Setelah merasakan suaminya benar-benar terlelap di belakangnya, perlahan Arienne bangkit dari tidurnya.
Duduk bersandar di kepala tempat tidur, wanita itu menutupi tubuh polosnya dengan selimut dan menatap Gabriel yang sangat terlelap seperti bayi. Raut pria itu tenang dan mulutnya sedikit terbuka.
Tangan lentiknya mengusap-usap rambut tebal pria itu yang berwarna hitam selama beberapa saat. Pelan, ia menunduk dan mengecup kening suaminya penuh perasaan. Kedua matanya berair, ketika mengingat beberapa waktu lagi ia harus akan melepaskan lelaki ini untuk selamanya.
Arienne sangat ingin mempertahankan Gabriel di sisinya, tapi ia sangat tahu prioritas pria itu dalam hidupnya. Theodore Gabriel Hamilton adalah seorang pengusaha yang sangat ambisius. Yang ada di benaknya adalah untuk membesarkan usaha keluarganya. Menjadi semakin besar, dan semakin berkuasa. Saat ini, kesempatan itu tengah datang apalagi dengan runtuhnya kerajaan Dalton, membuat peluang itu terbuka semakin lebar.
Seringnya Gabriel berpergian ke luar negeri adalah untuk melebarkan sayapnya. Tidak banyak pengusaha dari Amerika yang mampu mengembangkan bisnisnya di negara asing seperti dirinya. Tapi ia mampu dan berpotensi untuk menjadi lebih besar lagi. Dan wanita itu tahu, kalau ia hanyalah satu dari sekian ratus prioritas yang ada di benak suaminya. Ia bahkan tidak yakin, kalau dirinya pun dapat memasuki urutan sepuluh besar dari apa yang menjadi hal penting bagi pria itu dalam hidupnya.
Kembali menyenderkan punggungnya, Arienne menghela nafas dan memandang cincin yang melingkari jari manisnya. Kedua alisnya berkerut dalam saat ia memutar-mutar pelan benda berwarna silver itu yang mengkilat, dan bertahtakan berlian di tangannya itu.
Pernikahannya yang memang sudah berantakan dari awal, akan sulit untuk ia perbaiki. Ia sangat sadar kalau penyebab retaknya hubungan mereka adalah karena kurangnya komunikasi, menyebabkan mispersepsi. Keduanya pun malah saling menghindar saat ada masalah agar tidak terjadi konflik, bukannya berusaha untuk mendekat dan berdiskusi untuk mencari solusinya.
Benar-benar pernikahan yang tidak sehat.
Wanita itu sebenarnya ingin mencoba memperbaiki hubungannya dengan suaminya tapi sepertinya, justru Gabriel-lah yang tampaknya sekarang sudah menyerah padanya. Mungkin, jalan jodohnya dengan pria ini memang hanya sampai di sini saja.
Perlahan, Arienne bangkit dari duduknya dan menuju kamar mandi. Di dalam, ia menghabiskan waktunya untuk membersihkan dirinya sambil menangis dalam diam. Ia memandang cerminan tubuhnya yang penuh dengan bekas-bekas c*mbuan dari suaminya karena percintaan mereka tadi. Mengusap perutnya yang datar, wanita itu berdoa dalam hati sambil menutup matanya erat.
Tuhan... Hanya satu keinginanku, berikanlah anak dari benihnya padaku... Aku akan mencintainya, seperti aku mencintai dirinya...
Selesai mandi, wanita itu duduk di meja rias dan menyisir rambutnya yang sudah mulai mengering. Ia juga mengusap kulitnya dengan lotion yang berbau harum, sebelum akhirnya melepaskan jubah mandinya asal dan langsung naik ke tempat tidur.
Merangkak menuju tubuh suaminya yang masih terlihat pulas, Arienne membuka selimut yang menutupi area pribadi pria itu dan menelan ludahnya.
Sedikit gemetar, wanita itu meraih aset suaminya yang masih melemas dan mulai mengusap-usapnya pelan.
Maafkan aku, Gabriel. Tapi aku harus melakukannya. Aku harus bisa memiliki anak darimu, sebelum kamu menendangku dari sisimu! Kamu yang memaksaku untuk melakukannya, Gabe. Kalau saja kamu tidak egois dan pergi besok lusa, aku akan membuat kenangan kita lebih romantis dan tidak terlupakan!
Hal yang dilakukannya, membuat suaminya mulai gelisah dalam tidurnya. Tubuh pria itu menggeliat pelan dan kedua alisnya yang hitam berkerut dalam.
Dengan nekat, Arienne mengulum senjata suaminya dan membuatnya basah serta licin. R*ngsangan yang cukup kuat itu akhirnya membuat kedua mata Gabriel bergetar membuka dan dalam keadaan masih mengantuk, pria itu menjadi terbata-bata ketika melihat kelakuan isterinya.
"Huh...? A- Anne...? Apa... Apa yang kamu lakukan...?"
Melepaskan aset pria itu dengan bunyi yang nyaring, Arienne mendekat pada suaminya sambil tangannya masih tetap memberikan elusan demi elusan yang mulai membuat otak Gabriel menjadi gila.
Suara wanita itu terdengar mend*sah saat ia memberikan kecupan-kecupan kecil di bibir suaminya dan juga area lehernya yang jenjang. "Aku ingin bercinta lagi denganmu, Gabe... Kamu mau kan...?"
"Huh...? Huh...?"
Meski h*srat mulai menjalar naik ke benak pria itu, tapi Gabriel masih dalam kondisi setengah sadar membuatnya belum dapat memiliki kontrol terhadap tubuhnya. Terutama karena sebelumnya pria itu telah kelelahan karena percintaan mereka yang luar biasa tadi.
Semakin mendekati wajah pria itu, Arienne menempelkan tubuhnya yang polos pada suaminya yang masih telentang tidak berdaya di bawahnya. "Bercintalah lagi denganku, Gabe... Aku menginginkanmu sekarang..."
Nafas Gabriel mulai terengah-engah, ketika isterinya dengan sangat pelan menciumi area selangkanya yang terbuka dan memberikan jilatan penuh n*su pada tubuhnya.
"Anne... Anne..."
Menutup matanya erat, dengan putus asa Arienne mengulum ujung d*da suaminya. Lelehan air mata mulai mengaliri pipinya yang merah muda dan semakin beringsut ke atas, wanita itu menangkup pipi suaminya yang mulai ditumbuhi bulu-bulu halus bakal jenggotnya.
Kedua mata hijau Arienne berkaca-kaca saat menatap mata hitam Gabriel yang sayu dan terlihat akal sehatnya mulai meninggalkan otaknya. Tangannya yang mungil mengelus pipi pria itu. "Gabe..."
Tanpa diduga, kedua tangan besar Gabriel mencengkeram pinggang ramping Arienne dan membalikkan tubuh wanita itu sehingga berada di bawahnya. Dengan cepat, pria itu menyatukan tubuh mereka dan mulai menggerakkan pinggulnya dengan cukup liar.
Mulutnya terlihat rakus menciumi wajah isterinya dan ia mencengkeram rambut pirang wanita itu sambil memandangnya intens. "Kamu membuatku gila, Anne...!"
Tubuh keduanya bergerak cepat dan semakin cepat. Arienne tersenyum saat balas menatap suaminya. Ia juga menjambak rambut pria itu dan membuat kepala Gabriel semakin mendekat pada isterinya. Dan dengan penuh rayuan, Arienne menjilat telinga lelaki itu dan membuatnya mend*sah.
"Kamu menyukainya, Gabe...? Kamu menyukai aku yang seperti ini? Liar dan tidak terkontrol? Atau kamu menyukai aku yang penurut seperti dulu?"
Pandangan Gabriel terlihat nanar saat menatap isterinya. Kedua matanya bergerak-gerak dan terlihat setitik emosi di dalamnya. "Aku menyukai kamu yang seperti ini, Anne... Aku suka kamu yang bebas seperti ini..."
Mendengar pengakuan itu, dengan penuh perasaan Arienne mencium suaminya dan lidah keduanya saling berdansa di dalam mulut masing-masing. Lelehan air di pipi wanita itu semakin deras, seiring dengan gerakan mereka yang semakin liar dan semakin cepat.
Dan tidak lama kemudian, keduanya merasakan ledakan yang luar biasa di tubuh mereka yang menyebabkan suami-isteri itu saling berteriak kencang dan semakin memeluk erat.
Badan Gabriel ambruk di atas tubuh isterinya dan pria itu segera bangkit, namun hanya untuk berbaring menyamping. Keringat membasahi keduanya dan mata hitam pria itu terpejam. Mulutnya sedikit terbuka ketika ia terengah-engah, berusaha mengatur nafasnya yang masih terasa berat.
Saat mata hitam itu terbuka, Gabriel menarik tubuh isterinya ke dalam pelukannya. Kembali, pria itu merasakan ketakutan mulai merayap tanpa sebab saat ini.
Meyurukkan kepalanya di d*da suaminya, Arienne memeluk punggung lebar pria itu dengan erat. Ia merasakan lelaki itu mengusap-usap rambut panjangnya dengan lembut, yang baru pertama kali ini dirasakannya semenjak ia menikah dengan suaminya ini.
"Kamu membuatku gila, Anne... Please, jangan memintaku untuk bercinta lagi malam ini... Aku sudah sangat lelah... Kamu sangat menguras energiku malam ini, Anne... Kita tidur saja ya... Masih ada hari esok, kan? Kamu mau kan, honey?"
Permohonan yang diutarakan dengan lemah itu membuat Arienne terkekeh pelan di pelukan suaminya dan ia mengangguk. "Tidurlah, Gabe. Terima kasih, hon. Sudah mau jadi priaku, malam ini."
Terasa kecupan yang dalam di kening Arienne. Kecupan yang pertama kali diberikan Gabriel padanya.
Sepertinya malam ini, sudah beberapa kali suaminya melakukan sesuatu untuk yang pertama kalinya bagi dirinya. Kesadaran ini membuat Arienne semakin memeluk erat Gabriel. Kembali, kedua mata hijaunya mengalirkan air di pipinya yang halus. Ia menyurukkan kepalanya di d*da pria itu dan menahan isaknya.
I love you, Gabe. I just wish you'll know that I love you very much...! I really love you, hon...