BAB 9

1534 Kata
EMMA POV DUA TAHUN KEMUDIAN Tidak terasa sebentar lagi Elsa akan lulus sekolah dasar dan melanjutkan pendidikannya ke jenjang sekolah menengah pertama. Sejujurnya aku ingin memasukkan Elsa ke sekolah negeri tetapi ibu bersikeras ingin aku memasukkan Elsa ke sekolah swasta agar pergaulannya lebih baik dan Elsa tidak salah berteman dengan orang sembarangan. Sejujurnya aku tidak mampu membiayai Elsa masuk sekolah swasta sehingga aku meminta bantuan kepada Henry untuk membiayai sekolah Elsa di sekolah swasta tetapi waktu itu Henry keberatan karena ia tidak sanggup untuk membiayai sekolah Elsa sehingga mau tidak mau aku harus bekerja lebih keras agar bisa memasukkan Elsa ke sekolah swasta. Hingga suatu hari aku mendapat tawaran pekerjaan di sebuah proyek perusahaan sehingga aku memiliki penghasilan lebih untuk memasukkan Elsa ke sekolah swasta. Tiba - tiba aku mendapat kabar dari Henry jika ibunya di rawat di rumah sakit dan ibunya sangat ingin bertemu dengan Elsa karena sudah lama beliau tidak bertemu dengan cucunya. Akhirnya aku mengajak Elsa untuk bertemu dengan neneknya di rumah sakit dan saat tiba disana, aku bertemu dengan Henry dan ibunya yang sedang di rawat. Aku melihat ibu Henry sangat kurus dan beliau terlihat lemah tidak berdaya di atas ranjang. Saat itu pertama kalinya Elsa bertemu dengan neneknya dan ibu Henry terlihat sangat bahagia bertemu dengan Elsa setelah sekian lama tidak berjumpa. " Akhirnya aku bisa bertemu dengan cucuku. Terima kasih kau sudah mengajak Elsa kesini untuk menjengukku." kata ibu Henry sambil memegang tangan Elsa. " Sama - sama ibu. Saya berdoa semoga ibu segera sembuh." kataku sambil tersenyum kepada beliau. " Dengan begini, aku tidak akan menyesal telah bertemu dengan cucuku jika aku di panggil oleh Tuhan." kata ibu Henry sambil menatap Elsa. Elsa terdiam membisu sambil memperhatikan neneknya yang terbaring di atas ranjang. Tidak beberapa lama Henry datang dan saat itu Elsa mulai bersembunyi di belakangku dan ia berbisik di telingaku jika ia ingin segera pulang dan tidak mau bertemu dengan ayahnya. Akhirnya aku berpamitan kepada Henry dan ibunya, setelah itu kami pulang ke rumah. Di sepanjang jalan, aku mencoba mengajak Elsa berbincang tetapi ia hanya diam membisu. Sepertinya ia masih kesal karena bertemu dengan Henry karena ia tidak menyangka akan bertemu dengan ayahnya. Tidak beberapa lama kami tiba di rumah dan saat itu Elsa langsung masuk ke dalam kamar dan saat itu ibu terlihat curiga dengan perubahan sikap Elsa. " Apa yang sebenarnya terjadi kepada Elsa?" tanya ibu penasaran. " Tidak terjadi apa - apa. Hanya saja Elsa terkejut ketika bertemu dengan Henry dan ia sangat kesal karena ia tidak menyangka akan bertemu dengan Henry." kataku sambil menatap ibu. " Mungkin perlu waktu bagi Elsa untuk menerima kehadiran Henry di hidupnya." kata ibu sambil mengupas buah. Tiba - tiba ponselku berbunyi dan aku sangat terkejut ketika Roy menelfonku. Saat itu aku langsung masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu agar tidak ada seorang pun yang mendengarkan pembicaraanku dengan Roy. Setelah itu aku mengangkat telfon dari Roy dan aku memberitahunya jika aku dan Elsa baru saja dari rumah sakit menjenguk ibu Henry. Saat itu terdengar Suara Roy yang mencemaskanku karena dari pagi aku tidak mengabarinya dan aku meminta maaf padanya karena tidak mengabarinya. Setelah selesai menelfon, aku memutuskan untuk beristirahat karena hari ini aku sangat lelah karena seharian berada di jalan. Keesokan harinya aku mendapat kabar jika ibu Henry meninggal dan saat itu aku sangat terkejut mendengar kabar itu. Lalu aku mengajak Elsa untuk berziarah ke makam neneknya tetapi ia tidak mau karena ia tidak ingin bertemu dengan ayahnya sehingga aku hanya bisa mengirim pesan berbela sungkawa kepada Henry. *** SATU TAHUN KEMUDIAN Akhirnya Elsa lulus sekolah dasar dan sekarang ia masuk ke sekolah swasta yang di inginkan oleh ibuku. Aku berharap Elsa bisa bergaul dengan teman - teman sebayanya dan ia tidak minder bergaul dengan anak - anak yang dari segi ekonomi jauh lebih bagus daripada kami. Aku berkeyakinan jika Elsa tidak kalah dari anak - anak yang lain dan ia seorang anak yang sangat cerdas. Tidak terasa waktu cepat berlalu dan ia sekarang akan naik kelas dan Elsa terlihat sangat rajin belajar meskipun aku tau ada yang ia sembunyikan dariku. Setiap pulang sekolah, Elsa terlihat sedih tetapi ia tidak mau bercerita padaku tentang apa yang sebenarnya terjadi di sekolah. Aku berusahanya mengajaknya berbincang tetapi ia tidak mau bercerita padaku. Hingga suatu hari aku mendapat telfon dari sekolah jika Elsa mendapat perlakuan yang kurang baik dari temannya. Saat itu aku sangat terkejut mendengar hal itu dan aku langsung pergi ke sekolah untuk mendapat informasi selengkap mungkin. Saat tiba di sekolah, guru Elsa memberitahu jika saat ini Elsa berada di ruang UKS dan aku langsung datang menghampirinya. " Elsa, apa yang sebenarnya terjadi padamu?" tanyaku sambil memeluknya dengan erat. Saat itu Elsa hanya menangis dan ia tidak berkata apapun. Sepertinya ia sangat ketakutan sehingga ia tidak berani bercerita apapun padaku. Tiba - tiba ada seorang anak laki - laki yang datang menghampiri kami dan ia meminta maaf kepada Elsa atas kesalahan yang ia perbuat kepada Elsa. Aku merasakan Elsa sangat ketakutan dengan anak laki - laki itu dan aku berusaha menenangkannya. Lalu aku menyuruh anak laki - laki itu untuk keluar dari ruang UKS. Setelah anak laki - laki itu keluar, aku mengajak Elsa untuk pulang ke rumah agar ia bisa menenangkan diri. Aku meminta ijin kepada wali kelasnya untuk membawa Elsa pulang ke rumah dan wali kelasnya mengijinkan sehingga Elsa bisa menenangkan diri di rumah. Tidak beberapa lama kami sampai di rumah dan Elsa langsung masuk ke dalam kamarnya. Ibu terkejut melihat Elsa yang pulang sekolah lebih awal dan beliau menanyakan apa yang terjadi kepada Elsa dan aku memberitahu ibu jika ada teman Elsa yang menyakitinya sehingga Elsa di rawat di ruang UKS dan aku meminta ijin kepada wali kelasnya untuk membawa Elsa pulang ke rumah. " Sebaiknya kau jaga Elsa. Siapa tau ia mau bercerita padamu tentang apa yang sebenarnya terjadi padanya." kata ibu sambil memberitahuku. Aku mengangguk dan langsung pergi ke kamar Elsa. Disana aku melihat Elsa yang berbaring di atas ranjang sambil menutup wajahnya dengan bantal. Aku duduk di pinggir ranjang sambil mengelus rambutnya. Tidak beberapa lama terdengar dengkuran yang menandakan Elsa tertidur dan aku pergi meninggalkannya seorang diri di dalam kamar karena aku tidak ingin mengganggu tidurnya. *** DUA TAHUN KEMUDIAN Elsa sekarang sudah kelas tiga SMP dan sebentar lagi ia akan melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah menengah atas. Ibuku tetap bersikeras ingin Elsa sekolah melanjutkan sekolahnya di sekolah swasta dan aku harus bekerja lebih keras agar bisa membiayai sekolah Elsa. Aku tau biaya sekolah tidaklah murah dan aku selalu menasehati Elsa untuk belajar giat agar ia bisa mendapatkan nilai yang bagus. Suatu hari Elsa mengikuti program karya ilmiah di sekolahnya dan ia berkelompok dengan tiga temannya yang lain. Elsa dan teman - temannya ingin membuat biogas dari kotoran sapi dan mereka mengerjakan karya ilmiah selama enam bulan sampai akhirnya Elsa dan teman sekelompoknya presentasi di depan guru, teman seangkatannya dan para pengurus yayasan sekolah. Waktu itu Elsa bercerita padaku jika ia dan teman sekelompoknya sangat percaya diri ketika mereka mempresentasikan hasil penelitian mereka kepada semua orang dan saat mereka selesai presentasi, mereka di cecar banyak pertanyaan oleh juri sampai akhirnya mereka selesai presentasi dan hasil pengumuman akan di umumkan dua minggu lagi. " Rasanya Elsa tidak sabar mengetahui hasil pengumuman. Doakan kelompok Elsa juara ya ma." kata Elsa meminta doa padaku. " Pasti kelompok Elsa masuk tiga besar karena kalian anak - anak yang pintar dan cerdas." kataku sambil memeluknya. " Terima kasih atas doanya. Elsa sangat bersyukur memiliki orang tua sebaik mama." kata Elsa padaku. Dua minggu kemudian, hasil pengumuman keluar dan Elsa sangat senang karena ia dan teman sekelompoknya berhasil masuk tiga besar dan mereka mendapatkan juara tiga. Saat itu mereka mendapat piala dan beasiswa dari sekolah sehingga bebanku berkurang dan aku sangat bersyukur memiliki anak yang berprestasi seperti Elsa.  *** Beberapa bulan kemudian, Elsa dinyatakan lulus dan sekarang ia melanjutkan pendidikan di bangku sekolah menengah atas. Elsa menjadi angkatan ketiga di sekolahnya karena baru beberapa tahun yang lalu sekolahnya baru dibuka. Aku tidak menyangka bisa menyekolahkan Elsa di sekolah swasta karena aku sempat meminta bantuan kepada Henry untuk biaya sekolah Elsa tetapi ia tidak bisa membantu sehingga aku yang membiayai sekolah Elsa. Entah kenapa sampai sekarang mata hati Henry tidak terbuka untuk membiayai sekolah Elsa padahal Elsa adalah darah dagingnya dan aku berpikir jika Henry belum berubah dari dulu. Aku hanya bisa berdoa kepada Tuhan agar di kuatkan untuk membesarkan Elsa sampai ia menjadi orang sukses. Elsa menceritakan pengalaman pertamanya saat menjalani ospek dan ia mengalami pengalaman yang kurang menyenangkan dari kakak kelasnya. Aku hanya bisa memberinya semangat agar ia tidak putus asa. Setelah Elsa menjalani ospek selama seminggu, ia mulai mengawali pelajaran dengan teman - teman barunya. " Bagaimana sekolahmu? apa kau mengalami peristiwa yang menyenangkan?" tanyaku sambil menatapnya. " Elsa sangat senang mendapat teman baru di sekolah dan mereka semua baik kepada Elsa." kata Elsa sambil memberitahuku. Aku sangat bersyukur karena Elsa nyaman berada di sekolahnya yang baru dan aku berharap ia semakin giat belajar sehingga ia bisa berprestasi di sekolah. Aku berharap suatu hari Elsa menjadi orang yang sukses dan ia bisa membuktikan kepada Henry jika ia bisa menjadi wanita yang mandiri dan sukses sehingga Henry menyadari kesalahannya yang tidak pernah perduli kepada anak kandungnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN