Bab 104

1410 Kata
Setelah meracau beberapa saat dan kepergok oleh orang lain di toilet, akhirnya Novan memutuskan untuk keluar setelah mencuci muka untuk kedua kalinya. Novan menundukkan wajahnya sepanjang jalan ke kelas. “Lama amat di toilet Van. Boker ya?” Tanya Gilang saat ia tiba di kelas. Novan hanya nyengir. “Panggilan alam,” jawabnya sambil memegang perutnya. Gilang mangut- mangut. “Van, aku lupa. Ada bagian yang belum benar nih. Flashdisk masih di kamu kan ya?” Tanya Toro menghampirinya. “Oh iya, masih nih.” Novan merogoh kantung celananya dan terbelak. Tidak ada. Ia meraba setiap kantung yang ada di seragamnya. Tidak ada. Kemana perginya flashdisk itu? “Mana Van?” Tanya Toro. “Eh ... Em ... Bentar ...” Novan membuka tasnya dan merogoh bagian dalamnya. Ia memeriksa setiap kantong kecil yang ada di sana. Tidak ada. Nihil. “Mana flashdisknya? Buruan gih, kami mau perbaiki nih!” Gerutu Toro. “Tor ...” “Kenapa?” “Flashdisknya hilang Tor ..” “APA?!” **** “Kok bisa hilang sih hah? Kamu taruh dimana sebelumnya?! Teledor!” Toro mengomel. Saat ini mereka sedang mengitari seisi kelas, barangkali terjatuh di lantai. Toro tidak berhenti ngomel sedari tadi. Ia mencari di setiap sudut lantai dan meja setiap siswa, tapi tetap tidak ketemu. “Maaf Tor. Aku lupa. Nggak sengaja.” “Udah, udah. Mending di cari aja dulu, daripada ngomel,” timpal Andi. “Kalian ada lihat flashdisk si Toro nggak?” Tanya Andi pada sekumpulan anak perempuan di tengah kelas. “Yang kayak gimana flashdisk-nya?” “Warna putih, ada talinya warna merah. Ukurannya 32 GB, ada lihat?” Tanya Toro. “Nggak ada sih ... Tadi ada lihat flashdisk memang, tapi warna hitam.” “Eh, itu flashdisk aku! Warna hitam polos nggak ada talinya kan? Ada inisial ‘A’ gitu kan di depannya?” Tanya Andi menimpali. “Kayaknya ada sih, tadi ada lihat kayak coretan gitu ...” “Itu punyaku! Mana sekarang flashdisk itu?” “Aku kasih ke si Anfa tadi. Kirain punya dia, soalnya dia nyari flashdisk juga.” Anak perempuan itu menunjuk ke anak laki- laki paling tinggi di kelas. “Hih! Udah jelas beda! Anfa! Anfa!” Andi menghampiri Anfa, sedangkan Novan dan Toro terus mencari flashdisk itu sampai keluar kelas. Novan berjalan menatap sambil menunduk dan tanpa sadar ia menabrak seseorang di depannya. “Ah, maaf ...” Novan mendongak dan langsung buang muka. Kirana berdiri tegak di depannya dan menatap Novan. “Loh? Novan?” Tanya Kirana. Novan mengangguk. “Kamu ngapain nunduk gitu? Lagi nyari sesuatu?” Kirana menundukkan wajahnya. “Anu ... Itu ... Fla.. Flash ...” Ucap Novan terbata- bata. Kirana mengernyitkan alisnya. “Flash? Hah?” Tanya Kirana ulang. “Oh, flashdisk ya?” Novan mengangguk. “Bentar, yang ini bukan sih ..” Kirana merogoh kantung roknya. “Nah, yang ini bukan?” Kirana mengeluarkan flashdisk berwarna putih dengan gantungan merah, persis seperti milik Toro. “Ini tadi aku nemu di sana...” Kirana menoleh ke belakangnya. “Tadi aku mau ... Lho?” Novan lari sekencang mungkin saat Kirana menoleh. Ia pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Kirana melongo sesaat dan mendengus. “Oalah. Emang dasar tuh anak.” **** “Tor! Toro! Toro!!” Panggil Novan heboh dari pintu kelas. Ia berhenti sesaat dan mengatur napasnya yang ngos- ngosan karena lari ke kelas. “Tor.. Udah ... Ketemu ...” Novan mengeluarkan flashdisk dari kantung celananya. Toro menghampirinya dan mengambil flashdisk di tangan Novan. “Syukurlah udah ketemu.” Toro menggenggam erat tangannya. “Mati aku kalau sampai hilang, data skripsi kakakku di situ semua.” “Untung ketemu,” timpal Andi. “Kalau nggak, habis kamu nanti di omelin kakakmu.” “Kayaknya bakal di usir dari rumah sih,” timpal Toro. “Ya udah, langsung kita perbaiki aja yang salah. Yud! Laptop mana Yud?” Toro menghampiri Yudi. Novan mengekor di belakangnya. Mereka berkumpul di meja Yudi dan kembali merevisi tugas. “Anu Van ... Kayaknya ini aku kirim ke e-mail aja bisa?” Tanya Toro. “Oh ya, nggak apa sih. Nih alamat e-mail nya.” Novan mengetik alamat e-mail di smartphone dan menunjukkannya pada Toro. “Sori ya Van, aku takut nanti flashdisk- nya hilang lagi. Beneran di banting aku sama kakakku kalau sampai hilang. Maaf ya,” ujar Toro. “Gak apa kok, santai aja. Aku juga minta maaf karena udah teledor,” balas Novan. “Seengaknya kamu udah berhasil kan temuin ini flashdisk. Btw, ini dimana ketemunya?” Tanya Toro. “Eng ... Nggak tahu pasti sih. Kayaknya jatuh di luar kelas tadi, karena yang temuin flashdisk itu si Kirana,” jelas Novan. “Oalah. Udah ketemu aja syukur banget,” gumam Toro. “Nah, udah aku kirim ke e-mail. Tolong kamu print dan jilid ya, kayak makalah biasa aja.” Novan mengecek smartphone. Ada notifikasi e-mail masuk di sana. “Oke, beres. Nanti aku kabarin.” “Nanti kalau jumpa Kirana, bilang makasih ya.” Ah, iya. Novan menepuk pelan jidatnya. Ia lupa bilang terima kasih ke Kirana. Ia malah kabur dan meninggalkannya sendirian di sana. “Hehehe, iya nanti aku sampaikan.” Tapi nggak janji ya, gumam Novan dalam hati. **** Sepertinya Novan bernasib apes. Ia tidak ingin bertemu dengan Kirana, ataupun berpapasan. Malu, sudah tidak sengaja nabrak, kabur pula tanpa bilang terima kasih karena sudah menemukan flash disk. Tapi nyatanya, ia malah harus bertemu dengan Kirana, karena ada rapat pertama Dana Usaha setelah masa skorsingnya. Lebih apes karena ia harus bertemu dengan Karyo juga. Argh, kenapa sih dia harus bertemu dengan orang yang paling ia hindari? Saat ini, Novan duduk di pojokan sebelah Karyo. Yah, mau bagaimana lagi kan? Dia tidak bisa duduk di dekat anggota perempuan yang lain, apalagi Kirana. Tidak ada yang percakapan di antara mereka. Novan sibuk streaming anime di smartphone sebelum rapat mulai. Pintu ruang rapat OSIS terbuka dan muncullah Valdi di sana. “Ayo, rapatnya kita mulai sekarang.” **** “Nah, jadi sesuai dengan keputusan yang ada. Kalian bakal jualan risol mayo dulu untuk sementara, dan bu Ria yang akan membuatnya. Nanti kalian pergi ke rumah bu Ria ya untuk ambil kuenya. Kalian konfirmasikan saja lagi, beliau udah mau membantu. Bagaimana?” Valdi menjelaskan panjang lebar. “Oke. Nanti bakal aku konfirmasi lagi ke bu Ria,” jawab Kirana. “Rumahnya masih yang lama itu kan?” “Kayaknya masih, tapi coba aja tanya lagi. Kali aja udah pindah,” jawab Valdi. “Ada tambahan nggak dari kalian? Untuk harga, kalian atur aja dah pokoknya dengan bu Ria. Tapi yah, ingat aja, bagi hasil juga dengan bu Ria. Kalian nego ajalah, biar sama- sama untung.” “Nggak apa, nanti si Gisela bakal bantu soal negosiasi. Bisa kan Sel?” Kirana menoleh pada Gisela. “Yah, nggak masalah sih.” “Oke. Kalau begitu, rapat hari ini kita tutup dulu. Makasih atas partisipasinya semua.” Valdi menutup rapat. “Udah, pulang sana. Bubar!” Pinta Valdi. “Doa dulu kek Di, sebelum pulang,” celetuk Fio. “Doa masing- masing aja dah, menurut kepercayaan masing- masing,” balas Valdi. Ia menenteng tasnya. “Kir, titip kunci yak,” pinta Valdi. “Kuncinya kasih ke kang Ujang?” “Nggak usah, kamu pegang aja. Nanti kamu buka ya, kalo ada yang mau pakek ruangannya. Aku buru- buru nih, bye!” Valdi melambaikan tangan dan melesat keluar. Kirana berdecak. “Memanglah anak itu. Palingan mau pacaran dia,” gerutu Kirana. “Memang bulol itu anak,” timpal Gisela. “Udah udah, keluar semua. Biar aku kunci nih,” pinta Kirana. “Iya iya, bentar.” Kami menggandeng tas dan berbondong- bondong keluar dari ruangan. Kirana yang keluar paling akhir untuk mengunci pintu. “Duluan ya Kir,” pamit yang lainnya. “Oke, oke.” Semua pergi meninggalkan Kirana. Tinggal Novan yang kewalahan dengan tasnya. Resleting tasnya malah macet di saat seperti ini. “Van? Nggak pulang?” Tanya Kirana. “Hah eh ...” Novan gelagapan. Kirana melirik tasnya. “Oh, tasnya macet kancingnya ya? Coba sini.” Kirana mengambil tasnya dan dengan mudah ia mengancing tas Novan. “Nah.” Kirana mengembalikannya. “Hem .. Makasih ...” Ujar Novan pelan. Ia menundukkan wajahnya. “Anu Kir ...” “Hm?” Kirana menatapnya. Novan tercekat dan melongo. “A... Anu ... Maaf ...!” Ujar Novan sambil berlari sekencang mungkin. Meninggalkan Kirana yang mengernyitkan alisnya, heran melihat tingkah Novan. “Anak aneh.” *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN