Lembar Keenam

1072 Kata
Naomi menghembuskan nafasnya lelah melihat Kevin yang tampak sedih dan terluka. Sementara Dirga sedang mengunyahkentang gorengnya tiada henti sejak tadi. Membuat gadis itu ingin bertriak, kenapa dia harus mengurusi dua berondong yang menyebalkan itu. "Ga menurut lo si Melody bohong gak?" Laki-laki itu menoleh. "Gue udah nanya ke salah satu mantan gebetan gue yang masih sekolah di SMA PANCAKARYA soal Kevin tapi belum dibales." Naomi manggut-manggut. Tumben sekali si tengik pintar. "Tadinya gue gak percaya kalau lo beneran liat si Kevin, tapi ngeliat reaksi si Melody gue jadi curiga." Tambah laki-laki itu lagi. Naomi mengangguk setuju, dia juga merasa bahwa Kevin tidak berbohong. Tapi Melodylah yang berbohong. "Udah lu gak usah pasang muka sok sedih gitu!" Kevin mengangguk dan mulai tersenyum. Merasa beruntung karena yang membantunya adalah wanita selembut dan sebaik Naomi. Sedangkan Dirga mulai terbiasa dengan dialog Naomi dan Kevin yang dulu selalu membuatnya merinding. "Tanyain sama si Kevin ada lagi nggak yang dia ingat selain si Melody?" Naomi langsung melirik Kevin dan laki-laki itu menggeleng. "Gue bahkan baru tahu namanya Melody sebelumnya tidak ingat." Naomi mengernyit. "Lalu darimana lo tahu kalau dia pacar lo?" Dirga lagi-lagi hanya melirik. Dunia memang sudah gila sekarang. Kak Nom-nom-nya yang paling realistis di dunia sekarang sedang berbicara dengan hantu. "Waktu gue gentayangan dan ketemu dia, ada beberapa ingatan yang muncul. Salah satunya saat dia bilang gue adalah pacarnya yang paling dia sayang." Kevin terliat sedih saat menjelaskannya. Membuat Naomi ikut merasa sedih. "Kemudian ponsel Dirga berbunyi. "Eh gue dapet nih. Katanya suruh cari orang yang bernama Akira dan Audrey. Mereka berdua kuliah di kampus Bonavita." Dirga mngernyit. Kenapa untuk mencari informasi tentang Kevin seperti sulit sekali. Semua orang seolah menutupinya. Siapa sebenarnya hantu itu? "Apaan sih orang-orang. Tinggal sebut aja Kevin ini siapa. Bertele-tele banget." Naomi memprotes dengan jengkel. "Kayaknya hantu lo bukan orang sembarangan deh." Dirga membuat kesimpulan yang diangguki Naomi. Kemudian senyum jahat tersungging di bibir gadis itu, membuat Dirga dan Kevin curiga. "Gue punya ide jahat buat cari tahu tentang Kevin." Dirga melirik dengan serius. Sementara Kevin mengernyit heran. "Gue curiga ide jahat lo ada hubungannya sama si cowok mantan gebetan yang bareng Melody." Naomi tertawa. Dirga memang tepat sasaran. Karena selain Melody, Mereka yakin jika laki-laki itu juga mengenal siapa Kevin. "Namanya Abiyan Bagaskara. Dia pemilik perusahaan penerbitan temapat buku gue di produksi. Dan gue pernah punya kenangan buruk dengannya." Naomi tertawa jahat. Memikirkan akan mengerjai laki-laki itu sangat menyenangkan ternyata. "Bagaskara BBS group?" Mata Dirga membulat ketika menyebutkan nama perusahaan super power itu. "Iyah betul, gue dengar sih dia masih kerabat yang punya BBS group." Dirga terlonjak kemudian berdiri. Matanya melotot, mulutnya menganga. "Jangan-jangan hantu lo itu Kevin Bagaskara. Pewaris tunggal BBS group yang dua tahun lalu mengalami kecelakaan." Naomi ikut menganga. Kembali mengingat obrolan unfaedahnya dengan Dian dulu. Gadis itu meraih ponselnya kemudian mengetikan nama Kevin Bagaskara dengan gemetar. Setelahnya ponselnya terjatuh karena melihat foto yang sama dengan hantu yang dilihatnya. Dirga juga ikut menganga. "Gue kenal sama Kevin Bagaskara. Kalau emang bener itu dia." Kevin dan Naomi sama-sama melotot ke arah Dirga. Naomi mengangguk dengan takut-takut. "Dia meninggal kecelakaan setelah mengambil buku lo kak. Dia buru-buru mau berangkat sekolah, soalnya ceweknya fans berat buku lo." Naomi seperti kehilangan pasokan udaranya. "Gue gak tahu kalau cewek dia si Melody, tapi waktu itu dia nanya sama gue dimana bisa dapetin buku lo selain di toko buku karena waktu itu belum rilis. Lalu gue sebutin perusahaan penerbitan lo dan dia kesana kemudian dijanjikan ambil buku pagi hari. Sepulangnya dari sana menuju ke sekolah dia kecelakaan." Naomi ingin pinsan. Matanya sudah berkaca-kaca. Badannya gemetaran. Bagaimana mungkin n****+ yang selama ini dibanggakannya bisa membunuh seseorang. "Buku gue yang mana?" Dirga sebenarnya tidak sanggup menceritakan ini pada kak Nom-nomnya. Karenanya sejak dulu dia diam saja. Tapi sekarang dia merasa perlu menjelaskan. "Write Your Story." Air mata Naomi jatuh. Kevin seperti membeku mengetahui kenyataan ini. Dan Dirga terlonjak sampai hampir terjungkal dari kursi karena akhirnya dia bisa melihat Kevin. Dan dia memang benar Kevin temannya yang meninggal dulu. Naomi beranjak dan berlari menuju kamarnya. "Jangan dikejar, biarkan dia sendiri!" Kevin kaget karena Dirga bisa tahu bahwa dia akan menyusul Naomi. Hingga tatapan mereka bertemu. "Lo kelihatan di mata gue Vin sekarang." Mata Kevin membulat. "Tapi bagaimana bisa?" Dirga tersenyum. Sudut matanya mengeluarkan air mata. Bagaimanapun melihat kembali seorang teman yang sudah tiada itu rasanya seperti tidak percaya. Dan Dirga mulai mengerti kenapa arwah Kevin muncul dalam kehidupan Naomi dan Dirga. Karena mungkin saja, penyebab kecelakaan itu adalah mereka berdua. "Sepertinya gue dan Naomi berhubungan dengan kematian lo. Karena itu kita saling terhubung." Kevin kembali duduk dan tampak sedih. "Kak Naomi pasti sedih sekali. Padahal jika memang seperti itu ceritanya gue gak akan nyalahin lo berdua." Kevin orang baik, Dirga tahu itu. Mereka dulu akrab sebagai junior dan senior. Dan jika sekarang dia diberi kesempatan untuk menolong Kevin maka Dirga tidak akan menolak. "Karena itu gue tidak mengatakannya dulu. Tapi bagaimanapun lo ada di sini dan kita harus ungkap semua rahasianya. Mungkin saja rahasia itu bisa bantu lo biar gak gentayangan terus." Kalimat Dirga diangguki Kevin. Tapi laki-laki itu tampak sedih. Karena sangat menyenagkan rasanya berada di dekat Naomi dan Dirga. Untuk pertama kalinya keinginan untuk hidup kembali begitu besar. "Jika inget kak Naomi gue pengen hidup lebih lama. Gue iri sama lo karena bisa gangguin dia tiap hari. Harusnya dulu waktu gue masih hiduplo kenalin gue sama dia." Dirga terkekeh. Menangkap dengan jelas raut wajah sedih yang ditampilkan Kevin. "Biarin si mulut pedas itu sendirian dulu, nanti kita bicara sama-sama." Kevin mengangguk. "Dirga kamu udah mulai gila yah gaul sama Naomi? Ngomong sendiri siang bolong?" Dirga meringis melihat tante Jesika memandangnya dngan heran. Otaknya berpikir dengan cepat untuk mencari alasan. "Eh tante cantik udah pulang, Dirga lagi latihan dialog dong kan mau ikutan casting." Jesika mencebik kemudian menghampiri Dirga dan duduk di salah satu sofa. Hampir saja menduduki Kevin jika laki-laki itu tidak cepat menyingkir. "Kamu mau jadi artis? Artis apa? Sinetron?" Dirga tersenyum dengan bangga. "Artis layar lebar dong. Film horor tante. Judulnya Hantu Kamar Perawan." Kevin tertawa begitu pula dengan Jesika. "Tante tahu kamu cocoknya jadi apanya." Dirga menyimak sambil tertarik. Mulutnya sudah menyunggingkan senyum semanis madu. "Jadi apa tante?" Jesika tersenyum geli. "Jadi Satpam rumahnya." Jesika tertawa membahana begitupula Kevin. Dirga cemberut karena kesal. "Masa ganteng gini jadi satpam." Protesnya. Kedua orang beda dunia itu tertawa lagi. Dasar ibu dan anak tak ada bedanya. Sama-sama bermulut pedas. Untung Dirga sayang. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN