BAB 4

1625 Kata
Hari ini sangat melelahkan bagi Fiona, bagaimana tidak? Semua rapat tertunda dan dia yang pusing mengarang alasan karena si Bos yang gesrek tapi hot ralat sangat hot itu masih belum bisa dihubungi. Fiona bingung harus bagaimana, baru hari kedua dan kantor sudah sangat ramai dengan telepon. Pengen nangis rasanya, dasar CEO Gesrek! Pengen ku jitak tuh kepalanya. ucap Fiona seorang diri . Tak beberapa lama telepon pun berbunyi lagi, dan dengan sigap Fiona mengangkatnya. Halo, ada yang bisa saya bantu? Oh, iya, maaf, Pak, sebelumnya, rapatnya ditunda, soalnya Pak Derdi sedang ada urusan yang sangat penting dan tidak bisa diganggu. Saya mohon maaf yang sebesar besarnya. Nanti jika Pak Derdi sudah bisa, nanti rapatnya kita atur ulang jadwalnya, Pak, sekali lagi terima kasih. ....... Iya, Pak, terima kasih yang sebesar besarnya. Huaaaa pengen jerit! teriak Fiona dalam hati, lalu dia mencoba menghubungi bos sialan sexy itu tapi sampai 3 panggilan pun belum dijawab, hal ini membuat Fiona sangat frustrasi. Sepulang kerja nanti dia bertekad akan menuju apartemen bosnya itu. Jam sudah menunjuk pukul satu siang dan si CEO tampan baru saja membuka matanya, dia mulai menyesuaikan penglihatannya. Setelah itu, dia langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Dia mulai memesan makanan online dari ponselnya dan menunggunya di ruang televisi. Biarlah, biar dia keteteran dengan semuanya, ucapnya sambil tertawa lebar memikirkan penderitaan Fiona . Tak lama kemudian makanan pesenannya pun sudah datang, dia mulai memakannya dengan lahap. Setelah selesai dia langsung bersantai di depan televisi sambil mengecek ponselnya, rupanya Fiona menghubunginya, sebuah senyum terlintas dibibirnya, apakah ini benih-benih cinta? Di sisi lain, Fiona menghela napasnya, waktu yang ditunggu sudah tiba, yaitu waktu pulang kantor. Dia sudah sangat lelah dan pikirannya pun kacau karena CEO gila itu. Dia memutuskan untuk segera pulang ke rumah untuk berendam agar bisa merilekskan tubuh dan pikirannya. Sesampainya di rumah dia langsung melakukan apa yang dipikirannya, yaitu berendam. Berendam satu jam ditemani dengan bau bunga lavender yang sangat menyejukkan dan merilekskan pikiran serta ototnya yang tegang. Setelah itu dia langsung memakai bajunya dan memasak, karena perutnya sudah sangat lapar. Sup ayam, itulah yang terlintas di pikirannya karena hujan yang telah mendominasi malam ini, hawa dingin membuatnya menginginkan makanan hangat untuk mengisi perutnya malam ini. Setelah selesai memasak dia lalu menyantapnya dengan sangat lahap, tapi di tengah-tengah makannya dia memikirkan bosnya lagi. Huaaahhhhh! Fiona sangat lelah dengan pikiran dan hatinya kenapa masih memikirkan bos gilanya itu? Setelah selesai makan dia langsung menata makanan dengan tujuan untuk diberikan kepada bosnya itu. Dia keluar dari kamarnya lalu menuju kamar apartemen di sebelahnya, dia mulai menekan bel apartemen bosnya. Sudah sepuluh menit menunggu tapi tak ada tanda-tanda adanya orang di dalamnya yang akan membuka pintu di depannya ini. Dia tidak menyerah sebelum bertemu dengan bosnya, dia lalu mencoba menekannya lagi dan akhirnya terbuka sehingga menampakkan Bos Arrogantnya yang sepertinya baru bangun tidur, rambutnya yang berantakan membuatnya semakin terlihat seksi, Fiona merutuki dewi batinnya yang tidak bisa melihat orang yang terlalu hot seperti itu. "Apa?" ucapnya dingin. "Ehem, dehem Fiona untuk memulai pembicaraan, sungguh dia sangat gugup sekarang. Nggak, Bos, cuma mau anter makanan," alibi Fiona, tidak mungkin juga dia langsung mengatakan maksud dan tujuannya bukan? Setidaknya basa basi terlebih dahulu sebelum membicarakan masalah inti. "Masuk aja," jawab Derdi judes. Fiona lalu memasuki apartemen CEOnya, ruangannya sangat maskulin dan entah kenapa terlihat cocok jika bosnya yang menempatinya. Perpaduan warnanya sangat unik dan sangat maskulin menurutnya. Dia lalu menggelengkan kepalanya dan mulai menata makanan yang dibawanya itu. Setelah selesai, dia lalu menghampiri bosnya dan mulai menanyakan kenapa dua hari ini tidak bisa dihubungi. "Bos, saya mau nanya? Boleh, kan?" "Hem," berdehem begitu saja. "Bos kapan masuk kerja? Dua hari ini banyak rapat tertunda dan sepertinya besok saya tidak bisa lagi jika harus menunda rapat itu bos," ucapnya, dia sudah merasa frustrasi jika bosnya tidak segera masuk kantor. "Terserah aku dong, toh perusahaan aku sendiri. Kamu sebagai sekretaris seharusnya bisa menghandle itu dong!" ucapnya tanpa menatap Fiona sedikit pun. "Ya ampun! Aku udah berusaha, Derdi dan para petinggi itu tak gentar selalu menanyakan keberadaan kamu dan kapan akan rapat, dua hari ini rasanya kepala aku mau pecah!" curhat Fiona dia meluapkan emosinya pada bosnya. "Oke, besok aku masuk, tapi kamu harus nemenin aku di apartemen ini! Memasak dan mengurus keperluan yang aku butuhkan!" ucapan Derdi membuat Fiona membelalakkan matanya. "Gila! Aku, kan punya apartemen sendiri dan kalau seperti ini aku bahkan terlihat seperti simpanan kamu! Kalau begini ceritanya." Fiona menolak keinginan bosnya karena dia tidak mau dianggap sebagai simpanan. "Ya sudah, urus aja pembatalan rapat selama seminggu ke depan! Aku mau liburan, gak tahu gimana caranya jika sampai ada pembatalan kontrak kamu yang akan menanggungnya!" ucapnya tak acuh, pada dasarnya dia hanya menggertak Fiona agar menyetujui syarat yang dia ajukan sebelumnya. "Kamu kenapa sih? Aku tuh bingung sama kamu, ini sama aja kamu hukum aku tahu, dan pembatalan semua kontrak dalam seminggu? Oh no! Baru dua hari kamu ngilang, gendang telingaku mau pecah! Apalagi seminggu? Aku udah opname kali ah!" Jujur saja Fiona tidak sanggup menghadapi masalah kantor jika Derdi tidak segera datang dan bekerja seperti biasanya. "Aku masuk jika kamu setuju dengan syarat itu, anggap aja latihan sebelum jadi istriku," ucapnya disertai seringaian misterius. "Oke! jawab Fiona pada akhirnya. Kalau itu mau kamu, aku bakalan nginep di sini, besok aku akan pindahin bajuku ke sini, udah puas?" "Puas, Sayang," ujar Derdi tersenyum lebar dengan jawaban sekretarisnya itu. "Ya udah, makan sana keburu dingin supnya!" perintah Fiona. "Iya, Istriku, temenin suamimu makan ya?" godanya, bahkan Derdi sambil mengedipkan matanya dan hanya dibalas Fiona dengan putaran matanya yang menandakan dia jengah dengan perilaku bos labilnya. "Kamu sangat pintar memasak, Baby dan setelah ini aku akan selalu memakan masakanmu," ucapnya setelah selesai makan. "Yuk, kita pergi belanja? Aku ingin mengisi kekosongan kulkasku yang sudah lama kosong seperti hatiku." Bisa bisanya dia menjadi genit seperti, Ya Tuhan, bos mesumku begitu menggemaskan. "Ayo, Sayang, kita pergi," ajak Derdi lagi karena Fiona tidak menjawab ajakannya. "Aku belum ganti baju tahu," ucap Fiona pelan. "Nggak usah, kamu udah cantik. Yuk! Nanti kemaleman loh." Kalau ada keinginan mah gini nggak bisa ditunda barang sebentar pun, seberapa lama sih ganti baju itu? Kan nggak lama-lama banget dasar bos yang ah, mau bilang tampan nanti kegeeran tapi dia memang tampan. Setelah beberapa menit akhirnya mereka sampai di mall yang mereka tuju, Derdi mengambil troli dan mendorongnya, sedangkan Fiona berjalan di sampinya sembari memilih beberapa bahan untuk mengisi kekosongan dapur sang CEO. Setelah hampir dua jam memutari mall akhirnya acara belanja pun usai, mereka memilih untuk pulang karena badannya sudah lelah seharian ini. Derdi membawa kantong belanjaan itu dan dibantu oleh Fiona, karena sang CEO mungkin tak akan bisa membawanya sekaligus jika sendirian, bosnya itu sudah gila-gilaan belanja bahan dapur, dan untung saja Fiona menyudahi hal tersebut, takut jika Derdi memborong semua barang-barang yang berada di sana. "Kamu langsung tidur sini aja ya?" ucapnya membujuk. "Aku nggak bawa baju ganti, Derdi," tolaknya, sambil menekankan nama bosnya. "Pakai baju aku aja, oke?" Dan Fiona hanya menganggukkan kepalanya tanpa menolak. Sesampainya di apartemen, Fiona langsung menyusun belanjaannya di kulkas dan di kitchen set milik sang bos. Dapur sang bos sangat besar dan unik, hal ini membuatnya semakin semangat lagi ketika berkreasi di dapur. Setelah menyelesaikan semuanya, akhirnya dia menuju kamar Derdi untuk meminjam baju yang akan digunakannya nanti, dan saat membuka pintu, dia terkejut karena bertepatan saat Derdi membuka pintu kamar mandinya, kelihatannya dia habis mandi karena rambutnya yang basah dan dia hanya memakai handuk untuk menutupi bawahannya. Oh My God! Badannya sangat seksi ingin kuciumi dan kupeluk setiap waktu, pikiran kotor Fiona bahkan mucul ketika melihat tubuh bosnya. "Ehem, sedang menikmati pemandangan, Nona?" tanya Derdi menyindir. "Eh eh, nggak kok! Aku, kan mau pinjem baju, alibi Fiona, padahal dia mah juga ngiler lihat badan bosnya yang punya kotak-kotak enam di perutnya. Mana bajunya?" tanya Fiona gugup, dia bahkan mengalihkan pandangannya. "Tuh, ambil aja di lemari," ucapnya sambil menunjuk lemarinya. Fiona lalu menuju lemari itu dan mulai memilih baju yang cocok untuknya, setelah mendapatkan baju yang dia rasa cocok dan nyaman dipakai untuknya, Fiona langsung menuju kamar mandi untuk mengganti bajunya. Dia mencopot baju yang dia pakai sekaligus dengan bra miliknya, karena Fiona tidak suka tidur dengan memakai bra karena itu tidak sehat dan tidak nyaman baginya. Setelah selesai, dia lalu menghampiri Derdi yang sedang duduk di ranjangnya tanpa memakai bajunya. Dia bingung karena sedari tadi Derdi tidak menunjukkan di mana tempat dia akan tidur malam ini. "Aku tidur di mana nih?" tanyanya, dan Derdi hanya menepuk ranjang sebelahnya, dia sedang fokus dengan ponselnya. Hahhh? Fiona tak percaya dengan itu. Kamarnya cuman satu, Sayang, kamar sebelahnya aku jadiin ruang kerja aku." Fiona hanya menghela napasnya dan mulai merebahkan badannya di samping Derdi. Fiona tertidur tak begitu lama setelah dia merebahkan badannya di ranjang empuk ini, dia sangat lelah, hingga saat Derdi menciumnya pun dia tak bergerak sedikit pun. Dia sangat nyenyak dalam tidurnya, hal ini membuat Derdi gemas dan ingin menciumnya lagi, lagi dan lagi. Karena sangat menikmati itu dia sampai tak sadar jika sudah meremas d**a Fiona. Shit dia tak memakai bra! ucapnya dalam hati. Dia lalu melanjutkannya, bahkan karena sudah terlalu menikmati dia mulai memberanikan diri mengangkat baju Fiona ke atas hingga terlihatlah dadanya. Derdi lalu menjalankan aksinya untuk mencium d**a Fiona, dan lama kelamaan dia mulai membuat kissmark di sana, hingga sang empunya mendesah ketika Derdi menjilati puncak p******a Fiona. "Ahh," Hal itu membuat Derdi menghentikan kegiatannya karena takut Fiona terbangun, tapi setelah beberapa waktu Fiona tak kunjung bangun juga. Karena masih belum puas akhirnya dia melanjutkannya lagi. "Ahhh, Der.." Derdi terkejut dengan desahan Fiona, bahkan di dalam mimpi pun Fiona masih memimpikannya. Setelah puas Derdi lalu merapikan baju Fiona dan dia mulai mandi air dingin untuk menurunkan adiknya yang mulai memberontak. Shit kamu membuatku turn on, Sayang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN