut kalo aku baca pesan Noona, aku pasti bakal langsung lari kesini. Padahal di rumah lagi banyak urusan." Iqbal mengedipkan matanya. "Maafin."   "Enggak!"   "Kak!"     Danang tiba-tiba menyembulkan kepalanya di tengah pintu. Azel dan Iqbal melepas pelukan dengan cepat.  Keduanya salah tingkah. Dengan raut muka aneh Danang menatap keduanya.   "Makan siangnya udah mateng."   Azel berdiri dengan cepat. "Kenapa nggak panggil dari bawah aja sih?!" Azel mencak-mencak ke arah pintu dan mendorong Danang keluar.   "Udah dipanggil Mama, nggak nyaut biasa." Danang kebingungan menerima dorongan Azel.   "Iya, ayo!"   "Loh Mas Iqbal gimana?" tanya Danang heran.   "Ntar dia nyusul" Azel kini merangkul pundak Danang dengan erat. "Ayo."   "Kita duluan Bal. Kamu beres-beres dulu aja." Azel berkata begitu sebelum menutup pintu kamar Iqbal.   Pemuda itu tersenyum sambil menggelengkan kepalanya menyaksikan tingkah Azel. "Imut banget sih!"   ~♥~♥~♥~   "GOOD MORNING!"   Azel memasuki kelas dengan langkah lebar-lebar.  Tak lupa senyuman yang sejak tadi tercetak di bibirnya.  Senandung nggak jelas terus ia gumamkan. Ia menyapa semua yang ada di kelas dengan cerianya. "Pagi!"   "Hai Ica! Hai Irma!"   Kedua sahabatnya menatap Azel bingung. Pasalnya baru dua hari lalu Azel murung, kini sudah berbanding 180 derajat keadaannya. Azel mendaratkan bokongnya dan langsung mengeluarkan buku dari tasnya. Masih bersenandung gaje.   "Saya mencium bau-bau hal tidak beres disini, roby!" Irma menirukan perkataan salah satu kalimat yang sedang ngetren di acara televisi.   Ditatap aneh begitu, Azel tetap cuek.  Ia bersenandung, masih tersenyum.   "Ada yang lagi seneng ini!" Ica melontarkan kalimat.   Hal itu membuat Azel spontan memekik girang. "Iqbal udah baliiiikkk!!!!!"   "Hihihiii" kini ia malah cekikikan nggak jelas.   Kedua sahabatnya hanya bergeleng-geleng, sambil berdecak.   ~♥~♥~♥~    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN