29

2151 Kata
'Semakin hari, aku memang merasa tak mau berpisah dengan kupu-kupu kesayanganku. Ah, dia juga pasti tak mau jauh dariku kan?' - Ares Pratama . . . Ares POV “Siapa yang membuat kehebohan seperti ini di rumahku?” Aku berujar demikian karena mendengar keributan dari pintu depan mansion. Malah sampai mendengar nama adikku disebut- sebut. Dan ternyata, ada seorang pengacau yang datang ke sini. Ini sedikit di luar dugaanku, tapi aku harus segera menyingkirkan pengganggu ini. Kalau tidak, dia bisa membuat semua mimpi indahku bersama Mikaela jadi hancur berkeping- keping. “Ares!” katanya sambil melepas tangan para bodyguardku dengan kasar lalu berlari mendekatiku. Aku diam dan menatap datar pada wanita bodoh ini. Dia pasti mengetahui lokasi mansion ini karena ayah mertuanya itu. “A-apa urusanmu dengan si pe.lacur itu?” tanyanya sambil menunjuk ke arah Mikaela yang masih menatap kami tak percaya. Aku sangat benci saat dia mengatai Mikaela sebagai ‘p*****r’. Kalau Mikaela tak ada di sini, sudah kurobek mulut wanita bodoh ini. “Kau… siapa? Apa masalahmu dengan kami?” tanyaku dengan nada polos pura- pura tak tahu. Aku juga memasang tatapan tajamku pada Siska supaya dia tahu kalau aku tak suka dia berada di sini. “Aku… siapa? Aku Siska Arumi! Aku kekasihmu! Kamu berjanji akan menikahiku, tetapi, kamu pergi terlalu lama dan aku berinisiatif menyusulimu! Aku… sedang hamil,” ujarnya dengan sangat percaya diri. Hamil katanya? Aku sangat ingin tertawa keras saat ini. Lalu, kalau dia hamil, aku harus tanggung jawab, begitu? Itu jelas- jelas bukan anakku. Karena yang tidur dengannya adalah Helios. Sekilas, aku melirik Helios yang terlihat terkejut mendengar kalau wanita bodoh ini sedang hamil. Kemungkinan besar, itu adalah anaknya Helios. ‘Aku ada ide!’ pikirku. “Maaf, saya adalah William Simon dan saya tak pernah mengenal anda bahkan berurusan dengan anda sampai sejauh itu. Tolong keluar dari rumah saya,” pintaku masih berusaha lembut karena karakter adikku memang seperti itu. Tapi, aku tetap menekankan setiap perkataanku padanya. Aku bisa lihat, tatapannya berubah ketakutan mendengar setiap patah kataku. Aku sangat ingin menikmati ekspresi ketakutannya di sini. Bahkan, aku ingin segera mengeksekusi wanita j.alang ini. Sialnya, Mikaela ada di sini! Dia tidak boleh mengetahui kalau aku bukan adikku. Aku memang harus menyerahkan wanita ini kepada Helios secepatnya. “Kau gila, Ares! William Simon itu sudah…” “Keluar!” Aku segera memotong perkataannya sebelum dia mengungkapkan kebenaran soal adikku. “Helios, perempuan ini sama sekali tak bisa diajak bicara baik- baik. Tolong urus dia!” suruhku pada Helios. Dengan segera, Helios menyuruh beberapa bodyguard membawa Siska keluar dari mansionku. Sialnya, perempuan itu sama sekali tak mau diam. “Ares! Kau jahat! Kau b******k!!” Dia terus berteriak sampai dia benar- benar hilang dari hadapanku. Lalu, aku menoleh dan melihat Mikaela yang masih terdiam. Aku menghampiri wanita kesayanganku ini dan mencoba meraih wajahnya yang terlihat kesal. “Kamu… marah?” tanyaku lembut padanya. “Siapa Ares?” tanyanya balik padaku. “Aku… tidak tahu siapa dia. Wanita itu salah orang atau mungkin saingan bisnisku yang ingin menjebakku,” jawabku setenang mungkin. Aku tak pernah ingin melakukan ini. Tapi, demi bersama Mikaela, aku rela mengubur identitasku. “Menjebak? Apa selama aku sakit, kamu bermain perempuan?” tanya Mikaela lagi dengan tatapan menyelidik dan penuh luka. “Baby, aku tidak mungkin melakukan itu! Aku selalu berada di sisimu setiap waktu. Aku tak pernah mengalihkan perhatianku darimu sedikitpun. Kumohon, jangan tuduh aku seperti itu,” kataku sambil mengecup punggung tangannya untuk menunjukkan kesungguhanku. Aku bahkan rela berlutut di depannya untuk meyakinkan dirinya. Seumur hidup, aku tak pernah melakukan ini kepada siapa pun. Tetapi, aku mau melakukan ini di hadapan Mikaela. Aku merasa seperti bud.ak cinta yang sesungguhnya. “Perempuan itu… tidak mungkin datang tanpa tujuan. Dia sepertinya dari Indonesia. Aku… aku takut! Segala pemikiran buruk mulai merasuk ke otakku! Ka-kamu mungkin saja menggunakan identitas palsu untuk bersenang- senang bersamanya. Kau punya uang dan harta yang berlimpah. A-apa yang aku tahu, Wil?” Mikaela mulai tak stabil. Tubuhnya mulai bergetar! Aku takut dia akan benar- benar stress karena memikirkan hal ini terlalu jauh. Aku tidak mau melihat wanita kesayanganku tertekan karena memikirkan ini. Dasar perempuan sial itu! Langsung saja, aku berdiri dan membawa Mikaela dalam pelukanku. Aku mengelus punggungnya supaya dia lebih tenang. Tidak ada satu hal pun yang boleh membuatnya tertekan. Mikaela harus benar- benar bahagia bersamaku! “Aku takut hikss…! Jangan lakukan itu, Willy! Aku tak sanggup membayangkannya! Hikss!” Mikaela menangis dengan tubuhnya yang bergetar. Dia pasti sangat ketakutan kehilangan Willy-nya. “Percaya padaku! Aku lebih baik mati daripada melakukan kebodohan seperti itu, Baby. Kamu istirahat ya. Jangan memikirkan hal yang tidak- tidak,” suruhku supaya dia tak perlu memikirkan hal yang seperti ini. Perlahan- lahan, tubuhnya sudah mulai tenang. Dia tak gemetaran lagi, walau masih sedikit mengisak. Langsung saja, aku menggendongnya ala bridal style dan membawanya ke kamar untuk istirahat. Dia harus menenangkan pikirannya. Dia memang sangat takut kehilangan Willy-nya. Terkadang, aku sedikit kecewa dengan kenyataan itu. Tapi, aku tidak peduli! Toh juga, adikku itu sudah tak ada lagi. Yang ada hanya aku, Ares Pratama. Dia ini benar- benar sangat manja dan menggemaskan. Apa pun yang ada padanya, semuanya aku suka. Yang penting bagiku adalah memiliki Mikaela dan hanya Mikaela. “Willy, ada apa dengan dekorasi rumah ini? Selama aku pergi, apa mereka memasang Salib dan beberapa lukisan Tuhan di sini? Aku jadi teringat apartemen lamamu,” ujarnya sembari memerhatikan dekorasi baru mansionku. Tentu saja dia heran, karena hari ini semuanya baru didekorasi oleh Helios. “Aku merindukan suasana apartemenku,” balasku sambil menatapnya hangat dalam gendonganku. “Kenapa kita tidak pindah ke sana saja?” tanya Mikaela lagi. “Kamu… tidak suka mansion ini?” tanyaku balik heran mendengarnya yang sepertinya ingin pindah ke apartemen yang tak ada apa- apanya dengan mansionku. “Aku suka! Tapi, melihatmu yang tinggal dalam kemewahan seperti ini, rasanya seperti bukan dirimu. Ya… bukan masalah juga kalau kita tetap di sini. Mansion ini sangat indah. Yang paling penting….” Mikaela menggantungkan kata- katanya sambil menatapku dengan manja. “Apa?” tanyaku penasaran. “Aku sangat mencintaimu! Di mana pun kita tinggal, asal bersamamu, aku mau! Aku mau bersamamu, William Simon!” Dia kembali menegaskan pernyataan cintanya kepada Willy, bukan Ares. Aku harus memiliki kesabaran ekstra menghadapi yang seperti ini. Aku hanya tersenyum sambil membuka pintu kamar kami. Aku perlahan membaringkannya di ranjang dengan sangat hati- hati seakan dia akan terluka jika aku kasar sedikit saja. “Aku mencintaimu!” bisiknya padaku semakin tegas. “Aku juga sangat eumph!” Mikaela menciumku sebelum aku membalas pernyataan cintanya. Aku tentu saja terkejut dengan perlakuannya yang seperti ini. Aku masih menatap tak percaya, tapi akhirnya aku membalas ciumannya. ‘Ternyata, dia sangat agresif seperti dalam bayanganku!’ Aku membatin senang melihat dirinya yang sangat menggoda ini. Di luar dugaanku, ternyata dia sangat pandai berciuman. Apalah dayaku yang sama sekali tak berpengalaman soal begini. Kami saling mengecap, menjilat, dan merasakan bibir masing- masing. Aku agak terkejut karena wanita ini mencoba memasukkan lidahnya ke mulutku dan sialnya aku mulai terangsang dengan kegiatan seperti ini. Aku ikuti saja semua gerakannya dan membalasnya sebisaku sampai kami sama- sama membutuhkan napas. “Hah… hah… hah!” Kami berdua saling menatap sambil meraup oksigen sebanyak- banyaknya. Aku baru tahu, ciuman yang seperti itu bisa membuat seseorang kehabisan napas. Bahkan, benang saliva kami masih saling terhubung. Di mataku saat ini, Mikaela sangat ah bukan, tapi terlalu menggoda. Aku takut tak bisa menahan diriku lebih lama lagi. “Di matamu, saat ini aku terlihat seperti apa?” bisiknya nakal dan dengan beraninya menjilat daun telingaku. Aissh! Wanita ini benar- benar di luar dugaanku. “Dewi… Aphrodite!” jawabku sambil sedikit berdesis. “Aphrodite? Kenapa?” tanyanya lagi sambil menatapku dengan tatapan yang sangat menggoda. Napasku tersenggal- senggal melihat tatapannya seakan ingin langsung menerkamnya. ‘Kuatkan dirimu, Ares!’ batinku berusaha menahan diriku. Aku tak ingin menyakitinya sedikitpun. “Karena kamu sangat cantik, mempesona, menggairahkan dan menggemaskan! Seluruh d******i dunia ada padamu!” jawabku sejujur- jujurnya. Begitulah diriku memandang seorang Mikaela. Terserah orang mau bilang aku ini gila atau berlebihan. Aku tidak peduli! Yang aku tahu, saat ini aku sangat menginginkan Mikaelaku. “Hihihihi! Kamu berlebihan! Lantas, aku harus menganggapmu apa? Kalau aku Aphrodite, maka kamu adalah Adonis?” tanyanya. “Bukan! Anggap dan panggil aku sebagai Ares! Karena Ares selalu menyingkirkan lawannya dan selalu tampil sebagai pemenang Sang Aphrodite! Aku adalah Aresmu, My Baby!” jawabku membuatnya langsung tersenyum. Tiba- tiba, dia menarikku sampai kami sama-sama terjatuh di ranjang dengan posisi bertindihan. Dia mengalungkan tangannya di leherku dan mendekatkan wajah kami. Dia memasang wajahnya yang sangat cantik dan luar biasa menggoda. Aku berulang kali meneguk ludahku dan mengakibatkan jakunku bergerak karena melihatnya. Ini pertama kali dalam hidupku. Aku berdebar! Padahal, aku selalu merasakan hal demikian jika aku baru saja mengalahkan musuh- musuhku. “Tuanku… Ares! Aku bisa gila jika kau bersama perempuan lain! Lihat saja diriku! Dewimu! Aphrodite-mu!” bisiknya. Jantungku berdebar semakin kencang saat dia memanggil namaku. Rasanya aku benar- benar bahagia. Aku sangat bahagia! “Hanya Dewiku yang aku inginkan…CUP!” ucapku sambil mengecup dahinya. Kulanjutkan dengan mengecup seluruh wajahnya dan terakhir bibir merah tipis yang sangat menggoda miliknya. “Miliki aku, Ares-ku!” bisiknya. Mendengar itu, semangatku langsung berkobar. Akhirnya, aku benar- benar bisa melakukan ini dengannya. Dia memanggilku sebagai Ares tanpa ada rasa curiga sedikitpun. Kegiatan ini takkan berhenti sampai kami akan sama- sama mendapatkan kepuasan. Aku sudah lama menantikannya dan akhirnya aku mendapatkannya. Aku berhasil mendapatkan dirimu sepenuhnya, Mikaela! End Of Ares POV Normal POV Kedua anak manusia itu kemudian melakukan kegiatan intim mereka. Keduanya terlihat sangat menikmatinya. Napas mereka sama- sama tersenggal dan mereka saling mendesah bersahutan. Entah apa hubungan di antara mereka, tetapi keduanya membiarkan hal itu terjadi. Tak peduli, semuanya akan berubah drastis setelah malam ini. Mereka berdua, Ares dan Mikaela sudah berhasil menyatukan diri satu sama lain. Wanita itu masih belum sadar dengan siapa dia melakukan hal ini. Dia masih dalam pengaruh manipulasi Ares. Dan dengan menurutnya, dia memanggil pria yang dikiranya Willy sebagai Ares sepanjang permainan mereka. Dia melakukannya tanpa rasa curiga sedikit pun. Dia bahkan yang memulai semua ini. Jelas saja, b******n brengseek yang sialnya beruntung itu mendapatkannya. Pria itu merasa menjadi pria paling bahagia mendapatkan wanita yang sudah dia tipu habis- habisan. Mikaela akan sangat menyesal jika tahu selama ini dia sudah ditipu. Tanpa terasa, permainan intim di antara keduanya berakhir. Mikaela yang sudah kelelahan langsung saja memilih untuk tidur. Tanpa segan, dia langsung memeluk tubuh Ares. Pria itu tentu saja menerima pelukan Mikaela dan mengecup puncak kepalanya dengan penuh kasih sayang. Dia terus mengelus kepala wanita kesayangannya sampai wanita itu terlelap. Ares masih belum bisa tidur! Dia masih tak percaya bisa melakukan hal ini bersama wanita yang dia sangat inginkan. Dia terus mengelus wajah pulas Mikaela yang sangat cantik di matanya. Pria itu tak berhenti tersenyum memandangi wajah cantik itu. Senyuman tulus yang selalu dia perlihatkan belakangan ini semenjak bersama Mikaela. ‘Rasanya seperti mimpi!’ Ares membatin puas. Dia sendiri masih tak percaya dengan semua ini. Pria itu langsung ikut terlelap dan memeluk Mikaela seakan takut kehilangan wanita itu. ‘Milikku! Dia adalah milikku!’ tekadnya ingin terus mempertahankan Mikaela bersamanya. Mikaela POV Aku melihat sebuah taman yang indah. Di sini terlihat sangat terang. Di mana aku sekarang? Bukannya aku sedang bersama Willy? Ini bukan di kamar kami. Ini di luar! Aku langsung mencari- cari jalan keluar dari taman yang luas ini. Tapi sialnya, tempat ini seperti labirin. Aku tak bisa keluar dari sini. “Mama!” Aku langsung menoleh mendengar sebuah suara anak kecil yang memanggilku ‘Mama’. Aku melihat seorang gadis kecil yang berkisar tiga tahun berlari mendekatiku. Saat melihat wajahnya, aku terkejut dan merasa ada hubungan di antara kami. Dia menatapku sambil berusaha menggapaiku. Aku juga melakukan hal yang sama tetapi kami tak bisa saling menggapai. “Mama!” panggilnya lagi dengan nada sedih karena tak bisa menggapai diriku. Aku tak tahu kenapa, tapi aku ingin menggapai dan memeluk anak itu. Rasanya, aku sangat merindukan dirinya! Anak itu… dia adalah…. End Of Mikaela POV Normal POV “Selena!” Mikaela terbangun dari tidurnya. Sekujur tubuhnya dibasahi keringat dingin. Dia kembali melihat sekitar dan hanya ada Ares di sini. Dia juga masih berada di kamar pria itu. Napasnya tersenggal- senggal karena merasakan sesak yang teramat dalam. Naluri seorang ibunya sudah kembali saat ini. Dia sangat merindukan putrinya itu. Tapi, wanita itu tak yakin dengan apa yang diimpikannya walau perasaannya sangat jelas. “Baby? Ada apa?” tanya Ares yang terbangun karena merasakan wanita itu sudah tak ada di pelukannya. Wanita itu kini duduk di ranjangnya dan meletakkan tangannya di dadanya karena ingin mengatur napasnya yang tersenggal- senggal. Bahkan tanpa sadar, air matanya jatuh dari pelupuk matanya karena mimpi itu. “Selena! Selena anakku!” Mikaela berujar dan membuat Ares terbelalak mendengar wanitanya sudah mulai mengingat semuanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN