Rain Bowie

Part 11

Senin pagi yang cerah, jam 06.20 Rain sudah menginjakkan kakinya di sekolah. Tak seperti biasanya, hari ini Rain berangkat pagi sekali yaa apalagi kalau bukan karena Rani. Atasan Rani memintanya untuk datang pagi karena ada jadwal meeting yang mendadak diubah.

Koridor sekolah masih sangat sepi, hanya beberapa orang siswa dan cleaning service saja yang terlihat. Rain berjalan pelan, berharap jam di tangannya dapat berputar dengan cepat, sehingga ketika Rain masuk ke kelas teman temannya pun sudah ada.

Ah.. meskipun sudah berjalan pelan tetap saja ia sampai kelas di jam 06.26 hanya memakan waktu 6 menit. Dari luar kelas Rain sudah menduga pasti kelas masih kosong, terbukti dengan tidak adanya suara kegaduhan para siswa. Dengan langkah malas Rain masuk ke dalam kelasnya, dan tak Rain sangka ternyata ada seseorang yang sangat Rain kenali itu sudah duduk sambil membaca buku.

“Radafa? “ Panggil Rain.

“Radafa udah di kelas?”

Radafa menutup bukunya, beralih melihat Rain “Menurut lo?” Tanya Radafa datar.

“Hehehehe, Radafaaaaa.” Rain berlari ke tempat duduknya dan menaruh tasnya di kursi. Tak lupa juga ia membawa bekal yang sudah ia siapkan subuh tadi.

“Radafa, kita sarapan yuk.” Ajak Rain sembari membuka tutup bekalnya dan mengambil dua buah sandwich. Hari ini sandwich yang dibuat oleh Rain berbeda dari hari hari biasa. Rain membuat sandwich katsu sando dimana sandwich tersebut berisi daging ayam yang digoreng dengan panko dan ditambah dengan irisan kubis, juga tak lupa Rain menambahkan sedikit saus tomat dan mayonaise,  ini adalah sandwich resep asal negeri sakura, Jepang yang diajarkan oleh Rani, jadi ia ingin membuatkannya untuk Radafa juga.

“Hari ini Rain buat sandwich katsu sando. Nih, buat Radafa satu buat Rain juga satu.” Rain memberikan sandwichnya pada Radafa.

“Enak ga ?”

Radafa mengangguk pelan sebagai jawaban.

“Besok, Radafa mau Rain masakin apa?”

“Terserah lo.”

Mendengar jawaban Radafa seperti itu Rain langsung mencubit tangan Radafa. “Rain, apa apaan si?”

“Uhh.. Lagian Radafa nyebelin banget si, jadi Rain cubit.”

Pukul 06.40  sudah mulai banyak siswa yang datang, di kelas XI IPA 1 mungkin sudah setengahnya yang datang.

“Oiya, Rain punya tebak tebakan buat Radafa.”

“Oh...”

“Radafa nanti tebak ya. Pertanyaannya, kalo gajah terbang keliatan apanya?”

“Bohongnya.” Jawab Radafa langsung. Rain.... Rain.... itu jokes lamaa yang semua orang pun sudah tahu.

Rain tertawa pelan, “Hahaha... Radafa salah.”

“Terus apaan?

“Kalo gajah terbang ga keliatan apa apanya dong, soalnya dia terbangnya pake pesawat. Hihihi.” Jawab Rain yang diselingi dengan tawaan.

“Yes, 1 – 0, Rain 1  Radafa 0.” Ujar Rain dengan bangga. Sementara Radafa hanya diam melihat tingkah Rain. Jujur, jokes yang Rain berikan tadi memang tidak lucu.

“Pertanyaan kedua.”

Saat Rain akan melanjutkan ucapannya, Varo datang menghampiri mereka sambil mengendus ngendusi Radafa. “Gue nyium bau bau orang kasmaran nih.” Ujar Varo yang membuat Radafa merasa risi.

“Varo, emang kalo orang lagi kasmaran itu bakalan bau ya badannya?” Rain bertanya , kembali dengan wajah polosnya  dan hal itu sontak saja membuat Varo tak bisa menahan tawanya.

“HAHAHAHAHA.....”

“Rain........ Lo tuh yaa... hahaha.... gemesin banget si.” Ucap Varo sembari memegangi perutnya.

Pletakk

Dari belakang kepala Varo ditimpuki sebuah buku oleh Megan karena ia kesal dengan tawaan Varo yang menganggu telinganya. “Varo, lo bisa diem ga si? Berisik tau.” Teriak Megan dengan raut wajah kesal.

“Woy Megan, lo bisa ga si ngga main nimpuk kepala orang sembarangan?” Lawan Varo.

“Ohhh... Lo gamau gue timpuk kan? Makanya lo jangan berisik!”

Varo mendekati tempat duduk Megan. “Wah, elu ya..... masih pagi udah ngeselin.”  Kata Varo sambil menujuk nunjukkan jarinya ke hadapan wajah Megan.

“Lo yang ngeselin Varo!”  Tak mau kalah, Megan balik menunjuk nunjukkan jarinya ke wajah Varo.

“Lo!”

“Lo!”

“Lo!”

“Lo Varo!”

Varo diam sebentar sambil menyunggingkan senyum miringnya. “Iya, gue Varo. Emang kenapa?”

Megan menggeram menahan amarahnya. “Varo! Lo nyebelin!” Kata Megan seraya menginjak  keras kaki kanan Varo sampai sampai Varo mengaduh kesakitan.

Megan pun tersenyum bangga, yap kali ini dia adalah pemenangnya. “Sukurin lo.” Ejek Megan memeletkan lidahnya.

Radafa dan Rain, mereka hanya menyaksikan kelakuan kedua temannya.

“Oiya Radafa, yang Rain tanyain tadi belum dijawab.” Ucap Rain membuat Radafa bingung.

“Yang mana?”

“Yang tentang orang lagi kasmaran tuh.... emang bener ya badannya bau?” Setelah mengucapkan itu Rain mengendus ngendusi tubuh Radafa layaknya kucing yang sedang diberi makanan. “Tapi Radafa wangi, berarti Radafa lagi ngga kasmaran ya?” tambahnya.

Radafa menggertkakkan giginya, baru saja Varo membuat moodnya buruk, ditambah lagi dengan Rain yang membuatnya semakin pusing dengan pertanyaan dan pernyataan konyolnya.

“Lo mending balik ke tempat duduk lo.”

Rain mengerucutkan bibirnya, melihat Radafa dengan tatapan mata kesal. Kenapa Radafa itu menyebalkan sekali si? Baru saja kemarin ia dan Radafa bersenang senang bersama, hari ini Radafa sudah kembali lagi ke sifat aslinya. Eh, ralat. Setiap hari Radafa memang selalu menyebalkan. Sudah ah, Rain pun memutuskan untuk kembali ke kursinya saja.

“Udah pacarannya?” Tanya Megan saat melihat Rain sudah kembali ke tempat duduknya.

“Ihh.. Megan kenapa si? Rain ga pacaran ko sama Radafa.” Elaknya.

“Rain Bowie... Rain Bowie... Lihat nih akun i********: couple smansa lagi rame gara gara foto lo sama Radafa jalan di kotu.” Ujar Megan, ia menunjukkan foto Rain dan Radafa yang sedang bermain sepeda onthel di Kotu kemarin.

Rain membelalakan matanya, ia terkejut kenapa fotonya bisa ada di akun itu? Memang siapa juga orang yang sudah memotret Rain dan Radafa. Astaga... Rain sudah seperti artis dadakan saja.

“Lho, foto Rain ko bisa ada di situ si?”

“Biar gue jelasin ya Rain, di sekolah ini tuh ada akun yang khusus ngepost murid yang emang  famous couple gitu, gue gatau siapa adminnya dan gue juga gatau orang yang ngelola akun itu kenapa bisa aja dapet foto foto couple. Tapi yang jelas nih ya kalo  foto lo udah masuk akun itu, percaya sama gue lo bakalan jadi bahan omongan kakel ataupun adik kelas yang suka sama Radafa.” Jelas Megan.

Rain menganga, ia masih diam mencerna ucapan demi ucapan yang dilontarkan Megan. Ah... kenapa bisa jadi begini si? Menyebalkan sekali.

“Eh, ngomong ngomong baju lo lucu banget si Rain, gemes gue jadinya.” Puji Megan, dan yang dipuji hanya tersenyum tipis menanggapinya.

Bisa bisanya Megan memuji Rain disaat dia sedang bingung memikirkan penjelasan Megan tadi.

Kringgggggggggggggggggggggg

Bel berbunyi dengan sangat nyaring, jam pelajaran pertama dimulai. Bu Euis selaku guru pelajaran matematika masuk dengan beberapa buku yang sudah ditenteng olehnya.

“Selamat pagi anak – anak.” Sapa BU Euis ramah.

Serentak murid pun menjawab “Pagi Bu.............”

“Ya, kali ini kita akan mulai pelajaran dengan membahas  Bab mengenai  Program Linear. Dengan materi yang akan ibu jelaskan pada pertemuan ini adalah sistem pertidaksamaan linear dua variabel serta fungsi sasaran dan kendala dalam program linear.” Ujar Bu Euis, ia mulai menulis sesuatu di papan tulis untuk kemudian akan ia jelaskan pada muridnya.

Semua mata terfokus ke papan tulis, tak lupa telinga para murid  sudah dipasang dengan sebaik mungkin agar materi yang dijelaskan oleh Bu Euis tidak hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri.

“Coba kalian kerjakan kelima contoh soal yang sudah ibu tulis di depan. Satu soal ibu beri waktu 2 menit..” Perintahnya.

Dengan cepat semua murid pun serentak menulis dan langsung mengerjakanya.

“Ada yang sudah selesai?” Yap, belum ada 5 menit Bu Euis bertanya seperti itu, tentu saja pertaannya membuat murid yang lain tergesa gesa dalam mengerjakan soalnya. Aish.. apakah Bu Euis ini tidak bisa merasakan perasaan muridnya saat ini itu seperti apa?

6 menit berlalu, Megan yang masih berkutik di nomor 3 melirik ke sebelah Rain karena kini Rain sedang diam saja. “Rain, lo udah selesai emangnya? Ko diem aja si?” Cicit Megan pelan.

“Rain udah selesai Megan.” Balas Rain juga pelan.

“Ajarin gue dong, nomor 3 sampe 5 gimana?”

Rain agak mencondongkan tubuhnya ke kursi Megan, ia mulai menjelaskan satu demi satu soal yang Megan tanyakan. Hingga Megan pun dapat menyelesaikan 3 soal itu hanya dalam kurun waktu 2 menit saja.

“Ahhhhhhh Rain, makasih banyak ya. Untung lo baik, heheheh. Serius deh penjelasan lo tadi itu lebih bisa gue cerna.”

“Syukurlah kalo gitu, Rain senang dengarnya.” Balas Rain tersenyum.

“Ahhh Rain, tambah cinta gue sama lo.” Ungkap Megan seraya memeluk Rain.

“Megan... udah ah... Rain malu. Hihihi.”

3 jam berlalu dengan begitu cepat, Bu Euis sudah keluar kelas. Bel istirahat juga sudah berbunyi, disaat siswa dan siswi lainnya memilih untuk ke kantin, Rain malah memutuskan untuk pergi ke perpustakaan. Alasannya, karena Rain ingin mencari buku cerita bergenre scific dan meminjamnya untuk ia baca di rumah nanti.

“Banyak bukunya, Rain jadi bingung mau milih yang mana.” Gumam Rain, ia mengambil salah satu buku berjudul Gerbang Trinil karya Riawani Elyta dan Syila Fatar. Rain mulai membuka buka sekilas isi buku tersebut.

“Oh... Gerbang Trinil.” Ujar seseorang secara tiba tiba. Reflek, Rain pun membalikkan badannya untuk mengetahui siapa orang yang telah mengagetkannya.

“Bagas?”

“Halo ka, maaf pasti ngangetin ya?”

“Lumayan.”

Bagas melihat sekilas buku yang berada di tangan Rain. “Mau baca itu?”

“Mmm... Rain masih bingung. Ini lagi nyari nyari juga si.”

“Itu bagus ko ceritanya.”

“Bagas udah pernah baca?” Tanya Rain penasaran. Bagas mengangguk.

“Buku itu nyeritain tentang kehidupan di outer space kaya alien. Nah, si penulis buku ini menciptakan alien dari sekelompok Pithecanthropus Erectus yang datang ke bumi dan menyamar dari penduduk bumi. Mereka mempunya jalan rahasia yaitu gerbang yang ada di Museum Trinil yang akhirnya menguak gimana caranya mereka bisa berkembang biak dan bertahan di bumi.” Jelas Bagas.

“Bagas... ini spoiler banget tau, Rain jadi penasaran. Kalo gitu, Rain mau pinjem buku ini.” Balasnya mantap.

“Makasih ya Gas.” Ucap Rain saat mereka sudah berada di luar perpustakaan.

“Iya, sama sama ka.”

“Mmm... Ka Rain?” Sepeti menggantungkan ucapannya, Bagas terdiam sejenak.

“Aku mau nanya.”

“Nanya pelajaran lagi ya? Ayo sini Rain bantu.” Tebaknya.

Bagas menggeleng pelan. “Bukan Ka.”

“Terus apa?” Rain menautkan alisnya, bingung.

“Mmm... Ka Rain punya hubungan sama Ka Radafa?” Tanya Bagas hati hati dan dengan cepat Rain mengangguk.”Iya, kami punya hubungan.”

Deg

Jantung Bagas seakan akan merasa sakit, tak tahu kenapa selama ia mencintai seorang perempuan, baru Rain saja yang bisa membuatnya sesakit ini.

“Meskipun Radafa itu nyebelin. Tapi Rain sama Radafa berteman baikkkkkkk banget” Tambahnya.

Secerca harapan mungkin sudah muncul kembali saat Rain menambahkan kalimat yang ia ucapkan tadi. Bagas, dia tersenyum senang. Ia tahu, semua ucapan yang keluar dari mulut Rain itu memang tulus adanya. Ternyata foto yang ia lihat kemarin di akun i********: couple smansa hanyalah postingan yang memang hanya  digunakan untuk menambah feed mereka saja.  Berbagai pertanyaan yang ada di benaknya kini sudah terjawab. Yap, hari ini Bagas harus bisa berhenti untuk overthinking.  Jujur, Bagas sangat lega sekarang.