Bab 10. Utang Cinta Di Masa Lalu

1047 Kata
Alexander Henrick berdiri di depan pintu pagar tinggi di rumah kekasihnya berusaha untuk memohon maaf. Dia telah membuat kesalahan besar yang menghancurkan segalanya. Alex seharusnya menikahi kekasihnya, Fianora Gunawan minggu depan. Semua telah disusun rapi api semuanya jadi berantakan gara-gara kebodohannya yang lemah pada rayuan. Saat tidak dibukakan pintu pagar tinggi itu, Alex pun menghubungi nomor ponsel Nora sekali lagi. Sayangnya ia masih tidak mau mengangkatnya. "Tolong angkat teleponnya!" rutuk Alex mendengus kesal untuk semua panggilan yang ditolak Nora selama dua hari ini. "b******k!" umpat Alex mencoba lagi. Kali ini Nora bahkan mematikan total ponselnya. "Dasar sialan!!" teriak Alex mengepalkan tangannya mengutuk dengan marah. Alex adalah pria yang temperamental dan tidak bisa mengatur emosinya. Akibatnya, ia menendang pagar besi tersebut dengan marah sampai membuat suara keras. "Nora ... kamu harus bicara denganku!" teriaknya sekeras mungkin dari balik jeruji gerbang megah di rumah mewah keluarga Gunawan. Alex membuat keributan untuk menarik perhatian Fianora yang berada di dalam agar dia mau keluar untuk menemuinya. Namun sayangnya, hal itu juga mendapat perhatian dari ayah Nora yaitu Emil Gunawan. Dengan raut kesal, ia berjalan dari lobi utama ke gerbang depan sambil berkacak pinggang untuk menemui Alex. "Apa yang kamu lakukan di sini?" seru Emil membentak Alex dengan nada yang cukup keras. Ia terlihat sangat tidak suka dengan mantan calon menantunya itu. "Tolong, Pak. Biarkan aku bertemu dengan Nora. Dia memutuskan hubungan kami begitu saja!" Alex menjawab dengan setengah memohon kepada Emil. Emil berdesis dan terkekeh sinis lalu mendekat. "Jangan berpikir untuk bertemu dengannya lagi setelah apa yang kamu lakukan, Alexander!" sahut Emil menggeram marah sekaligus ingin mengusirnya. Nyatanya hal itu tidaklah diterima dengan baik. Alex malah makin marah. Dia tidak bisa mengontrol emosinya lagi dan balik mengamuk. "Seharusnya kau tahu tempatmu, orang tua!" bentak Alex kehilangan rasa hormatnya. Ia menyalak dengan mata melotot dan wajah merahnya. Dia sangat marah dan bisa saja menghancurkan semua yang ada di depannya. "Jika bukan karena perusahaan dan uangku, perusahaanmu tidak akan bisa bertahan di dunia bisnis. Kau seharusnya ingat bahwa perusahaanmu adalah perusahaan kecil. Kau akan segera mati dengan utang-utangmu yang akan jatuh tempo!” sambung Alex masih melanjutkan amukannya dan membual atas bantuan yang ia berikan untuk perusahaan milik Emil selama ini. "Kamu mau coba-coba mengancam saya?" sahut Emil tidak terlihat gentar sama sekali. Ia tahu seperti apa harus menghadapi pemuda seperti Alex. Lagi pula, Emil memiliki jaring pengaman lain yaitu perusahaan lain yang akan membantunya melunasi utang-utangnya. "Anggap saja begitu!" sahut Alex dengan congkaknya seperti biasa. Emil menyeringai pada keangkuhan Alex yang terlalu tinggi. "Kamu benar-benar tidak punya sopan santun. Ternyata putra keluarga Henrick bahkan tidak tahu caranya berbicara pada orang yang lebih tua. Pantas saja. Nora memutuskan hubungan dengan kamu!” tukas Emil memojokkan Alex. Alex menggeram kesal gara-gara itu. “Jangan menghinaku, Pak Emil! Kau tidak tahu apa yang bisa aku lakukan untuk menghancurkan perusahaanmu. Jika kau tidak mengizinkan aku masuk, aku akan menghentikan semua pendanaan dari HG untukmu!” ancam Alex masih dengan sikapnya. “Silakan, hentikan saja pendanaannya. Saya sudah menandatangani perjanjian dengan perusahaan lain. Jadi kamu boleh pergi dan mencari pasangan lain. Sementara itu, putri saya akan menikah dengan pria yang lebih cocok untuknya. Seorang pria dengan hati yang baik dan rasa hormat pada yang lebih tua." Emil tidak mau membuang waktunya dengan meladeni Alex. Ia berbalik pergi dan meninggalkan Alex yang tidak bisa menerima perlakuan Emil Hendrawan padanya. Dengan penuh kemarahan, Alex lantas menendang pagar besi itu lebih keras sehingga membuat suara ribut yang terdengar sampai ke dalam. Sambil mengambil napas dan terengah, Alex melirik ke lantai dua rumah mewah tersebut. Dia bisa melihat Nora mengintip dari tirai jendelanya di kamarnya. Gadis itu mengawasinya dan menyaksikan seperti apa Alex mengamuk. Pandangan mereka saling menatap setidaknya hampir tiga puluh detik sebelum Alex akhirnya memutuskan untuk kembali ke mobil. Tapi sebelum dia masuk ke dalam, Alex meninju atap mobil dengan marah dengan rahang mengeras. "Aku akan kembali untuk mengambil apa yang menjadi milikku. Aku tidak akan pernah membiarkanmu pergi, Nora!" geramnya sebelum menarik pegangan pintu dan masuk ke dalam. Alex akhirnya pergi dari rumah Fianora dengan tangan kosong. Di kamar tidurnya, Nora kemudian menutup tirainya kembali. Ia berjalan ke arah ranjang dan duduk untuk memikirkan kehidupan cintanya yang menyedihkan. Nora mengira jika dia telah menemukan cinta terakhir tetapi ternyata akhirnya begitu menyakitkan. Air mata itu tidak akan pernah mau berhenti. Nora tidak tahan dengan perasaan terluka di dalam hatinya. Cinta beracun yang dimiliki Alex Henrick untuknya telah menyakitinya. Terlebih perbuatannya yang tidak mungkin dimaafkan Nora membuatnya menarik diri dari hubungan tersebut. Satu minggu sebelum mereka meresmikan hubungan tersebut, Nora mengetahui bahwa Alex telah menghamili seorang wanita gara-gara sebuah pesta bisnis. Yang membuat Nora makin marah pada Alex adalah karena pria itu malah menyalahkan alkohol alih-alih bertanggung jawab dengan kehamilan tersebut. Alex malah berniat menggugurkan kandungan wanita tersebut demi bisa kembali pada Nora. Tentu saja, Nora menolak. Selain itu belakangan diketahui jika wanita hamil tersebut adalah salah satu simpanan Alex bermain dengan fantasi fetisme. Hal itu membuat Nora mundur. Ia memutuskan untuk meninggalkan Alex setelah mengetahui rahasia dan kehamilan tersebut. Kini setelah 17 tahun berlalu, nyatanya Alex tidak melepaskan Nora sama sekali. Ia mencari cara menemukan Nora dan menjebaknya. “Jangan gila, Alex. Kita sudah punya kehidupan sendiri!” Alex malah terkekeh dengan sikapnya yang mengejek. Ia menggelengkan pelan tanpa melepaskan pandangan matanya dari Nora yang membencinya. “Huh? Kamu pikir begitu?” balas Alex dengan nada sinis. Kening Nora mengernyit dan ia menarik keras lagi lengannya dari Alex. Ia tidak akan membiarkan Alex kembali dan merusak semuanya. “Untuk apa kamu kemari, Alex?” sahut Nora menghardik tertahan pada Alex. Alex makin mendengus pelan dan masih sinis. “Tentu saja untuk memperkenalkan putraku dengan anakmu. Aku gak nyangka ternyata anak-anak kita berteman. Oh iya, mereka kan satu sekolah ya?” Alex menjawab seperti sedang menyindir Nora. Nora tertegun sesaat. Ia baru menyadari jika dirinya memindahkan putri kembarnya ke sebuah SMA swasta terkenal. Ternyata hal itulah yang membuat Alex kembali mendekat. Setelah ia mengetahui tentang Fianora dan keluarga barunya yang kembali ke Jakarta. “Apa mau kamu?” Nora bertanya dengan nada rendah dan pandangan tajam tidak suka. “Tentu saja menjalin hubungan baru denganmu.” “Aku pikir kamu tulus memperkenalkan anakmu,” sahut Nora dengan pandangan tak percaya. Alex kembali mendekat satu langkah tanpa melepaskan pandangannya pada Nora.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN