Bab Enam - Keral ada di rumah Kanaya

1428 Kata
Hatiku masih berbunga-bunga saat kamu ternyum manis, jadi mau kah kamu selalu tersenyum biar hariku semakin indah? ***            Setelah puas mencium kening, Keral kini kembali menatap wajah tenang yang ditampilkan Kanaya saat ia tertidur, wajah perempuan itu begitu damai, membuat Keral betah duduk di sampingnya dan memandang wajah perempuan itu, tatapan mata Keral sedari tadi jatuh kepada bibir munyil milik Kanaya, jangan bilang ini pada Kanaya ya, waktu Kanaya tidur, Keral sedari tadi memandang bibirnya.            Tangan Keral akhirnya jatuh pada tempat di sisi kepala Kanaya, wajahnya mendekat kearah wajah Kanaya, bibir Keral yang tebal mengambil bibir lembut Kanaya, tanpa sadar Keral mengecup lembut bibir itu, bibir Kanaya benar-benar terasa lembut.            “Oh f**k!” Kanaya bersuara, jantungnya berdebar kencang saat merasakan bibirnya dicium oleh Keral, tapi saat Kanaya membuka matanya lebar, pipinya berwarna merah, ardenalinnya yang terpacu tadi kini mulai lebih relax, itu tadi hanya mimpi, syukurnya, Kanaya benar-benar menatap sekitar, ia sudah berada di kamarnya dan sendirian.            Kanaya terdiam sebentar, matanya mulai kembali memutari ruangan yang ternyata benar ini adalah kamar Kanaya, melihat tasnya berada di atas nakas, Kanaya segera meraihnya ia ingin mengambil ponselnya dan mengabari Keral, serta berniat mengucapkan terima kasih kepada laki-laki itu, tapi sial, baterai ponselnya habis, membuat Kanaya memilih mengisi dayanya dan dia pergi ke bawah, mengisi perutnya yang mulai berbunyi.            Karena hari ini hari ini ia resmi bekerja di perusahaan Keral, Kanaya pun berniat untuk mengucapkan terima kasih kepada laki-laki itu nanti saja, alunan lagu yang Kanaya keluarkan dari mulutnya membuat Bi Ijah menoleh, ia sudah menyiapkan sarapan pagi juga jus tomat untuk Kanaya.            “Pagi, Bi,” sapa Kanaya sambil meraih jus tomatnya, lalu tanpa mendengar jawaban dari bibir Bi Ijah, Kanaya kembali melangkah ke ruang televisinya, berniat duduk di sana sambil menonton televisi, melihat berita pagi.            Tapi, lagi-lagi saat Kanaya melihat seorang laki-laki yang ia kenal tengah terbaring disofanya itu, pipi Kanaya langsung berubah menjadi warna merah muda kembali, sialan, mimpi ciuman itu membuat Kanaya mengedik ngeri sendiri, bagaimana kalau Keral tahu bahwa Kanaya semesum ini? Di mana Kanaya akan meletakan wajahnya nanti?            “Keral,” panggil Kanaya sambil menggerakan tubuh laki-laki yang masih tertidur itu, “Keral,” katanya lagi kembali berusaha, tapi Kanaya kembali mendapatkan hasil yang nihil, Keral sama sekali tak bergerak, laki-laki itu tetap dalam mode tertidur.            Setelah menyeruput jus tomatnya, Kanaya mendekat kearah Keral, ia duduk di karpet, wajahnya mendekat ke arah wajah Keral, selama kenal dengan Keral enam tahun lalu, ia memang belum pernah melihat wajah Keral sedekat ini, ternyata kalau dilihat-lihat lagi Keral memiliki tahi lalat di hidungnya yang mancung, membuat Kanaya malah semakin fokus kepada hidung mancungnya itu.            “Keral,” lirih Kanaya lagi, sambil memegang hidung Keral, mencoba membangunkan laki-laki itu, dan untung saja, karena sentuhan Kanaya di hidung laki-laki itu membuat Keral membuka matanya.            “Hem,” jawab Keral akhirnya, ia merenggangkan badannya, membuka matanya semakin lebar, dan senyum Kanaya lah yang menyambut laki-laki itu, dari tidurnya.            Tuhan, bisa kah senyum Kanaya ini dilihatnya setiap hari? Sebab senyumnya membuat hati Keral kembali berbunga, sebab senyumnya membuat Keral berdo’a semoga ia masih bisa membuka matanya saat pagi akan menyapa untuk melihat senyum itu lagi.            “Kamu tidur di sini?” tanya Kanaya.            Sambil duduk, Keral mengangguk, ia melihat laptopnya yang sudah tersusun rapi di atas meja ruang televisinya Kanaya, Kanaya menyerahkan gelas jus tomatnya kepada laki-laki itu dan langsung diminum Keral dengan tatapan Kanaya menemani jus tomat itu masuk ke dalam perut Keral.            “Makasih Keral,” ucap Kanaya setelah ia menerima kembali gelas jus tomatnya yang sudah kosong.            “Loh, aku yang makasih,” jawab Keral sambil menyandarkan punggungnya ke sofa, ia menarik napas, melihat pakaian Kanaya di pagi hari ini membuat Keral harus menenangkan diri, kenapa perempuan itu malah memakai pakaian itu, padahal seingatnya tadi malam Kanaya masih mengenakan pakaian kerjanya.            “Ya karena kemarin sudah diajak ke tempat itu,” jawab Kanaya sambil menahan napasnya, karena pergerakan kepala Keral yang tiba-tiba jatuh di bahunya sebelah kiri, kepala Kanaya menegang, ia menatap ke sebelah kirinya, melihat Keral yang bersandar nyaman di bahunya.            “Sama-sama Kanaya,” jawab Keral sambil meraih tangan Kanaya, laki-laki itu akhirnya melakukan hal yang sudah sedari semalam ingin ia lakukan.            Keral merengkuh tengkuk Kanaya, membuat wajahnya semakin mendekat ke wajah perempuan itu. “Kanaya, ma’af,” katanya lalu menyatukan bibir mereka, mengecup lembut bibir itu, Kanaya tidak memberontak, ia juga tidak menolak dengan rengkuhan tangan Keral di tubuhnya, sejak mimpi itu ia lihat di tidurnya, Kanaya memang ingin merasakan ciuman dari Keral, dari cinta di masa lalunya, yah Kanaya bisa dikatakan beruntung, dulu saat pertemuan pertamanya dengan Keral, Kanaya sudah jatuh hati dengan keramahan laki-laki itu, tapi mengingat saudara laki-laki itu yang menyebabkan Ibunya celaka, Kanaya membentengi diri, agar tidak terpikat dengan Keral terlalu dalam.            Tangan Kanaya yang hanya berada di atas pangkal pahanya, kini membalas pelukan Keral, bibirnya yang dilumat dalam oleh bibir Keral kini tak lagi tinggal diam, ciuman itu terbalas, membuat bunga yang ada di d**a Keral merekah, ternyata cintanya terbalas, pikrinya.            Akhirnya pagutan bibir itu terlepas, tapi tak membuat Keral melepaskan satuan kening mereka, mata mereka bertemu, ujung hidung Kanaya juga Keral menyautu di ujung karena sama-sama memiliki hidung yang mancung, membuat Kanaya tertawa karena geli sendiri.            Salah satu telapak tangan Keral kini mulai menangkup sebelah wajah Kanaya dan mengelusnya lembut, jari jempolnya juga menyentuh ujung bibir Kanaya, menyapunya lembut, membuat sensasi aneh mengeliat di tubuh Kanaya, bulu di badannya meremang hanya karena sentuhan itu, mata Kanaya juga kembali terbuka saat Keral kembali mengecup bibirnya untuk ke dua kalinya, kini ciuman itu tak lagi lembut, berubah menjadi lebih menuntut juga panas, membuat napas mereka sama-sama terkuras, telapak tangan Keral yang berada di wajah Kanaya membantu Keral untuk membuat wajah Kanaya tak kemana-mana, hingga bibir Kanaya yang sudah ada di dalam mulutnya itu tak bisa kemana-mana lagi.            Sentuhan di d**a Keral membuat Keral melepaskan kecupannya, terlihat Kanaya yang terngah terengah dan menyandarkan keningnya di bahu Keral, perempuan itu juga membalas pelukan Keral, memeluknya lebih dalam.            “Kamu jahat,” komentar Kanya terdengar manja. “Aku tidak bisa bernapas,” lanjutnya lagi yang membuat Keral terkekeh, tangannya masih berada di punggung perempuan itu, memeluk perempuan itu juga mengelus rambut panjang kepirangan milik Kayana itu.            Keral tertawa geli, membuat tangan Kanaya mencubit pinggang laki-laki itu, yang dibalas dengan gelitikan dari Keral yang malah membuat Kanaya semakin tertawa kegelian, ia meronta meminta Keral tak melakukan itu lagi, hingga ia jatuh di sofa itu tapi malah membuat Keral semakin jadi untuk menjaili perempuan itu.            “Keral ih,” sela Kanaya kembali mengeluarkan suara manjanya. “Aku capek,” lanjutnya sambil menarik napas, sungguh Kanaya masih susah bernapas tapi yang dilakukan Keral kembali membuat Kanaya seakan tak perlu lagi untuk bernapas, laki-laki itu malah menendihinya, berada di atas tubuh Kanaya yang hanya dibalut kaos hitam juga celana pendek itu.            “Kanaya,” lirih Keral sambil menatap Kanaya lekat-lekat, “senyum terus ya, ketawa terus, karena ketawa kamu bikin hatiku berbunga-bunga, Kay,” ungkapnya sambil kembali mengesekan ujung hidungnya ke ujung hidung Kanaya, kembali membuat Kanaya tertawa dan mengangguk.            “Iya, Keral, pasti,” balas Kanaya sambil memeluk laki-laki itu lagi, Kanaya dan Keral seolah sedangn dimabuk cinta, saling tersenyum, saling tertawa, saling melempar pujian, dan juga saling melempar ciuman lagi.            “Aku jadi malas masuk,” rintih Keral masih dalam posisinya, tangannya yang berada di samping kepala Kanaya menjadi tumpun badannya, agar tak terlalu menekan tubuh Kanaya, membuat laki-laki itu mendesah pelan, Keral benar-benar merasakan malas untuk pergi ke kantor, ia ingin bergini saja dengan Kanaya, dalam posisi ini, menikmati senyum Kanaya, lalu kembali mencium bibir itu, dan kembali tertawa dengan Kanaya lagi.            Betul apa yang dikatakan Keral, Kanaya juga merasa malas hari ini, untuk ke kantor, bunga yang ada di dadanya merekah karena ciuman yang baru saja ia dapatkan dari Keral tadi, membuat sendi yang ada di tubuhnya malah mendamba sentuhan Keral, membuat tubuhnya kembali menginginkan ciuman itu terus dan menerus.            “Tapi, aku mesti ke kantor Keral, ini kan hari pertamaku kalau kamu lupa,” kata Kanaya lembut.            Keral kembali mencium pipi Kanaya tanpa ada penelokan dari perempuan itu, benar, ini adalah hari pertama Kanaya, ia tak mungkin terlambat, walau itu adalah perusahaan Keral, Kanaya harus mengikuti peraturan dari perusahaanya.            “Baik lah,” kata Keral yang kembali membuat Kanaya tak bisa bernapas karena laki-laki itu kembali mencium bibirnya, laki-laki itu tak menuntut apa-apa dari ciuman itu, ia hanya memberikan ungkapan pada Kanaya, bahwa ia, mencintai perempuan itu, apa tadi? Ia mencintai Kanaya, mungkin bisa jadi.            Kanaya, perempuan itu tersenyum, semakin membuat bunga yang ada di hati merekah indah dan segar. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN