Esha merentangkan tangannya,ia menghela nafasnya,Arjuna sepertinya berniat membuatnya menyerah.Sejak pagi pria itu terus saja memberikannya pekerjaan yang tak ada hentinya.Bahkan di saat jam istirahat pria itu memintanya membelikan makanan untuknya dan langsung membelinya, bukan delivery order.
"Mandaaaa...."
Esha menghela nafasnya,ini sudah entah ke berapa kalinya Arjuna memanggilnya dengan berteriak bukan menggunakan interkom yang ada di mejanya.
Dengan malas Esha bangkit dari duduknya lalu melangkah menuju ruangan bosnya yang sebenarnya baik hati tapi kini menjadi pria yang sangat arogan.
"Ya pak... " Ujar Esha berusaha seprofesional mungkin.
Arjuna menatap Esha yang hari ini memakai rok span hitam, kemeja putih di padukan dengan blazer berwarna hitam. Arjuna menghela nafasnya, penampilan Esha sangat monoton sekali, padahal Arjuna ingat jika wanita di depannya terlihat sangat cantik waktu itu, saat mereka bertemu di taman saat olahraga minggu pagi,gadis itu tampak begitu mempesona dengan pakaian warna merah muda.
"Aku butuh minuman dingin." Ujar Arjuna.
"Baik pak, akan saya buatkan." Esha berbalik namun baru berapa langkah ia kembali berbalik menghadap Arjuna,"Maaf pak, minuman dingin apa yang anda mau? "
Arjuna nampak berfikir, "Menurutmu apa yang segar dan enak? "
Esha nampak berfikir,"Bagaimana jika es jeruk? "
Arjuna lalu mengangguk,"Boleh tapi ingat gula rendah kalori."
Esha mengangguk lalu undur diri dan segera membuatkan minuman yang di minta Arjuna.
Sepeninggal Esha Arjuna menghela nafasnya, "Dia terlihat sangat sabar. Hais... apa yang harus aku lakukan supaya dia mengundurkan diri?"
...
Esha telah selesai mengerjakan semua tugasnya. Merentangkan kedua tangannya lalu memijatnya pelan. Menghembuskan nafasnya lega Esha melirik jam di pergelangan tangannya.
"Astaga... sudah jam 10 malam, bagaimana ini, sudah tak ada bus apa lagi angkot. "
Esha langsung menunduk sedih, Arjuna sudah sangat menyebalkan memintanya lembur sampai pekerjaannya selesai, sementara dia pulang lebih awal.
"Sudah lah Sa, Bereskan barangmu lalu cari taksi, ya meskipun sayang sekali uangnya, dari kantor sini sampai kosan bisa habis lebih dari 50rb, ah jatah uang makanku buat besok."Gumam Esha sedih.
Selesai mengemasi barangnya Esha langsung beranjak untuk turun dari lantai di mana hanya ada ruangan bosnya dan meja kerjanya itu, sedikit horor memang tapi Esha bukan gadis penakut pada hal-hal seperti itu. Dari pada takut pada hantu, Esha lebih takut pada manusia yang bisa saja berniat jahat padanya.
Seperti saat ini, Esha berdiri di halte depan perusahaannya sendiri, tak ada taksi kosong yang lewat,Mau pesan ojek online ponselnya telah kehabisan daya sejak sore, maklum ponsel Esha sudah lama ia miliki yaitu sejak ia duduk di kelas 3 SMA, hadiah ulang tahun dari mendiang ayah tercinta, maka dari itu Esha sangat enggan menggantinya.
Esha mulai risih dengan orang-orang yang melewatinya,mereka ada yang menatap iba, juga entah lah...
Angin malam berhembus semakin dingin,Esha merapatkan blazer yang ia gunakan.Esha semakin gelisah saat suara petir mulai menggelegar, "Astaga, sebentar lagi hujan. " Gumamnya,"Ya Tuhan aku harus bagaimana, jarak ke kosan lebih dari 5 km, bagaimana caranya aku pulang sekarang."
Saat seperti ini Esha teringat pada keluarganya, ia merasa sendirian,tak ada yang memberi perhatian padanya. Esha rindu ayahnya yang dulu setia menjemputnya saat ia bermain di tempat temannya.Esha rindu Willy yang selalu ada untuknya.Esha tak bisa menahan sedihnya, air matanya menggenang mengingat dua orang yang selalu ada untuknya kini tak lagi ada di sampingnya.
Sementara tak jauh dari Esha berdiri ada sebuah mobil Ranger Rover baru saja berhenti. Ada seorang pria di dalamnya yang tampak bimbang sambil menggigit kuku jari tangannya.Dia adalah Arjuna. Pria itu baru saja selesai mengerjakan pekerjaannya di dalam ruang kerja apartemennya saat ia mendapat panggilan telepon dari salah seorang security perusahaannya yang memang ia mintai tolong siang tadi untuk mengawasi sekretarisnya.
Arjuna tak menyangka jika Esha akan lembur hingga selarut ini,"Dasar bodoh, apa dia tidak bisa memesan taksi. " Gumam Arjuna.
Di lihatnya hujan mulai turun. Arjuna menghela nafasnya,Lalu ia menyalakan mobilnya dan melajukannya ke arah sekretarisnya.
Tin....
Esha mengerutkan keningnya saat ada sebuah mobil mewah yang berhenti di depannya,merasa takut ia memundurkan langkahnya.Terlebih hujan mulai turun lebat.
Arjuna melihat sekretarisnya terlihat ketakutan,"Dasar bodoh..."Gerutu Arjuna, ia langsung membuka jendela pintu di sebelah kursi penumpang sebelahnya.
"MASUK... " Teriak Arjuna supaya suaranya tak kalah dengan suara hujan.
Esha tampak kebingungan lalu menggeleng membuat Arjuna merasa kesal.
"Astaga, gadis itu." Kesal Arjuna ia segera turun keluar dari mobil dan menghampiri Esha tak peduli tubuhnya basah terguyur hujan.
"Apa kau tuli hah?Aku bilang masuk, ini sudah malam, hujan mau pulang tidak?" Ujar Arjuna dengan kesal.
"Maaf pak tapi... " Belum selesai Esha bicara Arjuna sudah menariknya masuk ke dalam mobilnya lalu segera menutup pintu setelah di pastikan Esha duduk dan ia memasang seatbeltnya.
Esha kebingungan melihat sikap bosnya. Di lihatnya Arjuna baru saja memasuki mobilnya dengan keadaan basah kuyup.Pria itu hanya mengenakan celana bahan dan kemeja hitam yang kini telah basah.
"Anda jadi basah pak."Ujar Esha.
Arjuna tak menjawabnya ia langsung melajukan mobilnya menuju kosan tempat Sekretarisnya tinggal.
"Hatchiiihhh.... "
Esha langsung menoleh melihat Arjuna bersin, seketika ia merasa tidak enak, pria di sebelahnya mungkin tak terbiasa terkena air hujan hingga ia langsung terkena flu saat ini.
Tak lama kemudian Arjuna menghentikan mobilnya tepat di depan kosan Esha, pria itu pernah mengantarnya waktu itu.
"Hatchihhhhh... " Lagi Arjuna bersin membuat Esha merasa tidak enak.
"Maaf pak, apa anda mau mampir untuk mengeringkan tubuh bapak supaya lebih hangat, saya bisa membuatkan teh hangat untuk anda. "
Arjuna mengetatkan rahangnya, "Kamu mau mencoba menggodaku iya?" Ucapnya dengan nada sinis.
Esha mengerutkan keningnya ia tak menyangka jika niat baiknya di salah artikan oleh Arjuna.
"Tidak sama sekali pak,anda bersin-bersin sejak tadi, jika di biarkan anda akan terkena flu nanti. "
Arjuna tampak menimbang tawaran Esha lalu ia mengangguk,"Ya sudah. "Arjuna tampak mengambil sebuah paperbag di kursi belakang, ada sebuah kaos dan celana pendek yang memang selalu ia sediakan di mobilnya.
Hujan masih turun meski sudah tak sederas tadi. Esha segera membuka kunci kos miliknya, sementara beberapa kos di sebelahnya sudah tampak sepi mengingat jam sudah pukul 11 malam.
"Silahkan masuk pak. " Ujar Esha
Arjuna mengangguk lalu masuk ke dalam kosan kecil milik Esha, di lihatnya tempat itu cukup rapi.
"Itu kamar mandinya pak, silahkan bapak pakai dulu. "Tunjuk Esha pada pintu kamar mandi di sebelah dapur kecil di ujung ruangan.
"Lalu kamu? "Tanya Arjuna.
"Saya tidak sebasah bapak, saya bisa mengganti baju di sini saat bapak ada di kamar mandi kan. "
Arjuna mengangguk lalu segera masuk ke kamar mandi untuk membilas tubuhnya dan berganti pakaian.
Sementara Esha segera membuat teh manis hangat untuk bosnya itu.
Arjuna keluar dari kamar mandi sudah rapi dengan kaos putih dan celana pendek Berwarna coklat. Rambut hitamnya ia gosok dengan handuk kecil miliknya.
"Sudah selesai pak itu di meja dekat TV sudah saya buatkan teh hangat manis. "
Arjuna mengangguk ,"Kamu sedang buat apa? " Tanya Arjuna penasaran.
"Oh, saya belum makan malam, ini mau buat mie instan. "
Arjuna mengangguk lalu melangkah menuju teh hangat miliknya. Di lihatnya tak ada tempat duduk di sana kecuali sebuah ranjang berukuran single bad dengan seprei dan selimut berwarna merah muda.
"Kamu tidak menawariku mie juga. "
.
.
myAmymy