Dengan sangat kuat Langit mencengkeram kedua stir motornya. Rahang laki-laki itu mengeras dengan sorot mata yang tajam di balik helmnya. Kali ini bukan hanya mata Langit yang terasa panas, tapi juga hatinya terasa seperti terbakar. Entah kenapa, baru kali ini Langit merasa cemburu luar biasa. Kala Langit menangkap dengan jelas pemandangan Senja bersama dengan laki-laki lain, saling tertawa lalu berangkulan dan masuk ke dalam mobil. Bahkan Senja masih mengenakan seragam sekolah. Emosi Langit benar-benar disulut saat itu. Langit yang takut tidak mampu menahan dirinya pun memutuskan untuk pergi dari sana sebelum amarahnya semakin membeludak. "Anjing!" umpat Langit bersamaan dengan motor yang berjalan. Menggunakan kecepatan tinggi di atas rata-rata Langit melajukan kendaraannya. Laki-lak