Aku, Kau, dan Dia bagian 2

911 Kata
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Rhea masih berkutat dengan laporan deadlinenya. Diruang divisi IT Support Officer, hanya tinggal Rhea dan Reyhan yang bertahan dengan pekerjaan mereka. Sesekali, Reyhan melirik pada Rhea yang tak melepas fokusnya pada layar laptop tanpa makan dan bahkan beranjak untuk mengambil minum sekalipun. Reyhan yang merasa khawatir tak bisa membiarkannya begitu saja. Pria itu berdiri dari kursinya dan berjalan menuju pantry untuk membuatkan segelas coklat panas dan roti panggang untuk Rhea. Hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja hingga semuanya selesai. Reyhan menaruh piring serta gelas tersebut diatas nampan dan membawanya ke kubikel Rhea. Rhea hanya menoleh sesaat setelah Reyhan menaruh nampan di atas mejanya. "Kamu dari tadi aku perhatiin gak makan atau minum sama sekali. Tadi siang ... " "Gak usah sok peduli, gue gak butuh perhatian lo!" potong Rhea dengan nada tinggi. "Rhe ... " lirih Reyhan. Rhea seketika menutup laptopnya dengan keras, beranjak dari kursinya dan mengambil tas dan ponselnya. Matanya sudah sangat panas, tetapi Rhea berusaha tetap terlihat tegar didepan Reyhan. "GUE ... GAK BUTUH PERHATIAN LO!!" tekan Rhea seraya pergi meninggalkan Reyhan. Rhea menekan tombol panah ke bawah, dan lift pun terbuka. Setelah masuk ke dalam lift, tangisnya pun pecah. Air mata yang sejak tadi dibendungnya, kini sudah tak dapat ia tahan lagi. Rasa sakit dihatinya takkan bisa diobati begitu saja. Kecewa, menyesal, kesal bercampur menjadi satu. Ponsel yang sedari tadi bergetarpun tak digubris olehnya. Pria yang dicintainya akan menikahi wanita lain. Pria yang dipercayainya malah mengkhianatinya. Semua mimpi yang sudah mereka bangun, harus hancur begitu saja, karena dia. *** Setibanya di apartement, Rhea melempar tas yang sedari tadi ditentengnya ke sembarang tempat. Gadis itu merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dan kembali menangis. Ponselnya kembali bergetar di sampingnya. Rhea menatap sesaat saat yang dilihatnya nama Shappira terpampang dilayar ponselnya. Rhea menggeser tombol hijau hingga panggilan pun terhubung. Rhea tak mengatakan apapun. Hadis itu masih terus terisak. "Rhea! Lo kenapa nangis?" Tanya Shap. Rhea mlah semakin terisak dan tak menjawab pertanyaan Shappira. "Rhe, gak lucu ah. Lo apaan sih diem gini? Lo kenapa?" cecar Shap. "Gue putus sama Reyhan," sahut Rhea disela tangisannya. "Putus? Kenapa? Bukannya lo sama Reyhan baik-baik aja?" tanya Shap. "Reyhan ... mutusin gue dengan sebuah surat." Rhea semakin terisak dan tak sanggup meneruskan perkataannya. "Surat?? Lo kalau ngomong yang jelas dong Rhe, gimana sih." "Reyhan ngundang gue ke pesta pernikahannya, Sharap," lanjut Rhea yang akhirnya menumpahkan segala beban dalam hatinya. "b*****t emang si Reyhan. Sepulang gue ke Indonesia, gue bakal datengin tuh kadal mesir," Maki Shap. Kini Rhea mulai tenang, tangisnya pun sudah mulai berhenti. Hanya sesekali air matanya terjatuh dalam diam. "Emang awalnya gimana, lo emang gak tau dia mau nikah sama cewek lain?" tanya Shap. "Kita gak gimana-gimana, Shap. Kita bahkan biasa aja, malam minggu kemarin gue sama dia malah nonton bareng. Gak ada bahasan soal dia mau nikah atau gimana. Padahal, hari ini tepat hari jadi kita yang ke dua tahun. Dan gue dapet kejutan yang sangat spesial dari dia. Gue bener-bener nyesel Shap, udah sayang sama dia," lirih Rhea. "Lo yang sabar iya, gue tau semua ini berat banget buat lo. Gue cuma bisa semangatin lo buat bisa move on. Gak gampang emang, tapi setidaknya lo harus berusaha. Jangan pernah memperlihatkan sisi lemah lo didepan dia. Lo harus buktiin, lo bahkan bisa hidup tanpa dia. " ujar Shap berusaha menenangkan dan menasehati Rhea. Rhea hanya mengangguk walau dia tau Shap takkan mungkin melihatnya. "Rhe, gue tutup dulu iya. Ada yang dateng. bhay ... " tutup Shap. Tepat setelah Shap mematikan panggilannya, ponsel Rhea kembali bergetar. Rhea menatap kosong layar ponsel yang menampilkan nama Reyhan disana. Namun, dengan keberanian yang terkumpul, Rhea menggeser tombol hijau dan panggilan pun terhubung. Hening ... Tak ada suara sedikitpun dari seberang telepon. Rhea beberapa kali menghela napas panjang, hingga akhirnya memberanikan diri membuka suara. "Ada apa?" tanya Rhea. "Rhe, maafin aku, Aku gak bermaksud buat nyakitin perasaan kamu ataupun buat kamu sedih. Semua ini udah diatur oleh keluarga dari aku dan Calista. Aku gak bisa nolak," Jelas Reyhan. Rhea mendengus sebal. "Kenapa glo gak bisa nolak?" "Jujur ... karena aku juga mencintai Calista," jawab Reyhan. "Semua yang lo ucapin sama gue, hanya ucapan bohong dari seorang pembohong kaya lo. Lo bilang, lo cinta sama gue, lo sayang sama gue, dan lo peduli sama gue! Tapi nyatanya ... gue bukan prioritas utama lo. Gue gak menampik bahwa lo emang cowok baik, cowok paling pengertian. Walaupun nyatanya, yang kini harus gue yakini ternyata lo cowok b******n yang pernah gue temuin. Gue emang kecewa sama lo, gue emang benci banget sama lo, tapi gue akan menerima keputusan ini, karena gue yakin, Tuhan udah mempersiapkan hadiah paling indah buat gue. Tuhan punya rencana, karena lo bukan yang terbaik buat hidup gue," tekan Rhea panjang lebar seraya menutup panggilannya. Lega ... Sangat lega. Kini rasa sakit Rhea mulai perlahan terobati. Gadis itu menghela napasnya panjang, lalu meraih bingkai foto diatas nakasnya. Ia mengusap lembut wajah sahabat kecilnya dalam foto. Setetes air mata terjatuh diatas foto tersebut. "Andai aja, lo ada disini Ris. Gue yakin. lo bakal jadi sandaran paling nyaman saat keadaan seperti ini. Gue bener-bener kangen sama lo, Oris. Lo dimana? Gimana kabar lo? Kenapa lo tiba-tiba ngilang gitu aja?" lirih Rhea yang kemudian mendekap foto tersebut. *** Dilain tempat, sebuah mobil sport berhenti tepat di halaman rumah besar bernuansa gold. Seorang pria mengenakan setelan jas navy, keluar melalui pintu kemudi. Pria itu melepas kacamata hitamnya dan menentengnya lalu berjalan masuk ke dalam rumah. Seorang pelayan menghampirinya dan mengangguk memberi hormat. "Anda sudah tiba, tuan Auberon," sambut Bella. Pria itu hanya tersenyum menanggapinya, dan kembali berjalan masuk ke kamarnya. Ya ... Pria itu, Oris Auberon. Sahabat kecil Rhea yang kini menjadi penerus perusahaan sang Ayah, ShadowTech. *** 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN