Bab 48

1134 Kata
“Satu orang lagi? Siapa?” Tanya Novan. Karyo tidak langsung menjawab. Ia menggeser sedikit badannya dan tampak Kirana di belakangnya. “Hai ..” Sapa Kirana agak kaku. Novan agak kaget melihat kehadiran Kirana. Ia menelan ludah. “H.. Hai..” Balas Novan gagu. “Oi Van! Yok kita per ..” Andi merangkul Novan. Ia melirik Karyo dan Kirana yang ada di depannya. “Eh, ada kalian kok. Hai!” “Hai Ndi,” sapa Kirana balik, lebih ramah. “Kalian mau jemput nih anak ya? Danus ada urusan mendadak ya? Nih anaknya nih, bawa aja!” Andi mendorong Novan ke dekat mereka. “Ah, nggak kok. Kami juga lagi istirahat jualannya. Kami mau ketemu sama Novan aja,” jawab Kirana. “Oalah. Kirain. Yaudah kalo gitu, ikut aja sekalian ke kantin yuk. Kami mau mau ke kantin soalnya.” Ajak Andi. “Boleh gak Van?” “Hah heh... Em ...” “Oke kalo gitu!” Andi merangkul Novan. “Ayo kita ke kantin!” **** Kantin tampak mulai padat dengan kehadiran murid- murid yang menghabiskan waktu istirahatnya untuk makan setelah lelah belajar. Andi celingak- celinguk. “Hem. Rame juga. Ada tempat kosong gak ya ...” Gumam Andi. “Tuh, ada kosong di sana tuh!” Karyo menunjuk ke sebuah meja yang tersisa di sudut kantin. “Iya, kita di sana aja,” timpal Kirana setuju. Andi segera lari ke meja itu agar tidak ada yang mengambil tempatnya. Mereka menghampiri Andi. Semua duduk di sana, kecuali Novan. Ia masih berdiri diam di tempat. “Kalian duduk aja, biar aku yang pesenin makanannya. Kalian pesan apa?” Tanya Novan. “Aku, siomay bandung satu, bakwan tiga, tempe gorengnya 2, terus ...” “Tolong anda jangan ngelunjak ya Ndi,” potong Novan. Andi nyengir. “Es teh manis deh! Siomay satu, bakwan tiga, sama es teh manis!” Ujar Andi. “Kalian apa?” “Aku... Siomay bandung juga deh, sama es teh manis juga,” jawab Kirana. “Aku bakso dan jus jeruk aja,” jawab Karyo. Novan celingak- celinguk. Kayak ada yang kurang... “Gilang mana?” Tanya Novan. Tadi, Gilang ikut jalan bareng mereka ke kantin. Sekarang kenapa dia tidak ada? “Biasalah. Palingan dia lagi jadi bulol sama si Taya,” jawab Andi. “Oh, Taya anak kelasku? Dia deket sama Taya?” Tanya Kirana. “Bukan deket lagi sih. Udah jadi terbucin t***l dia sama si Taya!” Kirana dan Karyo tergelak. “Ya ampun, terbucin dia sama Taya. Jadi kacung si Taya entar dia lama- lama!” “Sori, sebelumnya. Ini udah kan? Biar aku pergi pesan.” Novan memotong. “Oh, udah Van. Sori. Makasih ya!” Novan pergi meninggalkan mereka dan mendekati pedagang yang menjajakan jualannya. ***** Sebuah perjuangan memang kalau jajan di tengah jam istirahat seperti ini. Kantin ramainya bukan main. Novan berusaha keluar dari kerumunan tanpa menumpahkan pesanannya. Ia menghela napas lega saat ia berhasil keluar dari kerumunan tanpa ada kurang apapun. “Nih, pesanan kalian.” Novan menaruh nampan di atas meja. “Wah, thank you!” Andi langsung mengambil pesanannya, di susul oleh Kirana dan Karyo. Novan duduk di sebelah Andi. “Ini batagormu Van.” Seseorang menaruh sepiring batagor di depan Novan. “Maka..” Novan menoleh dan kaget saat melihat Kirana di depannya. Ia langsung membuang muka dan menarik piring batagor ke dekatnya. Ia melahap batagor itu dengan cepat. “Wei wei, pelan- pelan woi makannya. Nanti keselek!” Andi memperingatkan. Novan mengabaikannya. Ia menyantap batagor sampai habis tanpa tersedak sekali pun. “Hebat, bisa nggak tersedak.” Andi bertepuk tangan dan mengacungkan jempolnya. Novan menegak es teh manis pesanannya. “Van, itu bukannya punyaku ya?” Tanya Kirana. Novan tersentak kaget dan tersedak. Ia terbatuk- batuk. “Ah, ya udah gak apa sih kalau udah kamu habisin. Nanti aku pesen yang lain..” Ujar Kirana. “Maaf,” gumam Novan. “Atau gak, kamu minum aja punya Novan. Daripada pesan lagi, nanti lama,” saran Andi. “Ah, nggak apa kok. Aku ... Aku nggak bisa minum punya orang,” tolak Kirana. Novan merasa tertohok. “Anu ... Gak apa ... Minum .. Aja... Aku belum minum kok,”ujar Novan. “Hem, kalo memang gitu. Boleh deh ..” Kirana menarik segelas es teh manis itu ke dekatnya. “Oh ya, tadi katanya ada perlu ya? Ada perlu apa Yo?” Tanya Novan. “Oh, bukan aku yang perlu. Tapi...” “Hai, halo kalian semua...” Sapa seseorang ramah. Mereka menoleh. Sarah dan teman- temannya datang menghampiri meja mereka. “Nggak ada meja kosong nih. Kami boleh gabung gak?” Tanya Sarah. “Tapi ka...” Belum lagi Karyo menyelesaikan perkataannya, Sarah sudah lebih dulu nyelonong duduk. Ia sengaja duduk di sebelah Novan. Lili duduk di sebelah Andi dan Tia duduk di sebelah Kirana. “Hai. Kita ketemu lagi ya Van,” sapa Sarah ramah. Novan hanya tersenyum simpul, meski dalam hati dia merutuk. Sarah melirik sekeliling dan pandangannya terhenti pada Kirana yang duduk di depannya. “Oh, ada Kirana juga kok. Kamu apa kabarnya Kir? Ih udah lama ya kita nggak jumpa.” “Ya, kayak gitu.” “Kamu kemari sama mereka ya? Wah enak banget ya, sama cowok- cowok. Apalagi kan ada pacar kamu tuh, si Karyo. Apa kamu nggak cemburu Yo?” Tanya Sarah. “Kami nggak pacaran Sar,” jawab Karyo. “Oh, enggak ya? Aku kirain kalian pacaran, soalnya kalian deket banget sih. Kalian kan kemana-mana selalu berdua gitu. Kalian cocok kok, kenapa nggak pacaran aja?” Kirana berdecak kesal. “Cih. Kami itu sohib dari kecil, ya deketlah.” “Ya kali aja, dari sohib jadi jodoh gitu. Apalagi kan kamu ya, biasanya tuh mainnya ama cowok juga kan ya. Kan kamu tuh, apa tuh, kan kamu cewek beda ya. Main sama cowok biar ada yang lindungi kan, biar paling gemes gitu kan.” Kirana mendengus. “Iyalah. Kan aku imut gemesin.” Ia menatap tajam Sarah. “Nggak kayak kamu.” Sarah menatap tajam Kirana. “Iya dong, kita kan beda jauh memang. Kan aku jauh lebih cantik daripada kamu.” Kirana mendengus dan mengerlingkan matanya. Keheningan sesaat itu terpecah dari sorak riang Andi. “Wohoo! Aku berhasil selesaiin quest! Mantep nih dapet skin baru!” Andi bersorak riang. “Wih, kamu ikutan event baru itu ya? Itu kan hadiah skin rare semua. Gile sih,” timpal Karyo. Andi mengangguk. “Eh, kalian main game apa memangnya? Oh, game ETSGER LEGENDARY ya? Ah, aku main gitu juga kok. Aku mah gak suka main game arcade biasa,” timpal Sarah. Kirana mendengus. “Iya deh, yang paling cantik kamu memang. Yang paling gatel kamu juga. Dasar pick me girl,” gumam Kirana pelan. Sarah menoleh dan menatap tajam Kirana. “Apa? Apa kamu bilang?” ******
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN