bab 118

1054 Kata
Sebelum kembali ke kelas, Novan dan Toro pergi ke kantin dulu. Kebetulan sepuluh menit lagi sudah memasuki jam istirahat dan kelas sedang jam kosong. Justru ini saat yang tepat bukan untuk ke kantin? “Lah, lumayan ramai juga ternyata,” gumam Novan saat mereka tiba di kantin. “Kayaknya karena anak kelas IPS 2 dan IPS 3 lagi olahraga bareng, jadi ramai. Tapi ini masih agak sepi lah, daripada jam istirahat biasa,” jelas Toro. Novan mangut- mangut. Tampak beberapa anak yang duduk di kantin dengan mengenakan seragam olahraga. Novan menghampiri penjual bakso. “Mas, bakso kosongnya satu ya mas,” pinta Novan. “Hah? Bakso kosong? Mie aja gitu nggak pakai bakso?” “Bukan mas, bakso aja nggak pakai mie.” “Oh, oh oke.” “Udah Van?” Tanya Toro sambil membawa semangkuk siomay bandung dan segelas es jeruk. “Baru pesan.” “Duduk aja dulu dek, nanti di anterin,” ujar pedagang bakso dari gerobaknya. Akhirnya Novan dan Toro pergi dan menghampiri salah satu bangku yang kosong di sana. “Sori ya Van, aku makan duluan ya?” Izin Toro. Novan mengangguk. “Iya, makan aja dulu.” Toro melahap siomay yang sudah ia potong menjadi lebih kecil sambil memperhatikan sekitar. Novan memanggil kang Ujang dan memesan es teh manis. Novan melirik Toro. “Kenapa Tor? Kok celingak- celinguk? Ada guru lewat ya?” Tanya Novan. “Nggak, tapi aku baru sadar sih. Kamu tuh terkenal banget ya,” jawab Toro. “Hah? Maksudnya?” “Tuh.” Toro menunjuk ke belakang dengan dagunya. “Tuh lihat tuh, cewek- cewek IPS pada tengokin kamu. Coba deh ngelirik, pasti mereka heboh sendiri nanti.” “Halah, mana mungkin. Tengokin kita, bukan aku doang.” Toro mendengus. “Nggak, tengokin kamu. Aku kalau sendirian mah nggak nampak di mata mereka, kasat mata jadinya aku tuh.” Toro mengunyah kembali siomaynya. “Tuh, tuh, udah mulai dah mereka coba- coba genit. Bah, kalo aku pergi sendiri mana ada kayak gini. Nah, nah, kan mulai itu tuh, ratu genit anak IPS, si Laura.” “Biarin aja. Mau gimana mereka juga aku nggak peduli.” “Yah orang ganteng mah enak, tinggal pilih aja juga pada mau tuh.” Novan menyinggung senyum sinis. “Nggak selamanya good looking itu jadi privilege,” gumam Novan pelan. “Mana ada! Nih ya, di dunia ini ya, good looking itu nomor satu tau! Udah jelas itu privilege! Bad boy tapi cakep mah, tetap aja pada di kagumi sama cewek. Lah, kalau yang b***k kayak aku mah, apaan dah. Duluan kena hujat kali. Tuh lihat tuh kayak artis- artis cakep, walau kena kasus tetap aja ada aja fansnya tuh…” Toro merocos soal kelebihan kaum good looking yang menjadi privilege. Novan hanya mangut- mangut tanpa mendengarnya sama sekali. Untung saja Toro berhenti merocos saat pesanan Novan datang. “Makan dulu baru ngomong.” Novan mengingatkan. “Tuh. Kan bener kan, kalau good looking itu memang nomor satu!” Novan mangut- mangut. Tiba- tiba, Toro terbatuk. Ia tersedak dengan makanannya sendiri. Buru- buru ia menyisap habis es jeruknya. “Kan udah di bilangin, makan dulu. Baru ngomong.” Toro terdiam, tidak melawan. Ia menyantap habis siomaynya dengan lahap dan cepat, lalu memanggil kang Ujang untuk memesan segelas es jeruk lagi. “Kayak bocah dah kamu, makan baksonya doang,” komentar Toro sambil melirik mangkuk bakso Novan. “Bocah tahu mana makanan yang enak,” balas Novan. Ia menghabiskan baksonya dan hanya tersisa kuah di sana. Kantin mulai ramai karena sudah memasuki jam istirahat. Novan masih lapar. Ia ingin beli sesuatu, tapi semuanya ramai. Novan celingak- celinguk, sambil memperhatikan pedagang mana yang lumayan sepi. “Van, ayo balik. Udah rame,” ajak Toro. “Duluan dah Tor. Aku mau beli batagor dulu.” Novan menunjuk pedagang batagor yang agak sepi. “Yaudah, duluan ya.” Toro pergi meninggalkan meja. Novan mendekati pedagang batagor. “Mas, batagornya satu ya. Makan di sini,” pinta Novan. “Duh, maaf mas. Piringnya habis. Pada kepake. Kalau saya bungkusin aja bisa?” “Boleh juga dah.” **** Novan merutuk kesal dalam hati. Ia terburu- buru lari ke kelas karena bel sudah berbunyi. Tiba- tiba saja pedagang batagor kebanjiran pembeli dan akhirnya pesanan Novan di buat paling akhir. Syukur kalau ternyata masih ada bahannya. Semakin buruk karena hujan turun dengan derasnya saat dia hendak kembali ke kelas. Ia nyaris kebasahan karena jarak antara kantin dan lorong kelas itu di pisahkan oleh lapangan luas tak beratap. Ia melewati lorong kelasnya. Beberapa anak tampak kebasahan karena terkena hujan sehabis dari kantin, ada juga yang menyusuri lorong dengan sandal jepit karena sepatu yang basah. “Lama kali kau balik. Darimana aja?” Tanya Toro yang sedang duduk di depan kelas dengan Gilang dan Iwan. “Kantin. Rame kali rupanya, tau gitu balik aja aku tadi samamu,” jawab Novan. “Eh, udah bunyi bel itu. Nggak balik ke kelas?” Iwan menyikut Gilang yang duduk di sebelahnya. “Lah? Udah bel? Yaudahlah, aku balik kelas dulu ya!” Gilang bangkit dari duduknya. Ia pergi meninggalkan mereka dan berjalan menyusuri lorong. Novan mengernyitkan alis. “Mau kemana tuh si Gilang?” Tanya Novan heran. “Balik ke kelas,” jawab Iwan. “Tapi kan kelasnya di sini?” Novan menunjuk pintu kelas. “Nggak sekelas dia sama kita.” Novan mengernyitkan alis. “Hah?” Apa ini? Bukannya sedari awal Gilang sekelas dengannya? Kenapa Gilang malah masuk ke kelas sebelah? Tanda tanya memenuhi kepala Novan. Aneh, kenapa ia merasa seperti déjà vu? Sepertinya tidak asing … “Eh Ndi!” Sap Novan saat melihat Andi melintasi mereka. “Nggak masuk kelas?” “Ini mau masuk kelas,” jawab Andi. “Masuk kelas tapi kok lurus aja?” Tanya Novan bingung. “Ya … ini, mau masuk kelas.” Andi menunjuk ke kelas sebelah. “Udah ya, duluan. Udah masuk gurunya.” Novan melongo melihat Andi yang masuk ke kelas sebelah. Ia melirik Iwan dan Toro yang tampak biasa saja dengan hal itu. Apa sebenarnya yang terjadi di sini? Novan bangkit dari duduk dan masuk ke dalam kelas. Hem, kelasnya tidak jauh berbeda dengan biasanya, hanya saja ada sesuatu yang agak berbeda di pojok kelas tempat bangkunya berada. “Hai Van,” sapa Kirana ramah. Ia duduk di bangku Andi. Novan melongo. Lah, kok …? ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN