7.1

1254 Kata

Rehan, Amira dan Egin apalagi Umar yang selama beberapa menit punggungnya dijadikan bantal mengerang begitu bel masuk berbunyi. Suara yang mereka keluarkan khas suara kakek-kakek dan nenek-nenek yang tubuhnya sudah lapuk dimakan waktu. Rupanya, keempatnya kembali merasa lelah begitu jam istirahat berakhir. Pelan tapi pasti, satu per satu dari mereka beranjak dari posisinya dan kembali ke kelas masing-masing. Rehan yang pergi duluan karena ia tidak ingin bermasalah dengan wali kelasnya. Katanya, wali kelas Rehan sudah terlalu sering mendapat pengaduan dari guru-guru lain tentang dirinya yang sering terlambat. Kemudian Amira dan Egin dengan waktu tak berselang lama, sedang Umar ternyata lebih sayang pada roti dan s**u kotak rasa moca daripada telinganya yang bisa saja di jewer oleh pak Guru.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN