Bab 124

1074 Kata
“Hah? Apa?” “Iya, kita adain aja paid promote buat kumpulin dana kita.” Valdi kembali mengulang perkataannya. “Ini cara yang bagus. Nanti kita promosikan saja di sosial media. Ada yang mau sosial medianya di pinjam sementara untuk paid promote?” Tanya Valdi. Hening. Tidak ada yang menjawab. Memakai sosial media untuk paid promote, berarti harus siap sedia memberikan sosial media untuk kegiatan ini dan tidak memakainya lagi. Ini yang agak berat untuk mereka. Remaja mana sih, yang tidak pakai sosial media di zaman sekarang ini? “Siapa aja boleh kok, nggak masalah soal jumlah followersnya. Nanti kita bakal pakai jasa beli followers buat dongkrak followersnya. Gimana? Ada yang mau?” Tanya Valdi lagi. Mereka saling tukar pandang. “Kalau nggak ada, aku tunjuk aja deh ya.” “Aku.” Novan mengangkat tangannya. “Biar pakai sosial mediaku saja.” Andi terpenjat melihatnya. “Loh? Kamu ada sosial media? Bukannya kamu cuma pakai aplikasi chat aja?” Tanya Andi. “Yah, ada sih sebenarnya. Jarang di pakai aja. agak terbengkalai sih. Nggak apa?” Tanya Novan. Valdi mengangguk. “Nggak apa, bukan masalah kok. Nanti kamu kirim aja ya, password dan e- mail,” jawab Valdi. “Tapi ini bakalan jadi akun sosmed event, nggak apa?” Bisik Valdi pelan. “Nggak apa, jarang di pakai juga. Bentar aku coba dulu ya.” Novan mengeluarkan smartphone dan membuka aplikasi sosial media. “Bisa nih. Nih, aku kirim pass dan e-mail ya.” “Oke.” Valdi mengeluarkan smartphone. “Aku coba login ya.” Valdi sibuk dengan smartphone miliknya dan terpenjat kaget. “Ini beneran nggak di pake Van?” Novan mengangguk. “Kenapa memangnya?” “Nggak, ini mah nggak kelihatan kayak nggak terpakai. Soalnya followersnya lumayan,” jawab Valdi. “Hah? Mana? Memangnya berapa?” Tanya yang lain penasaran. Mereka mengerubungi Valdi dan terpenjat kaget. “HAH? FOLLOWERNYA 10K?!” “Tapi nggak ada postingan apa- apa …” Gumam Tata. “Foto profil juga nggak ada …” Sambung Kirana. “Ini beneran akun kamu? Fake account?” Tanya Gisel. “Nggak, bukan. Bukan fake account, akun pribadi kok. Jarang di pakai aja,” jawab Novan. “Tapi kok bisa sebanyak ini … kamu beli followers ya?” Tanya Andi tak percaya. “Nggak. Enak aja. Itu memang rame yang follow, karena sempat posting foto sekali.” Novan menjelaskan. “Terus? Fotonya kamu hapus?” “Nggak, aku arsip. Semuanya aku arsip.” “Kenapa kamu arsip?” Novan mengedikkan bahunya. “Ya, pengen aja.” Mereka geleng- geleng kepala mendengarnya. “Yah, ya udah. Nggak apa. Malah lebih bagus gini, jadi nggak perlu beli lagi followers. Lagipula akun ini nggak terkunci,” ujar Valdi. “Nanti kan, kamu pasang aja foto profilnya dengan foto si Novan. Kali aja nanti orang jadi lebih berminat gitu,” saran Andi setengah berbisik. “Hei, kalian jangan yang aneh- aneh deh,” timpal Novan. “Nggak kok Van, nggak. Oke, akunnya udah ketemu. Soal paid promote, aku udah diskusi dengan kenalanku, dia bakalan ajarin soal itu ke kalian semua. Jadi nanti kalian semua bakal promosiin juga di sosial media kalian.” “Lah terus akun ini buat apa?” “Ya, akun ini buat promosi dan ya, buat perantara lah bisa di bilang. Kan biar makin banyak yang tahu soal paid promote ini, jadi kalian promosikan juga. Ya?” “Iya, iya …”Jawab semuanya serempak. “Thanks ya Van udah mau pinjemin akunnya.” “Ya, sama- sama.” “Oke, kalau gitu, kita rapat lagi. Kali ini aku bakal jelasin gimana cara jalani paid promote itu …” **** “Yak, rapat kali ini selesai. Semua sudah di catat kan? Mari kita tutup rapat hari ini. Sekian untuk hari ini, terima kasih kalian sudah meluangkan waktu.” Valdi menutup buku dan mengemasnya. “Udah, udah, bubar. Balik kalian. Aku ada jadwal lagi nih habis ini.” “Jadwal ngapel dengan doi ya?” Goda Andi. “Oalah, asik pacaran aja kau Val,” tukas Kirana. “Tau deh yang ada doi,” goda Karyo. Valdi tertawa kecil. “Kasian yang jomblo. Makanya, kalian cari tuh doi. Biar makin semangat!” Balas Valdi. “Udah ya, aku duluan. Kuncinya titip ke Andi aja! Thanks guys!” Valdi keluar dari ruang OSIS lebih dulu, meninggalkan yang lain. Andi berdengus sebal. “Dasar. Memang dah anak satu itu, kebiasaan. Nggak bisa di tahan emang bucinnya,” gerutu Andi. “Biasalah, namanya juga Valdi,” timpal Kirana. “Biarin aja dah dia ngebucin. Kalau dia patah hati nanti bakalan ribet,” timpal Karyo. “Kalian benar juga sih,” ujar Gisela, Fiona, Dewi, dan Tata bersamaan. “Bang Valdi kalau patah hati mah, udah kayak setengah dunianya hilang,” ujar Dewi, yang di sambut oleh anggukan yang lain. “Kayak zombie hidup sih.” “Sebegitunya?” Tanya Novan, yang di jawab dengan anggukan oleh yang lain. “Iya. Pernah dia nggak sekolah sampai dua hari karena patah hati, terus dulu pernah hampir aja dia di opname karena sakit. Iya, itu habis patah hati.” Andi menjelaskan. “Sebegitunya?” Mereka mengangguk serempak. “Jadi sebaiknya jangan ada yang protes sih kalau dia ngebucin. Jangan. Biarin aja.” Andi menyusun bangku- bangku. “Udah, udah. Ayo cepat pulang!” Pinta Andi. Kami menyusun kursi dan membereskan berkas dengan cepat, lalu keluar dari ruang rapat. ***** Untuk kesekian kalinya, Novan pulang sendirian dengan angkot. Stevan tadi menawarkan untuk di jemput, tapi Novan menolaknya. Ia tidak ingin menganggu Stevan yang tampak sangat sibuk. Stevan menyetujuinya, tapi Novan harus memberitahunya saat tiba di rumah. Novan membuka sosial media yang sudah lama tidak ia kunjungi. Ah, ternyata isinya masih sama saja, tidak jauh beda. Memang followernya banyak, tapi hampir tidak ada yang ia follback, karena ia tidak tertarik. Ia tidak lama berseluncur di media sosial, karena itu akan memperparah keadaannya. Terlalu banyak yang cantik tipu- tipu di sosial media, setelah itu dia kembali streaming video sambil menunggu angkot yang ngetem di pasar. Saat sedang asyik streaming video, sebuah chat masuk. Chat dari Valdi. Valdi Oi Van, ini username nya aku ganti boleh gak? Novan Andriansyah Bebas, nggak kepake juga. Valdi Oke thanks yak. Oh ya btw, tadi kayaknya ada yang dm kamu deh. tapi masuk ke dm general. Novan Andriansyah DM? Dimana? Valdi Heksagram. Gatau siapa, dia nanya kabarmu. Nih aku ss ya *sent picture* Kamu kenal nggak? Novan Andriansyah Bentar. Oh. Biarin aja. ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN