Dalam kebimbangan dan kegalauan dalam sebuah penyesalan. Laras tidur meringkuk di dalam selimut tebal. Keringat yang mengalir dari tubuhnya tak ia hiraukan. Kewajibannya untuk datang ke kantor pun ia lalaikan. Beberapa panggilan telepon dari Risa pun ia lewatkan. Wanita itu tidak sanggup untuk berbicara dengan sahabatnya. Sebab Laras tak pernah bisa menyembunyikan hal apa pun dari Risa. Dan Laras belum sanggup untuk jujur. Entah apa yang akan Risa pikirkan tentangnya.
Dalam pejamnya, otak Laras bekerja keras. Memikirkan langkah apa yang sebaiknya ia ambil. Laras begitu tersiksa. Karena bayangan percintaan dengan Satya berputar jelas di kepalanya. Rasanya sungguh gila. Ia bahkan menikmati apa pun yang pria itu berikan.
Laras merasa dirinya tidak normal. Bagaimana tidak? Jantungnya akan
