Tumpukan buku tampak menggunung sampai menutupi wajah si pembaca. Ziya tak menyangka kediaman Trancy memiliki perpustakaan super luas dan lengkap. Kalau ada yang kurang mungkin hanya komputer untuk menunjukkan lokasi buku. Seperti yang ada di perustakaan kampusnya. Sebab dari tadi Ziya banyak membuang waktu berkeliling untuk mencari sejarah keluarga Trancy dan Easther.
“Hmm, jadi keluarga Trancy itu masih ada hubungan kekerabatan sama Kaisar. Dengan kata lain dia udah jadi bangsawan dari orok. Terus Kalau keluarga Easther punyanya Lilyana itu kayak…. Emh, gimana ya jelasinnya. Kalau di dunia nyata mungkin kaya keluarga old money yang dukung perekonomian Negara. Makanya dia diangkat jadi bangsawan.”
“Sama-sama dari keluarga berpengaruh. Macem cerita Adam sama Starla yang pernah gue baca.”
“Kalau posisinya imbang kayak gini pantes aja semuanya kerasa kepala. Apalagi dari cerita Rahel. Si Lilyana sama Lukas sama-sama nggak peduli sama pernikahan ini.”
“Entar… terus yang jadi pertanyaan. Siapa Bapak kandung Ethan?” Ziya menggaruk tengkuk belakangnya. Kebiasaan saat dirinya berpikir keras.
“Apa bener Liliyana selingkuh dan punya anak? Wah, gila sih kalau beneran.”
“Dih!" Buku itu ditutup kasar. "Kenapa gue hina diri gue sendiri?! Kan sekarang posisinya gue yang jadi Lilyana.”
“Haaah, tau gini mending aku langsung ke akhirat deh. Capek banget jadi Lilyana. Mana ujung-ujungnya mati. Penjelasan cuma satu paragraf di n****+. kalau kayak gini gimana aku bertahan hidup? Yang ada aku mati lagi, gila!”
Ziya menyerah berpikir. Ia taruh dagunya ke meja sambil iseng melipat-lipat ujung buku.
“Yah, seenggaknya aku masih punya banyak waktu. Aku nggak akan mati sampai si Ethan lahir.”
Dalam n****+ The Destiniy, Ethan sebagai antagonis yang menjadi sad boy karena cintanya tak terbalaskan. Dia akan berusaha membunuh Putra Mahkota yang menjadi Main lead yang dicintai female lead. Sayang, Ziya hanya membaca sebatas itu. Entah apa yang terjadi di ending cerita. Masih menjadi misteri. Apakah Ethan akan dieksekusi mati karena pengkhianatannya atau bagaimana. Yang jelas, Ziya tidak akan membiarkan itu terjadi.
Ethan harus bahagia!
Setidaknya jika dia tidak mendapat cinta dari female lead. Ziya akan memberikan cinta sebagai seorang Ibu.
“Itu sebabnya aku nggak boleh mati. Selama jeda itu aku bakal cari cara supaya aku dan Ethan hidup bahagia.”
Senyum Ziya perlahan mengembang. Otaknya memikirkan bagaimana paras second lead yang sangat digilainya. “Pasti Ethan ganteng banget. Aaaaa! Nggak kuat ngebayangin gemoy-nya Ethan pas kecil.”
“Aku bakal jadi emaknya. Dia anak ku. Hihi, nggak sabar deh pingin cubit-cubit pipi embulnya.”
“Eh! Tunggu!” senyum Ziya memudar. Digantikan kerut di antara alisnya. “Gimana Ethan bisa lahir kalau aku nggak inisiatif buat?”
“Yah, walaupun aku sendiri nggak tau sih bapak biologisnya Ethan siapa. Yang jelas, siapa pun Bapaknya. Anak yang lahir dari rahim ku bakal aku namain Ethan. Dan dia bakal jadi lelaki yang bahagia."
“Eh! Eh! Gila nih. Aku punya ide brilian banget nih.” Tak tanggung-tanggung. Ziya sampai berdiri dengan semangat. “Gimana kalau aku ngajak Lukas buat anak? Dengan gitu kan aku bisa bebas dari tuduhan selingkuh. Leher aku aman dan Ethan nggak akan menderita karena keluarganya.”
Sebuah tepukan terdengar nyaring. Ziya mengapresiasi dirinya sendiri. “Huuu! Bravo!”
“Otak ku memang cerdas!”
Diam-diam seseorang memperhatikan. Ia menukikkan bibir semenjak Ziya sibuk dengan rencana ngawurnya.
***
Ziya harus menelan pil pahit. Kali ini benar-benar pil pahit. Bukan hanya kiasan saja. Ramuan yang diberikan tabib istana benar-benar sukses membuat Ziya sembuh. Tapi ia harus meninggal setelahnya. Jiwanya seakan melayang sebab rasa pahit yang melebihi pahit brotowali.
“Hueeeek! Rahel jauhkan ramuan itu dari ku. Aku trauma dengannya!”
“Tapi Nyonya. Dosis yang harus Nyonya telan adalah dua sendok. Ayo satu sendok lagi. setelah itu saya akan memberi Nyonya madu.”
“Tidak mau! Itu untuk mu saja.”
“Nyonya ayolah….”
Jujur, Rahel tak menyangka dengan perubahan pesat Nyonya setelah sadar dari koma. Sebelum ini, mana berani Rahel membantah ucapan Nyonyanya. Walau terkesan salah, tapi Rahel berharap ingatan Nyonyanya tidak pernah kembali.
“Sekali lagi ya?”
“Raheeel… ku mohon. Aku sungguh muak minum cairan itu. Aku sudah sehat. Lihatlah!” kedua tangan Ziya mengangkat. Membentuk pose ala petinju menang champion.
“Emh…. baiklah, aku janji akan mengantar Nyonya pada Count Zayan jika Nyonya mau menelan ini.”
Aktivitas Ziya terhenti. “Count Zayan? Siapa itu?”
“A-ah…. I-itu…. anu… ma-maaf aku salah ucap….”
Di sana, Rahel tampak panik. Senyum Ziya mengembang tengil. Wah, ada informasi baru yang harus dikeruk nih.
“Baiklah aku akan meminum ramuannya. Asal kau cerita tentang Count Zayan.”
“I-itu….”
“Kemarikan ramuannya,” ucap Ziya enteng. Menelan cairan pahit sekali lagi tidak masalah. Rahel adalah sumber informasinya. Apalagi tadi dia mengucapkannya tanpa sengaja. Mungkin Lilyana ada hubungan dengan Count Zayan. Ziya harus mencari tahu!
“Ayo sini. Tadi kau menyuruh ku minum kan?”
“I-iya tapi….”
“Apa kau diancam Duke untuk tidak bercerita tentang Count Zayan?”
“Ti-tidak.”
“Lalu?” ujar Ziya bersedekap tangan. Sesekali ia harus menunjukkan aura penekanan.
“Sa-saya hanya takut hubungan Nyonya dan Duke semakin buruk. Saya pikir dengan kondisi ini Nyonya bisa berbaikan dengan Duke.”
Yah, itu memang rencana Ziya sih. Tapi apa salahnya tahu tentang orang-orang terdekat Lilyana?
“Aku janji hubungan ku dan Duke akan baik-baik saja. Kau tahu? Aku bahkan merencanakan punya anak dengannya,” ucap Ziya sesumbar. Padahal dia sendiri tidak tahu bagaimana cara mendekati Duke dingin itu.
“Benarkah?” binar mata Rahel seolah mengkilap terang. Wah, rupanya rumah ini sesuram itu ya sampai pelayan pun sebahagia itu.
“Ya, kalau ada kesempatan,” ujar Ziya sedikit bergumam. Ziya tidak ingin menebar janji. Mendekati orang dingin seperti Lukas tidaklah mudah. Ziya tahu itu.
“Cepat ceritakan tentang Count Zayan.”
Rahel membenahi sendok dan beberapa peralatan lain. Sesuap ramuan pahit telah masuk ke kerongkongan Ziya. Percayalah! Ia mengutuk siapa pun yang menciptakan ramuan itu! Sesuai janji, Rahel menceritakan sosok Zayan. Dengan hati-hati dan sesingkat mungkin. Ziya pikir Rahel sangat menjaga informasi itu. Setelah mendengar penuturannya, Ziya paham kenapa Rahel bersikap seperti itu.
“Hmm, jadi dia selingkuhan ku ya?”
“Orang-orang menganggapnya seperti itu. Bahkan itu sudah menjadi rahasia umum. Sebab, Nyonya sering bertemu di luar. Dan Nyonya bisa tertawa lepas bersamanya.”
“Selingkuhan ku adalah teman kecil ku. Haha, kayak sinetron aja,” gumam Ziya di akhir kalimat.
Ya, berdasarkan penuturan Rahel. Count Zayan dan Lilyana adalah teman dekat sejak kecil. Sebelum ultimatum pernikahan dilayangkan tentunya. Yah, di dunia bangsawan anak laki-laki itu dianggap aset sedangkan anak perempuan dianggap alat negosiasi. Demi kepentingan politik dan bisnis. Lilyana harus menikah dengan Lukas.
Di posisi ini wajar jika Lilyana selingkuh dengan Zayan. Toh, dari kacamata Ziya. Hubungan pasutri ini memang berada diujung tanduk.
“Zayan ya? Apa dia bapak biologisnya Ethan?” satu penyesalan Ziya sampai detik ini. Ia tidak membaca n****+ The Destiny sampai selesai. Itu sebabnya ia kebingungan sendiri.
“Nyonya bilang sesuatu?” sahut Rahel.
“Ah, tidak. Bukan apa-apa. Terimakasih ya. Seperti biasa. Kau sangat membantu.”
“Emh… anu Nyonya. Boleh aku bertanya?”
Wah, tumben sekali Rahel memiliki keberanian. Ini kondisi langka.
“Tentu saja. Mau tanya apa?”
“Itu… emh, apa ke depannya Nyonya akan terus melanjutkan hubungan seperti ini? dengan Count Zayan.”
Tadinya Ziya pikir hanya butuh mencairkan es kutub Lukas untuk bisa selamat dari maut dan memberikan kebahagiaan untuk Ethan. Tapi setelah Rahel mengatakan tentang Zayan. Ziya jadi punya rencana lain.
Kalau memang benar Lilyana bahagia bersama Zayan. Itu berarti Ziya hanya harus melepaskan Lukas dan hidup bersama Zayan. Ziya harus mengakhiri pernikahan ini dan hidup bebas. dengan begitu anak yang lahir dari rahim Ziya pun akan tetap memliki keluarga yang bahagia.
Kalau dipikir-pikir. Apa sih gunanya gelar? Ethan tidak butuh itu! justru karena embel-embel gelar bangsawan. Seorang Ethan harus mengalah karena harus bersaing dengan putra mahkota.
Ah, tentang keluarga Easther?
Hah! Persetan dengan mereka! Selama Lilyana koma. Rahel mengatakan keluarga Easther tidak ada yang menjenguk satu pun. Itu berarti mereka sudah membuang Lilyana kan?
“Entahlah… kita lihat nanti,” ungkap Ziya santai. Ya, memang Ziya butuh melihat situasi dan kondisi untuk mengambil langkah selanjutnya. Terlebih sampai detik ini Ziya belum bertemu secara langsung wajah orang bernama Lukas itu.
Sesudah memberi kalimat menohok waktu itu. Lukas langsung pergi entah kemana. Sampai sekarang belum pulang juga. Ternyata tidak hanya di realita saja seorang suami pergi sampai berhari-hari. Di dunia ini pun Lukas lebih banyak menghabiskan waktu di luar ketimbang rumah.
Kalau ini sinetron indoair mungkin Ziya sudah curiga si Lukas menemui simpanannya. Yah, terserahlah. Mau dia punya simpanan satu atau selusin pun. Ziya tidak peduli. Yang pasti rencananya harus berjalan dulu.
Antara punya anak dengan Lukas atau kabur bersama Zayan.