Lembar Ketujuh

1384 Kata
Pagi akhirnya datang dan Naomi masih bergulung dibawah selimut hangatnya. Seumur hidupnya wanita itu tidak pernah merasa sesedih sekarang. Apalagi jika mengingat betapa cerahnya senyum Kevin ketika pertama kali mereka mengobrol di taman komplek saat itu. Naomi menangis lagi membayangkan selama dua tahun sebelum bertemu Naomi laki-laki itu pasti sangat kesepian. “Udah dong kak jangan nangis terus, lo jelek banget kalau nangis gitu.” Ucap Kevin yang tiba-tiba saja sudah ada di kamar Naomi. Tapi Naomi malah semakin menangis mendengar suara laki-laki itu. “Lo pasti kesel sama gue kan Vin? Karena gue ternyata yang bikin lo jadi kaya gini.” Naomi mengucakannya sambil terisak. Membuat Kevin mulai mengerti bahwa selain berisik, jahil dan kadang mulutnya pedas, Naomi ternyata cengeng dan baperan. “Nggak kak, kenapa gue harus kesel sama lo coba? Kan bukan lo yang bunuh gue.” Jawaban Kevin belum mampu membuat tangisan Naomi berhenti. Hingga kemudian pintu kamar Naomi terbuka dan muncullah satu berondong lagi dari sana. “Udah deh kak Nom, bener tuh kata si Kevin lu jelek banget kalau nangis gitu. Gak pantes lu jadi model yang cengeng-cengeng gini. Lo pantesnya modelan ibu tiri kaya biasanya.” Celetuk Dirga yang tanpa permisi tahu-tau sudah merebahkan tubuhnya di samping Naomi. Tapi bukan itu yang menjadi fokus Naomi. Wanita itu tiba-tiba saja beranjak dan melotot ke arah Dirga dengan mata bengkaknya. “Lo kok tahu Kevin bilang gue jelek hah bocah tengik?” Dirga terkekeh kemudian menyugar rambutnya yang setengah basah dan menyeringai. “Tuhan sudah memberi gue kemampuan khusus untuk bisa melihat Kevin. Itu hadiah buat makhluk suci dan baik kaya gue.” Jawab Dirga dengan kenarsisan berlebihan seperti biasa. Kevin sudah cekikikan melihat drama mereka berdua. Naomi melirik ke arah Kevin dan anak laki-laki itu mengangguk menyetujui perkataan Dirga dengan senyum geli. Tapi Naomi masih memproses semuanya di dalam kepalanya yang pintar hingga muncul sebuah kelegaan yang konyol. “Huh, gue lega karena itu berarti gue gak gila.” Naomi kemudian menoleh ke arah Kevin dan mulai memikirkan apa yang seharusnya dilakukan. “Lo mulai sekarang harus mengikuti semua rencana gue dan bocah tengik ini. Gue sebagai wanita paling bertanggung jawan di jagad raya ini pokoknya akan bantuin lo sampai tuntas sebagai bentuk permintaan maaf karena membuat lo jadi kaya gini. Lo gak perlu resah ataupun gelisah karena si tengik ini banyak akalnya, apalagi kalau buat urusan yang bikin orang kesel. Dia bisa kita manfaatkan lah pokoknya.” Naomi berbicara panjang lebar yang di pendengaran Kevin dan Dirga justru seperti sales panci yang sering lewat depan komplek. Kevin diam saja tidak berani berkomentar tapi tentu saja Dirga tidak demikian. “Lo kalau abis nangis dan tiba-tiba jadi waras gini berubah jadi pak Tejo deh kak.” Ucap Dirga sambil cekikikan. “Siapa Pak Tejo?” Naomi memang tidak memperhatikan sekitar sehingga tidak menngenal pak Tejo, tapi Dirga yang sedikit banyak memiliki jiwa emak-emak karena kerap kali dipaksa tante Jesika untuk menemani belanja tentu mengenal siapa pak Tejo. Sementara Kevin sendiri memang sering melihat tukang kredit peralatan dapur itu lalu lalang di komplek sekitar selama dia gentayangan. “Sales panci langganan tante Jesika.” Jawab Dirga sebelum tertawa membahana diikuti oleh tawa Kevin yang masih saja membuat mata Naomi sakit. “Lo berdua emang penyakit banget yah di hidup gue yang tentram dan damai ini. Lo berdua keluar dari kamar gue dan jangan coba-coba ganggu gue. Gue mau Semedi! Dasar berondong kurang ajar!” Omelan Naomi bukannya membuat Dirga takut malah semakin cekikikan. Bahkan pelototan si mulut pedas itupun tetap membuat Dirga tersenyum geli. Menambah kekesalan Naomi yang tadinya hanya lima puluh persen menjadi seribu persen. “Gue bilang keluar! Enak aja lo berdua tiduran di kasur tuan putri Naomi yang nyaman dan damai ini setelah ngatain gue kaya Sales panci. Bahkan merasakan sejuknya Ac kamar gue aja haram buat makhluk menyebalkan kaya lo berdua.” Naomi terus mengomel yang akhirnya membuat Kevin dan Dirga terpaksa menyingkir dari kerajaan milik Naomi itu. “Lo sih pakai bilang dia mirip pak Tejo segala.” Sungut Kevin masih dengan sisa tawa. Dirga kembali cekikikan. “Ya gimana yah, emang mirip sih sama tuh aki-aki yang bawelnya ngelebihin emak gue.” Dirga kembali tertawa dan Kevin pun demikian karena membayangkannya lagi. “Wah bener-bener si Dirga udah gila ketularan Naomi, keluar dari kamar Naomi ngomong sendirian. Kayaknya kamu perlu di ruqiyah ini bareng si Naomi biar jadi anak rada beneran dikit.” Ucap Jesika yang tanpa Dirga dan Kevin sadari sudah ada di dekat mereka sambil memandang Dirga prihatin. Kevin kembali tertawa melihat Dirga salah tingkah. “Aish tante, kan Dirga udah bilang kalau Dirga mau ikutan Casting. Jadi ya belajarnya di mana-mana biar menjiwai.” Jesika hanya geleng-geleng saja kemudian melewati dua makhluk berbeda alam itu dan masuk ke kamar Naomi. Dirga yang kepo menempelkan telinganya di daun pintu mau tahu apa yang akan dibicarakan oleh tante cantik kesayangannya itu dengan si mulut pedas. Sementara Kevin yang ketularan jahil dan kepo tidak perlu diam-diam seperti Dirga karena dia bisa langsung menembus tembok dan menyaksikan pembicaraan mereka. “Kenapa mata kamu bengkak?” Dirga cekikikan di depan pintu mendengar pertanyaan Jesika sementara Kevin sudah tersenyum geli. “Naomi habis putus cinta bun.” Jawab Naomi asal seketika mengundang tawa membahana Dirga dan Kevin. Naomi ingin mengumpat melihat Kevin sedang tertawa bahgia diatas penderitaanya tapi tidak bisa karena ada bundanya di sana dan tidak mau di ruqiyah karena dianggap kemasukan jin. Kekesalannya yang tadi hanya seribu persen kini sudah meningkat sepuluh ribu persen ketika sayup-sayup terdengar tawa renyah Dirga dari balik pintu. Benar-benar dua berondong pembawa kesialan hidup! “Wahh bagaimana ini, bagaimana suasana bisa tepat dan mendukung seperti ini.” Ujar Jesika senyum-senyum. Naomi curiga ada yang tidak beres dengan kedatangan ibunda ratu ke kamarnya sekarang. Melihat dari wajahnya yang tidak ada prihatinnya sedikitpun dengan penderitaan putrinya itu, Naomi mulai memikirkan kemungkinan terburuk dari rencana yang akan di sampaikan oleh ibunya itu. “Apanya yang mendukung sih Bun, putri semata wayangnya lagi merana putus cinta gini bunda malah senyum-senyum kegirangan. Naomi anak bunda apa anak pungut sih sebenarnya.” Sungut Naomi kesal. Kevin cengengesan menyaksikan obrolan Naomi dan ibunya itu. Selama Kevin gentayangan baru kali ini menemukan jenis kebahagiaan untuk manusia yang berbeda. Biasanya dia menyaksikan kebahagian dalam takaran kepemilikan uang, pembelian hadiah atau sepasang kekasih yang di mabuk cinta. Tapi rupanya kebahagiaan bagi manusia itu sederhana. Memiliki keluarga, teman atau saudara yang baik, lucu, dan menyenangkan contohnya seperti Naomi dan Dirga bisa membuatnya tertawa begitu lepas dan bahagia. Rupanya selama ini masalah yang ada di manusia hanya tentang tidak adanya rasa syukur dan keserakahan saja. Kevin mulai merasa iri pada orang-orang yang berada di sekitar Naomi. Pasti akan menyenangkan berada di sekitar wanita yang menyenangkan, lucu dan baik seperti si mulut pedas itu. Dirga beruntung sekali bisa mengganggunya setiap hari. Seandainya saja Kevin memiliki kesempatan untuk hidup sekali lagi dia tidak akan menyia-nyiakannya dan akan menganal Naomi lebih jauh dan lebih dekat sebagai manusia bukan sebagai hantu seperti sekarang. Memikirkan hal itu tanpa terasa membuat matanya berkaca-kaca dan itu terlihat oleh mata Naomi. “Bunda mau kenalin kamu sama anaknya temen bunda. Dia ganteng, dan mapan. Pokoknya dia cocok lah jadi calon kamu yang malas ini. Dia kaya dan banyak uang jadi kamu tinggal senang-senang aja nanti.” Ucap Jesika tanpa merasa berdosa, sementara Respon Naomi ternyata tidak se heboh yang Jesika harapkan. Padahal Jesika sengaja menggunakan kalimat matre itu agar putrinya menjadi heboh. Wajah Naomi justru tampak sedih membuat Jesika merasa bersalah. “Kok kamu malah sedih gini sih, maafin bunda yah tapi kamu temui dulu yah soalnya bunda udah janji.” Ucap Jesika lagi. Padahal Naomi sedih bukan karena ucapan Jesika tapi karena melihat Kevin tampak berkaca-kaca sebelum pergi menembus tembok dan hilangg dari pandangan Naomi. “Hah, tadi bunda bilang apa sih?” “Jadi dari tadi kamu gak perhatiin bunda?” Naomi menggeleng. Jesika mendesah kesal. Sementara Dirga yang mendengarkan di balik pintu seketika terdiam mengetahui kak Nom-Nomnya akan dijodohkan. Dia memtuskan untuk tidak melanjutkan acara keponya itu dan memilih untuk melipir keluar rumah mencari udara segar. “Bunda mau jodohin kamu sama anak temen bunda. Dia tajir, mapan dan tampan.” Ucap Jesika lagi. Naomi terbelalak mendengar berita buruk itu. “Whattt!!” Teriaknya lantang. “Fix aku anak tiri.” Tambah gadi itu lagi. Mengundang gelak tawa Jesika. “Pokoknya gak ada bantahan, kamu temuin dia dulu besok oke! Dah putri kesayangan bunda.” Ucap Jesika sebelum melipir keluar kamar Naomi tanpa rasa bersalah. Sementara Naomi masih melongo tanpa mampu berkata-kata lagi. Diganggu dua berondong sialan itu rupanya jauh lebih baik dibandingkan dijodohkan dengan laki-laki yang tidak dikenalnya. Mungkinkah ini kutukan? ***  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN