BAB 5

3483 Kata
Nyaman, satu kata yang dirasakan Fiona saat terbangun dari tidurnya. Dia tak pernah merasakan tidur yang senyaman ini sebelumnya, bahkan dia berpikir jika hari ini mungkin akan berjalan baik karena moodnya yang sangat bagus pagi ini. Fiona lalu bangun dan merenggangkan tubuhnya, jam baru menunjukkan pukul lima pagi, Fiona memutuskan untuk mencuci mukanya terlebih dahulu sebelum memulai membuat sarapan. Dia mulai bergulat dengan peralatan masak dan bahan-bahannya. Untuk sarapan pagi ini dia hanya membuat nasi goreng dan telur ceplok, entahlah, dia tidak tahu apakah Derdi suka atau tidak, yang penting dia sudah memenuhi kewajibannya untuk membuatkan bosnya sarapan. Jam sudah menunjuk pukul setengah enam pagi dan dia baru selesai mengurusi masalah dapur. Dia lalu menuju kamar mandi, tapi sebelum mandi dia tidak lupa untuk mengambil pakaiannya terlebih dahulu. Setelah itu dia lalu mulai masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Saat dia mulai membuka bajunya dia terkejut karena mendapati kissmark di seluruh d**a dan perutnya. "Aaaaaaaaaah, dasar m***m!" teriaknya di kamar mandi, untung saja di lehernya tidak ada bekas kissmark, karena jika ada bisa tamat dia, dia tidak mungkin masuk kerja dengan mengenkan syal di cuaca yang sangat panas ketika siang hari, dan sering hujan ketika malam hari. Karena jika sampai seperti itu, Fiona bisa menjadi bahan gosip satu kantor. Setelah selesai mandi, Fiona langsung membangunkan Derdi, karena jam sudah menunjuk pukul enam lebih seperempat. Kalau dilihat saat tidur seperti ini, Derdi terlihat lebih tampan berkali-kali lipat daripada saat dia terbangun. Entahlah, Fiona tak bisa menebak apa yang dipikirkan orang di depannya ini, kadang terlihat cuek, kadang perhatian dan bahkan bisa juga posesif. Karena mulai tak sabar, Fiona memilih mengguncangkan badan Derdi. "Bangun!" Derdi hanya menggeliatkan badannya sebentar lalu tidur lagi. Ya Tuhan, kebo banget sih manusia satu ini, susah banget dibangunin! batin Fiona kesal. "Hei, Bos m***m! Bangun!" ucap Fiona, dia semakin kencang mengguncang badan Derdi, tidak peduli bagaimana caranya, Fiona harus bisa membangunkan bosnya yang kebetulan susah sekali untuk dibangunkan pagi ini. Tak lama kemudian Derdi membuka matanya, dia lalu tersenyum ketika melihat pemandangan wajah Fiona di depannya. "Selamat pagi, Istriku," ucapnya dan langsung mencuri ciuman di bibir Fiona . "m***m!" Dan Derdi justru menambah ciuman di pipi Fiona. "Hei, hei, sepertinya tadi malam ada serangga yang kelaparan hingga badanku merah semua," sindir Fiona, tapi sang empu justru bersikap cuek dan bahkan kembali menggoda Fiona. Niatnya nyindir eh malah kegoda, kan apes. "Ya, itu benar sekali, Sayang, serangga yang haus akan kenikmatan," ucapnya di telinga Fiona, dan hal itu sukses membuat Fiona bergidik ngeri. "Ih, udah deh! Masih pagi aja udah m***m gini, cepetan mandi! Nanti ada rapat pagi loh, aku udah ngatur jadwal kamu! Gara-gara dua hari nggak masuk kerja dan resikonya kamu seharian ini harus rapat di mana-mana. Siap bosku?" ucapnya disertai senyuman menggoda. "Siap, asal kau selalu menemaniku," ucapnya mengerling nakal. Ya Tuhan, dua-duanya semakin berani mengekspresikan apa yang mereka rasakan, hormon di dalam tubuh mereka seakan akan mendukung hal ini. Fiona lalu menyiapkan pakaian yang akan digunakan Derdi ke kantor hari ini. Setelah menyiapkan semua keperluan Derdi dia akhirnya mulai memoles wajahnya di cermin rias di kamar ini, ketika Fiona menyisir rambutnya, dia melihat Derdi keluar dari kamar mandi. Fiona melihat dari cermin itu, Derdi hanya memakai handuk putih dan bertelanjang d**a. "Sudah aku siapkan pakaiannya," ucap Fiona sebelum Derdi bertanya. "Makasih, Sayang." Setelah memakai pakaian, Derdi lalu menyuruh Fiona memakaikannya dasi, bukankah sudah terlihat seperti pasangan suami istri? Yaaa, itu hanya di batin Fiona. Mana mungkin dia berani mengungkapkan itu di hadapan Derdi. Dia sadar posisinya di sini sebagai apa? Mana mungkin bosnya menyukainya? Dia hanya berharap bahwa bosnya tidak akan membuangnya nanti ketika dia bosan. "Kamu udah buat sarapan?" tanya Derdi pada Fiona, semuanya sudah siap dan tinggal sarapan yang belum merka dilakukannya. "Udah kok, yuk sarapan?" ajak Fiona. Lalu mereka menuju ruang makan dan mulai memakan masakan yang dibuat Fiona. Dan voila walau hanya nasi goreng tapi ini sangat lezat. Fiona memang pintar memasak, batin Derdi. "Kamu ke kantor bareng aku, ya?" ucap Derdi memelas. "Tapi nanti, ahh gak usah deh. Aku nggak suka nanti jadi bahan gosipan mereka," ucap Fiona jujur . "Udah, nggak usah peduliin itu, Sayang," ucap Derdi lagi bagaimanapun dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi. "Ya udah terserah kamu." Lalu mereka berjalan menuju basement apartment itu. Sampai di kantor Fiona berjalan lebih dahulu, karena dia tak ingin menjadi bahan gosip di kantor ini. Sudah cukup tenang dia seperti saat ini. Lalu tak berapa lama Derdi menyusul di belakang Fiona. "Selamat pagi, Pak," ucap karyawan yang berpapasan dengan Derdi. "Pagi," balasnya singkat. Dia lalu menyusul Fiona yang baru saja memasuki lift dan hanya ada mereka berdua yang ada di sini. "Kamu belum memberiku morning kiss, Sayang," ucap Derdi mengingatkan. "Apa tadi malam kamu belum puas? Diam-diam menciumku seperti itu, heh?" sindir Fiona, jujur saja dia kesal dengan perlakuan Derdi padanya semalam. "Itu beda," ucap Derdi langsung melumat bibir manis Fiona. "Ahh," desah Fiona di sela ciumannya, "Uuuudah!" Fiona mendorong Derdi karena dia kehabisan napas. "Kamu mau bunuh aku? Iya?" kesal Fiona. "Maaf, Sayang, aku terlalu menikmatinya," jawab Derdi tanpa merasa bersalah. Tak lama kemudian mereka sampai lantai tempatnya bekerja, lalu Fiona menuju tempatnya di depan ruangan Derdi dan Derdi memasuki ruangannya. Hallo, Pak sekarang waktunya rapat dengan Pak Handoyo, Pak. ......... Iya, Pak Handoyo beserta tim sudah menunggu di ruang rapat. ......... Iya, Pak. "Huft rapat lagi rapat lagi," desah Fiona, walaupun begitu dia langsung menuju ruang rapat. "Maaf, Pak, kami baru saja sampai dari rapat di luar kantor dan Pak Derdi sedang menuju ke sini maaf telah membuat Anda menunggu," ucap Fiona begitu sopan untuk meminta maaf. Tak lama kemudian Derdi sampai di tempat rapat dan langsung memulai rapat itu. Rapat memang tak memakan waktu lama karena ini cuma berkaitan dengan penandatanganan kontrak kerja sama pembuatan hotel di Bali. Setelah hampir satu jam akhirnya rapat pun selesai dan jam sudah menunjuk pukul dua belas lebih, waktunya makan siang. "Fi, makan siang di luar, yuk? Sekalian rapat bareng Pak Fauzi di Cafe Elizabeth," ajak Derdi. "Tapi, Der," ucap Fiona mencoba beralasan. "Udah, kamu buruan bawa berkas-berkas yang kita butuhkan! Kita, kan sekalian meeting." "Oh iya yaa." Fiona mengangguk paham. Lalu mereka menuju ke tempat yang udah direncanakan untuk meeting. Hari ini adalah hari yang sangat sibuk karena ulah bosnya sendiri, dan untuk menghemat waktu, mereka mulai memesan makanan dan menghabiskan nya. "Hari yang melelahkan bukan?" tanya Derdi kepada wanita yang ada di sampingnya. "Iya, dan itu semua gara-gara kamu! Dua hari nggak masuk bikin aku pusing," kesal Fiona, gara-gara bosnya yang kekanakan memang membuat semua kerjaannya menumpuk. "Iya, iya aku minta maaf. Kelakuanku memang kekanakan," ucap Derdi tulus. "Dan tak lupa sifat mesummu itu," ucapnya lalu melengos. "Bilang saja jika kau suka saat aku m***m seperti itu, hayoo, siapa yang semalam mendesah keenakan ketika aku mengulum puncak payudaramu yang mungil itu?" goda Derdi berkata lirih di telinga Fiona. "m***m!!" ucapnya sambil memukul pelan lengan Derdi. Membuat sang empunya tertawa. Setelah selesai makan mereka langsung menuju tempat yang udah mereka pesan untuk rapat kali ini. Jam sudah menunjuk pukul lima dan Fiona baru menyelesaikan tugasnya. Saat dia berkemas dia melihat ada pesan di ponselnya, ya siapa lagi kalau bukan dari Bos Mesumnya yang sangat menyebalkan itu. Tunggu aku, Sayang, kita pulang bersama sama -Bos Mesummu Fiona hanya tersenyum melihat itu. Dia lalu menunggu Derdi di basement tempat bosnya memarkirkan mobilnya. Tak lama kemudian Derdi sampai dan langsung membuka mobilnya, dia membukakan pintu samping kemudi untuk Fiona, perhatian sederhana tapi membuat Fiona berdebar debar. "Capek, hemm?" tanya Derdi sambil mengusap-usap kepala Fiona. "Kan emang kerja, jadi capek nggak masalah," jawabnya sambil tersenyum, jantungnya mulai menggila saat ini. "Mau mampir makan?" "Nggak usah deh, mau masak aja. Lagian kemarin udah belanja banyak masa nggak di masak, kan sayang," ucap Fiona yang langsung diangguki, lalu Derdi mulai melajukan mobil nya menuju apartemennya. Sampai di apartemen, Fiona langsung menuju kamar untuk mandi. Entah kenapa dia lebih suka memakai baju Derdi yang malahan mirip seperti dress ketika dia memakainya. Memakai kaos kedodoran dan hot pants itu gaya Fiona. Setelah selesai mandi dia langsung menuju dapur untuk memasak makanan. Memang cuaca sekarang sedang musim hujan, dan Fiona memilih memasak sop ayam lagi, tidak masalah, kan? Lagian bosnya menyukai apa yang dia masak. Setelah hampir satu jam berkutat dengan bahan masakan, akhirnya Fiona sudah selesai memasak. Dia memanggil Derdi yang masih di kamar untuk segera makan, mumpung masakannya masih hangat. "Der, masakannya udah jadi," ucap Fiona, dia memanggil Derdi yang tadi ada di kamar. "Ih, demen banget sih pake handuk kayak gitu aja!" kesal Fiona pada Derdi, hal yang dilakukan Derdi sangat tidak menyehatkan untuknya, ehem maksudnya tidak menyehatkan untuk jantungnya. Dia selalu saja berdebar keras ketika dihadapkan dengan pemandangan seperti ini, apalagi orang yang di depannya, bukannya sadar malah mincing-mincing, kan gemes pengen digigit aja kalau begini caranya. "Kenapa? Seksi, kan badan aku." Derdi mengatakan itu dengan percaya diri. Ya Tuhan, bosnya memang diciptakan dengan tubuh yang indah dan kepercayaan diri yang sangat tinggi, kadang kala hal ini membuatnya jengah sendiri. "Ih, cepet! Aku udah laperrrr tau!" ucapnya menekankan huruf r nya, dia udah sangat lapar tapi Derdi malahan selalu mengulur-ulur waktunya terus. "Iya. Sayang, bentar doang." Derdi sedang memilih baju mana yang akan dikenakannya. Kamu ke sana dulu gih! "Kenapa? Kamu malu?" tanya Fiona menyeringai, gantian dong dia menggoda laki-laki di hadapnnya ini, siapa suruh dia selalu di goda! Sekarang waktunya balas dendam. "Malu? Siapa sih yang malu, Sayang? Sini kalau mau lihat junior aku," ucapnya menantang, dan Fiona justru gagal, niatnya menggoda tapi justru dia yang tergoda. "Mana-mana? Udah lama nggak lihat," ucap Fiona lagi, memang otaknya yang rada gesrek suka banget terpengaruh suasana, mana Derdi pinter banget memanfaatkan suasana makanya dia menang banyak kalau berhadapan dengan Fiona yang g****k-nya mode on ini. "Sini dong, elus-elus kek. Kalau mau di pijat-pijat juga boleh dengan senang hati aku menerimanya," ucap Derdi m***m, udah nggak ada saingannya kalau m***m begini. Perasaan orangtuanya nggak begini juga, nah kemesuman ini turunan dari siapa? Nenek moyangnyakah? "Ih m***m banget kamu!" ucap Fiona dengan muka yang memerah, dia malu tapi sekaligus penasaran. Apasih yang tidak membuat Fiona penasaran di duania ini? Dia selalu penasaran dengan hal-hal baru di dalam hidupnya. Lalu Fiona menghampiri Derdi dan langsung melihat junior Derdi yang hampir tegak itu. "Ih kok tegak banget sih?" ucap Fiona terkejut, ah uda geblek makin geblek, lihat sebentar lagi pasti Derdi nyari peluang, buat menuntaskan keinginannya. "Gara-gara kamu tuh, siapa suruh kamu seksi banget?" goda Derdi, ah wajah Fiona sudah seperti kepiting rebus kalau begini. "Minta dielusin?" tanya Fiona lagi, dengan muka polos. Selalu saja seperti ini, Fiona terlalu mudah terpengaruh dengan suasana. "Iya, minta dielus, dipijat boleh nggak?" tanya Derdi, pepe saja terus! "Ih banyak banget!" kesal Fiona, dia merenggut tapi dia akan melakukan apa yang Derdi mau. "Buat dia lemes gitu, masa tegak mulu sih? Nggak kasihan sama aku?" Gas pol rem blong, pepet terus sampai jebol. Lalu Fiona mulai membuka handuk Derdi, dia mulai menyentuh milik Derdi dan memijatnya. "Ehmm, faster, Sayang," desah Derdi belingsatan, lalu dengan beraninya Fiona menjilat ujung junior milik laki-laki di hadapannya ini. Hal ini membuat Derdi semakin merasakan kenikmatan hingga cairan miliknya keluar sangat banyak dan mengotori baju yang Fiona pakai. "Ih, ngomong dong kalau mau keluar! Baju aku kotor lagi, kan sebel," ucap Fiona lalu mengambil bajunya lagi dan berganti baju di kamar mandi. "Ya, kan terlalu nikmat, nggak bisa di cegah, Sayang," ucap Derdi berteriak agar Fiona mendengarnya dia langsung memakai bajunya dan mengusap miliknya dengan tisu agar tidak lengket. "Dasar, Bos m***m gila!!! Aku lagi, kenapa sih otak gesrek banget kalau udah liat badan Derdi!" ucap Fiona pelan, setelah itu dia keluar dari kamar mandi, Derdi sudah siap dan laki-laki itu menunggunya untuk makan malam bersama. Mereka langsung menuju dapur untuk makan malam, tapi saat Derdi duduk, Fiona justru dengan nakalnya menggoda Derdi yang sedang menikmati makanannya, Fiona mendekat ke arahnya dan berkata, "Dedek bobok dulu yahh? Daddynya mau makan," ucap Fiona sambil menepuk junior Derdi yang masih tertutup oleh celana yang dipakainya. "Yah, jadi bangun lagi, kan, Sayang, tanggung jawab!" kesal Derdi, gini nih Fiona mah bikin dia tegang mulu. "Nggak! Emangnya kamu hamil? Kok mau minta tanggung jawab? Wlee, udah ah, aku mau makan lagi," ucap Fiona tanpa menghiraukan Derdi yang merengek, wanita itu melanjutkan makannya, sedangkan Derdi, dia masih saja memintanya untuk tanggung jawab. Setelah selesai makan Fiona langsung membersihkan semua peralatannya, lalu dia melihat Derdi yang sedang menonton televisi dan langsung menghampirinya. Fiona bergabung bersama Derdi untuk menonton film yang sedang diputar, dengan jahilnya, Fiona bahkan menimpahkan kakinya di paha Derdi, dan dia mulai menikmati film yang mereka tonton. Derdi justru memijat kaki Fiona yang ada di pangkuannya. "Duh, enak banget mijitnya," puji Fiona, sedangkan Derdi hanya diam lalu melanjutkan aksi memijitnya. Dia masih menikmati film yang diputarnya itu, sudah berkali-kali Derdi memutarnya, namun tetap saja, dia masih ingin terus menontonnya. "Ih ini film apa sih kok gini?" protes Fiona saat melihat film tersebut, bahkan filmnya menyajikan adegan yang menurut Fiona sangat intim. Dan hal itu membuat Fiona malu sendiri ketika menontonnya. "Fifty Shades of Grey, tahu nggak kamu?" tanya Derdi, seraya mengalihkan pandangannya untuk memandang Fiona. "Nggak, aku nggak pernah nonton. Dulu mah aku belajar mulu, gimana nggak belajar orang kuliah aja karena beasiswa," ucap Fiona jujur dengan keadaannya dulu. Fiona fokus melihat film itu dan ketika melihat Anna dan Christian yang sedang berhubungan intim, hal itu membuat Fiona menelan ludahnya, dia tak menyangka akan ada adegan seperti ini. Sedangkan Derdi, dia yang sudah terbawa suasana mulai melepas hots pants yang dipakai Fiona, lalu dia mulai meraba milik Fiona dengan jarinya. "Sudah basah, Nona?" suara lirih Derdi menyadarkan Fiona, wanita itu baru sadar jika celananya sudah tidak pada tempatnya. "Sebegitu tak menyadari jika celanamu sudah kulepaskan, Nona? Apakah kau ingin merasakan apa yang ada di dalam film itu?" tanya Derdi menggoda titik sensitif Fiona, hormon Fiona meningkat, membuatnya semakin ingin merasakan lebih dari apa yang sedang Derdi lakukan pada titik sensitifnya sekarang. "Ehmm, apakah tidak sakit?" tanya Fiona, dia takut melakukan apa yang ada di film itu. Pasalnya dia tidak pernah melakukan hal itu dan masih menjaga harta berharganya sampai sekarang, bahkan di umurnya yang sudah bisa dikatakan pantas untuk membangun rumah tangga dan mengurus anak. "Saat kau melihat di film, orangnya berteriak kesakitan apa kenikmatan?" tanya Derdi lagi, dia berusaha meyakinkan Fiona agar mau melakukan itu dengannya. "Mereka mendesah desah kenikmatan," jawab Fiona dengan bodohnya. Dia mah gitu kepancing dikit ikutan kebakar, kebakar nafsu dan gairah. "Ya udah, kita lakukan seperti yang di film," ucap Derdi lagi, mencoba untuk terus membujuk Fiona. "Ehh, ehh, nggak deh, nggak mau! Entar kalau hamil siapa yang tanggung jawab coba?" ujar Fiona, dia masih sedikit waras. "Ya aku lah, emang siapa lagi coba?" jawab Derdi. "Ah, laki-laki, kan emang gitu! Pas mau buatnya aja bilang tanggung jawab, ntar kalau udah ada baby embul di perut aku, kamu malah lari dari tanggung jawab ," ucap Fiona ragu, sudah banyak kasus, jika laki-laki akan kabur setelah merasakan itu, dan ketika di suruh untuk tanggung jawab, maka akan langsung menuduh dengan berkata, paling bukan sama aku aja kamu lakuin itu ya, sudah tertebak alibinya. "Enggak, kamu lihat mata aku, Sayang. Entahlah, aku tidak tahu sejak kapan aku mulai sayang sama kamu, saat aku mengabaikanmu dua hari yang lalu, menelantarkanmu? Aku mulai tersadar jika aku membutuhkanmu dan menyayangimu. Bahkan saat di klub pun aku tidak dapat b*******h jika itu tidak bersama kamu," ucap Derdi parau, dia mulai mengungkapkan perasaannya sekarang. "Ehmm, kamu udah pernah gituan?" tanya Fiona hati-hati, dia tidak mau menyakiti perasaan laki-laki yang ada di depannya ini. Bagaimanapun, Derdi tetap memperlakukannya dengan baik, walau kadang-kadang suka membuatnya kesal. "Having s*x? Itu dulu rutinitas aku setiap aku lelah dengan kantor! Aku memang lelaki yang kotor. Tapi, semenjak kamu ada, aku nggak pernah melakukan itu lagi karena, entah kenapa kamu bikin aku kayak gini dan sahabat aku yang nyadarin aku kalau aku udah sayang bahkan cinta sama kamu. Kamu mau, kan jadi pacarku?" ucap Derdi dengan lugas, dan Fiona hanya mengangguk-kan kepalanya, dia juga ada rasa dengan Derdi, bahkan semenjak pertemuan pertama mereka, memang gila? Tapi, bukankah cinta tak tahu kapan datangnya? Dia datang begitu saja dan menguasai hati dan pikiran sang empu yang sedang dilanda jatuh cinta. "Bolehkah aku yang memiliki kamu untuk pertama kalinya?" tanya Derdi pada Fiona yang hanya dibalas dengan anggukan kepalanya, Fiona sudah terlalu percaya dengan Derdi, entah dia akan menyesal atau tidak nantinya, tapi untuk sekarang dia tidak menyesal, walau dia sudah melanggar keinginannya yang tidak mau melakukan hubungan intim sebelum menikah. Derdi mulai mencium Fiona dengan lembut, dia mulai menggendong Fiona untuk dibawa ke kamarnya, bahkan ciuman-nya tidak berhenti dan justru berubah menjadi lebih menuntut dari sebelumnya. Derdi melepas kaos yang dipakai oleh Fiona lalu langsung menciumi lehernya, dan membuat kissmark. Hingga tangannya mulai bergerak untuk meremas pelan d**a Fiona. Dan hal tersebut membuat Fiona bergerak tak nyaman, bahkan mendesah ringan karena merasakan sebuah kenikmatan yang baru dirasakannya. Sangat nikmat, batinnya. Tangan Derdi mulai bergerak menuju ke arah milik Fiona untuk melakukan pemanasan di sana. Terlebih lagi karena Fiona masih perawan, dan Derdi tidak mungkin memasukkannya begitu saja, yang ada Fiona akan ketakutan dan kabur nantinya. "Maaf, Sayang, mungkin akan sedikit sakit," ucap Derdi langsung menusukkan satu jarinya ke dalam milik Fiona, dan hal itu sukses membuat Fiona memekik kesakitan. "Sakit," lirihnya, padahal baru satu jari tapi sudah membuat Fiona merasakan kesakitan seperti ini. Derdi tidak bisa membayangkan bagaimana jika nanti miliknya yang masuk ke dalam sana? Karena tidak tega, Derdi langsung membungkam Fiona dengan ciumannya, Derdi ingin mengalihkan rasa sakit itu dengan kenikmatan yang akan dia berikan dari ciumannya. Saat Fiona mulai mendesah karena merasa kenikmatan, akhirnya Derdi mulai menambah jarinya di sana, ada dua jari Derdi yang dengan mulusnya keluar-masuk di dalam milik Fiona. Sehingga membuat Fiona mengeluarkan cairannya, dan tanpa merasa jijik, Derdi lansung menjilati milik Fiona yang masih dihiasi cairan o*****e yang pertama kali dirasakannya itu. Derdi bahkan menservice milik Fiona dengan menciuminya bahkan menggerakkan lidahnya di sekitar milik Fiona, Fiona tak bisa menahan desahan Karena kenikmatan yang Derdi berikan itu. Ahh, desah Fiona tertahan, dia malu jika harus mengeluarkan desahan seperti itu. Jangan tahan, Sayang, aku senang akan desahanmu, ucap Derdi, hal ini membuat Fiona yakin dan lebih leluasa untuk mengutarakan apa yang dirasakannya sekarang. Derdi memposisikan juniornya di depan milik Fiona "Kamu siap, Sayang? Di awal mungkin terasa sakit, tapi kujamin setelah itu hanya akan ada kenikmatan," ucap Derdi lalu perlahan dia menggesekkan juniornya ke milik Fiona, dan hal ini membuat Fiona geli. Lalu dia memasukkan juniornya ke milik Fiona Shitt! Kau sangat sempit, Sayang dan sangat hangat," umpat Derdi dan Fiona hanya bisa menahan rasa sakit tersebut. Karena melihat Fiona menahan rasa sakit, Derdi langsung mencium bibir Fiona untuk mengurangi sakitnya, bukan mengurangi tapi lebih tepatnya mengalihkan rasa sakit yang dirasakan Fiona saat ini. Derdi mulai bergerak dengan pelan, dia masih menyesuaikan ukuran miliknya dengan milik Fiona yang sangat sempit. Lalu, setelah beberapa saat, Derdi mulai tidak tahan dan ingin segera mempercepat goyangannya, hingga terdengar suara tabrakan antara milik keduanya, suara khas ketika bercinta dengan frekuensi yang cepat, hal ini membuat keduanya mendesah karena kenikmatan yang diraskan. Lalu, tak lama kemudian, Fiona mengeluarkan cairan kenikmatannya dan disusul oleh Derdi. "Terima kasih, Sayang," ucap Derdi seraya mencium dahi Fiona, Derdi merasa sangat bahagia, bahkan energinya seakan penuh kembali karena melakukannya dengan Fiona. "Junior kamu tuh, kok tegang lagi sih?" tanya Fiona beberapa saat kemudian, mereka sudah selesai melakukan itu, tapi milik Derdi masih saja tegang, hal ini membuat Fiona bertanya-tanya. "Dia menginginkannya lagi, Sayang, jawab Derdi, apakah kamu lelah?" lanjutnya bertanya, Derdi masih belum puas melakukannya. Mana puas dengan sekali keluar? Karena Derdi tidak akan puas jika hanya sekali melakukannya. "Aku juga ingin lagi," ucap Fiona malu-malu, tadinya nolak-nolak, tapi sekarang justru ketagihan. "Kamu menghadap ke sana, aku ingin memasukkannya dari belakang lalu menyodoknya hingga membuat kamu merasakan kenikmatan," ucap Derdi dengan vulgar tanpa berpikir untuk menyaringnya terlebih dahulu. "Ih, sodok-sodok emangnya billyard?" kesal Fiona tapi dia tetap melakukan apa yang diinginkan oleh pria itu. Derdi mengangkat kaki Fiona yang satunya dan mulai memasukkan lagi miliknya. Sempit, Beb, ahh aku nggak akan cukup kalau nggak berkali-kali sama kamu, racau Derdi karena merasakan kenikmatan ketika miliknya berada di lubang kenikmatan Fiona. Faster ahh, racau Fiona ketika mendekati klimaks, dia menggenggam bantalnya, menahan rasa nikmat sekaligus sakit yang dia rasakan secara bersamaan. "Yes, Baby, as you wish," ucapnya seraya mempercepat gerakannya, dan tak lama kemudian mereka keluar secara bersamaan. "Udah deh yaaaa, dedek kamu keluarin sekarang aku mau bobok," ucap Fiona yang sudah mengantuk, o*****e terakhir malam ini membuatnya merasakan kantuk. Derdi tak menghiraukan Fiona, dia tetap membiarkan junior kesayangannya tetap di tempat yang nyaman, dan dia mulai menarik Fiona ke dalam dekapannya. Ah, Derdi sangat bahagia , karena sekarang dia bisa memiliki Fiona seutuhnya, dia akan mempertahankan Fiona bagaimanapun keadaannya, Derdi, bernjanji kepada dirinya sendiri. Fiona hanya miliknya, dan dia tidak akan membiarkan orang lain akan merebut atau menyakitinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN