Jika hubungan Luna dan Alexander digambarkan sebagai gunung es terdingin yang pernah ada, maka begitu pula dengan Arsenio. Sekalipun Luna sangat mencintai putranya Arsenio, tapi sang anak tidak memiliki ikatan hangat dengan ibunya seperti anak kebanyakan. Arsenio selalu merasa ada yang salah dengan keluarganya. Saat Arsenio melihat ibunya memohon seperti itu, ia jadi membesarkan matanya. Alex yang tidak ingin disentuh oleh Luna, refleks ia mendorong Luna. “Ngapain kamu pegang aku?” hardik Alex tidak sadar. Luna ikut kaget dan langsung menjauh meminta maaf. “Maaf, Mas. Aku gak sengaja. Aku ....” “Sudah!” bentak Alex langsung membuang muka. Sekarang ia beralih pada Arsenio. Matanya melotot meski sesungguhnya ia menutupi kegugupan setelah Luna menyentuhnya. “Kamu harus menyelesaikan