Chapter 16 - The Hamilton family

1568 Kata
Terrence Gabriel Hamilton adalah nama Gabriel untuk bereinkarnasi yang ke-18 kalinya. Entah bagaimana caranya, tapi Michael telah mengatur agar seniornya itu selalu lahir kembali dalam keluarga Hamilton. Rekannya memilih keluarga Hamilton, karena takdir membawa keluarga ini untuk dapat tetap eksis di dunia sampai akhirnya kiamat menjemput semua mahluk yang ada di dalamnya. Keluarga Hamilton awalnya adalah keluarga petani yang tinggal di Amerika. Mereka memiliki lahan yang kemudian digarap menjadi kebun jagung yang menghasilkan. Hasil tani yang lumayan itu mulai dijual sedikit demi sedikit dan akhirnya membuat derajat keluarga Hamilton yang tadinya hanya petani miskin mulai terangkat, ketika sumber uang mereka mulai mengalir dengan derasnya. Nasib mereka itu sebenarnya mulai berubah karena campur tangan Gabriel yang bereinkarnasi pertama kali sebagai salah satu anak dari keluarga Hamilton. Dan dengan prakarsa dari Gabriel jugalah akhirnya keluarga Hamilton bermigrasi ke Jerman untuk semakin mengembangkan usaha mereka di bidang transportasi. Di kelahiran pertamanya, Gabriel tidak berhasil melakukan misinya. Ia tidak bisa menemukan jiwa tersesat yang dicarinya. Thomas Gabriel meninggal di usianya yang ke-33 tahun. Ia kemudian lahir kembali sebagai salah satu keponakannya dan kembali meninggal di usia sama, karena jiwa yang dicarinya ternyata tidak bereinkarnasi dalam belahan dunia yang sama, membuatnya baru bisa menemui jiwa itu di saat usianya sudah menginjak 33 tahun dan ia pun akhirnya harus menemui ajalnya di medan perang. Pola ini terus-menerus berulang. Di saat Gabriel akhirnya bisa menemui jiwa yang dicarinya itu, selalu saja ada penghalangnya. Entah dirinya-lah yang meninggal duluan atau jiwa tersesat itu yang pada akhirnya harus pergi meninggalkan dunia karena masanya yang sudah habis. Barulah di masa kelahirannya yang ke-19, Gabriel dan jiwa itu dapat bersatu dalam ikatan pernikahan. Tapi itu pun akhirnya harus gagal kembali, karena Gabriel belum berhasil memurnikan jiwa yang tersesat itu dan mereka berdua pun akhirnya harus menemui ajal di waktu yang hampir bersamaan. Reinkarnasinya sebagai Terrence Gabriel, adalah masa hidupnya yang paling emosional. Jika akan mengulang waktu hidupnya lagi, Gabriel tidak akan mau untuk menjalani hidup sebagai Terrence Gabriel Hamilton lagi. Terrence Gabriel adalah anak tertua dari keluarga Hamilton. Ia memiliki adik yang bernama Tatiana Emily. Keduanya memiliki perbedaan usia yang cukup jauh, sekitar 12 tahun karena sebenarnya saat itu kedua orang tua Terrence sudah tidak berkeinginan memiliki anak. Keduanya tinggal bersama dengan ayah mereka dalam sebuah peternakan yang cukup luas, dan Terrence pun membantu mengelola usaha keluarganya. Sejak kecil, Terrence telah digembleng dengan sangat keras untuk menjadi pewaris keluarga dan anak lelaki itu berhasil menunjukkan kemampuannya sejak ia berusia 15 tahun. Tahun demi tahun dilewati Terrence sampai pada akhirnya pria itu merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya. Ia jatuh hati pada sosok seorang gadis yang kebetulan merupakan salah satu pekerja di kebunnya. Meski keluarga Hamilton saat itu telah memiliki bisnis transportasi laut dan juga darat, tapi mereka tetap mempertahankan orisinalitas sebagai keluarga petani dengan menjalankan bisnis awal itu sampai sekarang. Wanita itu bernama Mary, tapi Terrence belum berani menyatakan perasaannya karena ternyata sudah ada pria lain yang menjadi kekasih gadis itu. Pria itu tidak lain tidak bukan adalah sahabatnya sendiri, Hans Bauer. Hans adalah pria Jerman dan kedua pria itu selama ini telah menjadi partner untuk mengembangkan bisnis di dunia property. Hal ini karena keluarga Hamilton memiliki banyak kavling tanah yang tersebar luas si seluruh negeri, dan Hans memiliki banyak koneksi untuk bisnisnya yang bergerak di bidang minuman. Hans sebenarnya adalah pria yang temperamental dan cenderung posesif terhadap miliknya, tapi ia adalah sosok sahabat yang cukup baik dan mau membantu sesamanya. Hal ini membuatnya memiliki banyak teman dan Terrence pun selama ini tidak masalah dalam menjalin hubungan kerja sama dengan pria itu. Kedua pria itu berteman baik. Sangat akrab sampai suatu peristiwa di malam yang hujan membuat hubungan keduanya memburuk. Saat itu, Terrence baru memasuki pekarangan rumahnya ketika ia melihat sosok Hans yang tampak keluar dari salah satu kandang ternak di sana. Tampak pria itu mengancingkan resleting celananya dan akan pergi saat ia menangkap pandangan Terrence dari arah teras rumah. Santai, pria Jerman itu menghampiri temannya yang masih berdiri kaku. "Terry. Apa yang kau lakukan di sana?" Mata hitam Terrence tampak menyorot dingin. "Justru aku yang seharusnya bertanya, apa yang kau lakukan tadi di dalam sana, Hans?" Pertanyaan penuh tuduhan itu membuat Hans mendengus. "Aku tidak harus menjelaskan apapun padamu, Terry. Karena ini adalah urusan pribadiku." Penuh amarah, Terrence dengan cepat mencengkeram kerah kemeja Hans dan kedua pria itu bertatapan dalam jarak sangat dekat. "Kau berada di wilayahku. Di property-ku dan mungkin saja, di dalam sana ada pekerjaku. Kau-lah yang tidak berhak berada di sini, Hans! Sekarang katakan, apa yang kau lakukan tadi!?" Tampak kedua mata biru Hans memicing dan ia berkata bengis pada temannya. "Apa karena kau merasa memiliki tempat ini, maka kau juga merasa memiliki semuanya, Terry?" Alis tebal Terrence berkerut. Tatapannya terlihat bertanya. "Apa maksudmu, Hans? Bukan itu yang aku-" Tanpa diduga, Hans mendorong kasar tubuh Terrence dan membuatnya terdorong beberapa langkah ke belakang. Pria Jerman itu terlihat murka saat ini, membuat Terrence sedikit kaget. Seharusnya, dia-lah yang marah di sini, dan bukan pria itu! "Kau merasa memiliki semuanya, Terry? Apa kau merasa dirimu memiliki hak untuk semua orang yang tinggal di tempatmu ini? Jawab aku!?" Reaksi Hans yang sangat mengejutkan membuat Terrence terpaku di tempatnya. Ia sama sekali tidak mengerti kenapa temannya tiba-tiba marah padanya. "Hans. Aku tidak mengerti maksudmu. Lebih baik-" "Kau MUNAFIKKK...!? Kau manusia paling munafik yang pernah kukenal, Terry!?" Kata-kata itu mulai membuat amarah Terrence kembali naik ke ubun-ubunnya. Mengepalkan kedua tinjunya, pria itu menatap sangat dingin pada pria yang pernah menjadi sahabatnya ini. "Jangan pernah kau sembarangan berbicara, Hans! Aku tidak suka tuduhan tanpa dasarmu itu!" Rintik hujan perlahan mulai menuruni bumi, dan gelegar petir tampak muncul di angkasa. Tapi kedua pria yang sedang saling menatap penuh kemarahan itu sama sekali tidak menyadarinya. "Kau bilang tanpa dasar, hah!? Kau kira aku tidak tahu kalau kau suka pada Mary? Kau mau mendekatinya kan, b*ngsat!? Kau iri padaku karena memilikinya, kan? Nah, sekarang silahkan kau memiliki perempuan m*rahan itu! Karena aku sudah bosan padanya! Kau boleh memiliki sisa-sisa dari bekasku, Terry!?" Perkataan Hans perlahan memasuki benak Terrence yang tadinya membeku dan raut pria itu berubah menjadi sangat pucat. Suaranya bergetar saat bertanya. "Apa yang sudah kau lakukan padanya...?" Kekehan iblis terdengar dari mulut Hans. "Kau kira apa yang akan dilakukan oleh sepasang kekasih? Atau kau sendiri terlalu pengecut untuk mencoba melakukannya dengan para wanita p*lacur di luar sana?" Pengakuan itu membuat Terrence sangat kalap dan tanpa disadarinya, ia melayangkan pukulan demi pukulan ke tubuh Hans. Ia bahkan tidak sadar ketika tubuhnya ditarik dengan paksa oleh para pekerja yang akhirnya mendengar keributan itu. Saat kedua tangannya di tahan, kaki-kaki jenjangnya dengan membabi-buta masih menendang pria yang sudah tidak berdaya di bawahnya. "KAU B*JINGANNN...!? KAU B*JINGANNN, HANS BAUERRR...!?" Keributan itu pun akhirnya berhasil dilerai oleh banyak pekerja Hamilton yang mulai bergerombol di sana. Dan dalam keadaan masih linglung, Terrence pun berhasil melepaskan diri dari tangan pekerjanya dan pria itu langsung lari menuju kandang ternak tempat Hans keluar tadi. "Tuan Hamilton!" Teriakan para pekerjanya dan juga jeritan suara alam yang menggema di atas kepalanya, sama sekali tidak didengar oleh pria yang sedang dalam keadaan emosi itu. Terburu-buru, ia membuka pintu kandang itu dan terpaku di depannya. Para pekerja yang berhasil menyusulnya pun, hanya dapat berdiri kaku di sampingnya saat melihat pemandangan mengerikan di depan mata mereka. Dalam suasana kandang yang remang-remang karena penerangan lentera minyak, di lantai, di atas jerami tampak sosok seorang wanita yang berbaring telentang. Rok panjangnya naik, berkumpul di atas perutnya. Kedua kakinya meng*ngkang dan tangannya yang berada di sisi kepalanya dalam keadaan mengepal. Kepala wanita itu meneleng ke arah pintu dan matanya yang terbuka, sama sekali tidak menampilkan reaksi apapun terhadap cahaya yang ada di sana. Wanita itu telah meninggal. Gemetar, kedua mata hitam Terrence berkaca-kaca dan suaranya serak saat bergumam lirih. "Mary..." Pria itu menepis tangan pekerjanya yang berusaha menahannya untuk masuk. Terseok-seok, Terrence akhirnya berhasil mendekati tubuh itu dan jatuh terduduk di sampingnya. Dengan gemetar, pria itu merapihkan pakaian Mary yang terbuka dan ia pun menutup kelopak mata gadis itu yang masih membuka. Lembut, ia mengusap kepala Mary yang dihiasi jepit rambut pemberian dari dirinya. Hanya karena jepit inilah, Hans dengan tega menuduh kekasihnya berselingkuh dengan sahabatnya. Kesadaran itu membuat rasa bersalah Terrence semakin mengoyak-ngoyak pria yang sangat patah hati itu. "Tinggalkan aku..." "Tapi, Tuan... Cuaca saat ini tidak bersahabat. Akan sangat berbahaya kalau Anda berada di tempat yang mudah terbakar seperti ini. Lebih baik-" "Aku bilang TINGGALKAN AKU!? Bagian mana dari perintahku yang tidak kau mengerti, Clint!?" Pasrah, akhirnya pekerjanya yang bernama Clint pun menuruti perintah tuannya dan meninggalkannya. Pria itu pun memutuskan bergabung dengan rekannya yang saat ini sedang berkumpul di pekarangan rumah Terrence sambil memandang kandang ternak yang masih terbuka itu. Hujan semakin deras. Salah satu dari mereka bertanya, "Tuan Hamilton?" Kepala Clint menggeleng pelan dan ia balik bertanya saat tidak melihat sosok yang babak belur tadi. "Bauer?" "Salah satu pekerja membawanya ke rumah sakit. Ini hal serius, Clint. Bos kita bisa menghadapi ancaman hukuman penjara karena telah menganiaya temannya sendiri." Kembali kepala Clint menggeleng. "Tidak akan seberat yang dihadapi Bauer nantinya." "Apa maksudmu?" "Bauer telah memp*rkosa dan membunuh Mary." Penjelasan dari Clint membuat orang-orang yang berkumpul di sana terdiam dan dengan menelan ludahnya, mereka kembali memandang kandang ternak yang masih terbuka itu. Semua yang ada di sana tahu kalau bos besar mereka telah mencintai wanita mungil itu sejak lama. Dan sekarang, wanita mungil yang sangat mengingatkannya pada ibunya itu telah tiada. Apa yang akan terjadi nanti?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN