Chapter 7 - Explosion for the first time

1295 Kata
Malam itu seperti biasa, mereka makan malam dengan penuh sopan santun dan etiket. Setelah itu, keduanya pun tampak duduk di sofa sambil menonton acara di TV yang sebenarnya sama sekali tidak menjadi perhatian mereka. Benak suami-isteri itu penuh dengan berbagai macam pemikiran. "Apa rencanamu besok?" Sambil lalu Arienne bertanya pada suaminya yang sedang duduk di sebelahnya. "Tidak ada. Seharian sepertinya aku akan di rumah karena lusa aku ke luar negeri." Informasi itu membuat Arienne mengangguk singkat. Ia sudah terbiasa dengan jadwal Gabriel yang harus pergi di waktu week end, membuat keduanya cukup jarang menghabiskan waktu bersama di hari libur. "Ke mana sekarang ini?" "Amerika, kemudian Italia dan Perancis." Kembali kepala isterinya mengangguk. Ia bertanya lagi dengan pelan. "Berapa lama?" Ada jeda yang singkat sebelum akhirnya Gabriel menjawab pelan. "Sekitar tiga minggu." Jawaban itu membuat kepala Arienne berpaling dengan sangat cepat pada suaminya. "Tiga minggu? Tapi Gabe, kamu sudah berjanji kalau aku punya waktu satu bulan untuk bersamamu sebelum kita berpisah." Tuntutan isterinya membuat pandangan Gabriel yang tadinya masih tertuju ke TV berpaling menghadap isterinya. Tampak sorotnya yang dingin. "Aku harus menghadiri konferensi bisnis dan juga mengunjungi perusahaan HGC di sana. Aku juga ada janji temu dengan beberapa pengusaha. Kau sendiri tahu, kalau jadwalku selama ini cukup padat, Anne. Kenapa baru sekarang kau protes?" Saat melihat isterinya, baru kali ini Gabriel melihat adanya perubahan sorot mata wanita itu yang biasanya tampak dingin, perlahan mulai menampilkan percikan api di kedua matanya yang hijau. Terlihat wanita itu menggertakan giginya dan rautnya terlihat marah. "Kalau kamu mau tahu, Gabriel. Aku selalu protes setiap kamu pergi terlalu lama ke luar negeri! Pertemuan yang kamu bilang penting itu, sebenarnya masih bisa diwakilkan oleh asistenmu! Aku masih bisa mentolerir waktumu yang sangat sibuk di kantor, tapi aku tidak terima saat kamu mengingkari komitmenmu yang baru dibuat tidak sampai dua jam yang lalu, Gabe!?" Kata-kata isterinya yang sangat benar tapi terdengar sangat salah di telinganya yang sama sekali tidak pernah mendengar bantahan selama ini, membuat Gabriel sangat marah. Pria itu bangkit dari duduknya dan berdiri menghadap isterinya dengan bahu yang naik-turun, berusaha menguasai emosi dirinya yang mulai melingkupinya. Baru kali ini, mereka bertengkar setelah lima tahun bersama. "Pembicaraan ini sudah selesai. Aku tidak mau membahasnya lagi!" Dengan kaku, Gabriel meninggalkan isterinya yang masih membeku di sofa. Tampak jelas wanita itu sangat marah, karena tubuhnya terlihat bergetar halus. Saat pria itu membuka pintu kamarnya, tiba-tiba ia merasa tubuhnya didorong dengan sangat kencang dan membuatnya terhempas ke tempat tidur. Terlihat isterinya yang menimpanya di atas dan mencengkeram kemejanya dengan kuat. Pandangan mata hijaunya terlihat liar saat ini. Memegang kedua bahu mungil wanita itu, Gabriel berusaha mendorongnya tapi wanita itu masih bergeming dalam posisinya. Ia tidak mau menyakiti isterinya. "Anne!? Apa yang kau lakukan! Lepaskan aku!" Menggertakan giginya, Arienne semakin mencengkeram baju suaminya dan menggeram. "Kamu yang memintanya sendiri, Gabe...! Aku tidak pernah ingin melakukan ini, tapi kamu yang memintanya...!" Selesai mengatakan itu penuh kemarahan, wanita itu merobek kemeja suaminya dan membuat kedua mata hitam Gabriel membesar. Mulutnya terbuka, sama sekali tidak menyangka tindakan isterinya yang liar dan tidak terkontrol seperti ini. Pria itu berusaha menahan tangan-tangan isterinya yang dengan ganas melucuti pakaiannya dengan sangat kasar. Saat akhirnya tubuh lelaki itu polos, ia mengeluarkan jeritan tertahan ketika isterinya dengan buas menggenggam dan mer*mas asetnya. Sama sekali tidak ada kelembutan di dalamnya. Mata pria itu berair ketika ia menahan rasa nyeri yang mulai menyebar di area bawah tubuhnya, tapi baru saja ia akan mendorong isterinya, wanita itu tiba-tiba memberikan ciuman penuh kelaparan di bibirnya yang terbuka. Tanpa bisa menahannya, Gabriel mulai merasakan dorongan penuh n*fsu yang mulai merayap naik terutama ketika r*masan wanita itu perlahan berubah menjadi elusan penuh rayuan di bawahnya. "Egh... Hmmh... Ah... A- Anne..." Suara d*sahan dan c*mbuan terdengar sangat nyaring di kamar tidur itu. Gabriel pun mulai terlena dengan permainan isterinya dan membiarkan wanita itu berlaku sesukanya di atasnya. Melihat suaminya sudah sangat pasrah di bawahnya dan senjatanya telah siap untuk bertempur, Arienne menatap ke dalam mata hitam pria itu dan mengambil salah satu tangannya. Ia meletakkan telapak pria itu yang besar ke salah satu d*danya dan menuntunnya untuk memberikan elusan yang selama ini sangat diinginkannya. "R*mas tubuhku, Gabe... Buat aku merasa menjadi seorang wanita yang utuh... Aku akan melayanimu malam ini, kamu mau kan honey...?" Tanpa daya, pria itu hanya mengangguk lemah dan mulutnya pun telah berada di atas d*da wanita itu dan menghisapnya dengan rakus. Keduanya saling memeluk dengan sangat erat. Arienne dengan hati-hati memposisikan dirinya dan tubuh keduanya pun akhirnya menyatu sempurna. Baru kali ini, Arienne menggerakkan tubuhnya dengan lebih liar. Wanita itu bergerak dengan sangat bebas di atas tubuh suaminya, membuat pria itu hanya mampu memandang dengan takjub pada sosok isterinya yang terlihat seperti w*************a di atasnya. Kedua tangan besarnya yang ada di pinggul wanita itu mer*mas kuat, saat merasakan hentakan demi hentakan yang baru kali ini dirasakannya dari isterinya. Hal ini membuat l*bido Gabriel semakin meningkat dan pria itu pun terdorong untuk menggerakkan pinggulnya dengan lebih menggebu-gebu, berusaha mengimbangi gerakan isterinya. Pasangan itu seolah saling berlarian, berlomba untuk mencapai garis finish. Nafas keduanya terdengar terengah-engah dan suara tumbukan terdengar sangat nyaring saat Gabriel mengubah posisi mereka dan memeluk tubuh isterinya dari belakang. Kedua tangannya mer*mas kencang aset wanita itu dan ia menggigit pelan bahu isterinya, ketika merasakan pelepasan yang sangat luar biasa untuk pertama kalinya sejak ia bercinta dengan wanita ini lima tahun lalu. Isterinya terasa mer*mas kuat asetnya di dalam. "Erghhh... Ahhh... Anne...!?" Kedua tangan mungil Arienne pun mencengkeram pergelangan suaminya yang masih berada di d*danya dan kepala wanita itu menengadah penuh kepuasan, ketika ia pun mencapai puncaknya sendiri. Wanita itu terdengar menjerit untuk pertama kalinya dan entah kenapa, memberikan rasa senang pada suaminya. "Gabe...!? Gabe! Oh!?" Setelah pelepasan yang luar biasa itu, keduanya masih saling memeluk erat dengan nafas yang memburu dan jantung yang berdebar kencang. Kepala Gabriel berada di bahu isterinya dan ia mengecupinya pelan. Tangan besarnya terasa mengusap-usap lembut bahu isterinya yang berkeringat dan mengelus hasil perbuatannya tadi, yang meninggalkan bekas memerah di sana. Belum mau melepaskan wanita itu, lelaki itu malah semakin bergelung memeluk isterinya dengan erat. Kedua mata hitamnya pun menutup, saat ia mendengar pertanyaan pelan dari Arienne. "Kamu puas, Gabe...?" Kepala pria itu mengangguk dan ia menyurukkannya ke leher wanita itu. Gabriel mulai merasakan perasaan takut saat ini, yang berusaha untuk ditepisnya. "Ya... Terima kasih, Anne..." Pria itu sama sekali tidak tahu kalau kedua mata hijau Arienne sedang mengalirkan air saat ini, tapi bibirnya tersenyum bahagia. "Aku ingin melakukannya lagi, hon." Permintaan itu membuat Gabriel tersenyum dan sambil terkekeh pelan, ia mengecup leher isterinya yang berkeringat. "Beri aku jeda, honey. Aku butuh banyak energi untuk memuaskanmu nanti. Kamu liar sekali." Cara berbicara suaminya yang sedikit berubah, membuat kedua mata hijau Arienne menutup erat. Ia memeluk lengan suaminya yang masih ada di d*danya dan mengelusnya pelan. "Tidurlah, Gabe. Aku akan membangunkanmu nanti." Tidak lama, terdengar deru nafas yang teratur dari arah punggungnya. Suaminya telah tertidur pulas. Tapi Arienne masih menatap nyalang. Ia sama sekali tidak bisa menutup matanya. Waktunya hanya tinggal sedikit. Ia harus melakukan niatannya secepatnya, sebelum suaminya pergi meninggalkannya. Dulu Arienne setuju dengan keinginan suaminya untuk tidak memiliki anak. Ia bersedia untuk tidak memiliki keturunan asalkan bisa tetap bersama dengan pria itu. Tapi kini, ia berusaha untuk memiliki anak dari Gabriel. Arienne terlalu mencintai pria itu sehingga jika pun harus melepaskannya, setidaknya masih ada bagian dari suaminya yang akan dimilikinya nanti. Wanita itu sangat rela untuk melepaskan pria ini, bila hal itulah yang membuat suaminya bahagia. Ia juga tidak butuh pengakuan apapun dari suaminya. Ia akan membesarkan anaknya dengan penuh cinta, jauh dari pengalaman yang sudah pernah dialaminya dulu saat kecil. Apapun yang terjadi dengan pernikahannya di masa depan, Arienne akan tetap sangat mencintai anak dari benih pria itu nantinya, seperti ia yang telah mencintai lelaki itu selama ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN