“Tuan tuan. Tolong jangan pecat saya.”
Hanna tak mau dipecat. Dia mengejar vino dan berusaha membujuknya. Tapi vino malah berbalik tiba-tiba. Membuah Hanna sekita berhenti.
“Kamu saya pecat.”
“Cepat pergi dari restoran saya atau mau saya laporkan polisi.” Kata vino kepada Hanna. Bahkan vino mengangkat tangannya untuk mengusir Hanna. Menunjukkan pintu keluar.
“Tuan kenapa Hana dipecat?” Chef kepala datang. Dia tak sengaja mendengar itu semuanya.
“Karena ini.” Vino menunjukkan bajunya.
“Kan tuan kaya, banyak bajunya, tinggal ganti kan. Kalau tuan vino memecat Hanna, saya akan mengundurkan diri juga dari restoran ini.”
“chef?”
Hanna mencoba mengejar chef. Hanny yang sejak tadi melihat kakaknya itu, ikut kakaknya ketika mengajar vino, ketika mengajar chef, Hanny ikut mengejar chef.
“chef. Jangan seperti itu chef. Ini salah saya.”
Hanna mencoba mengejar chef kepala. Tapi vino malah masuk ke ruangannya tak perduli. Ketika vino sedang bersantai, setelah jam makan siang. Masalah mulai muncul. Chef kepala tak mau memasak, sementara sudah banyak pesanan yang masuk. Bahkan chef kepala juga meminta semua chef dibawahnya untuk tidak memasak hari ini. Manager pusing mendapatkan laporannya.
“Tuan. Chef kepala tidak mau memasak.”
“Yang lain juga jadi tak mau memasak karena segan dengan chef kepala.”
Manager masuk ke ruangan vino dan memberitahu vino. Vino tak habis pikir dengan ucapan chef kepala yang ternyata benar-benar melawannya. Vino berjalan keluar dari ruangannya dan ke dapur menemui Chef.
“baik. Saya pekerjaan lagi pelayan yang tadi.”
“tapi bilang pada dia. Kalau dia tak boleh sampai muncul didepan saya.” Kata vino berdiri tepat didepan chef. Mereka saling beradu pandang.
“Ok. Saya akan menyuruh Hanna untuk menghindari anda.”
Vino bergegas keluar dari dapur. Dapur kembali berjalan, para chef sudah dibolehkan memasak dan Hanna juga masih bekerja disana. Hanny menenangkan diri diatas setelah mengendap-endap sampai keatas. Takut bertemu vino.
Malah vinonya yang keatas untuk mencari udara segar. Dia melihat Hanny disana lagi. Hanny tahu dia harus pergi. Hanny beranjak dari tempat duduknya.
“kamu sepertinya masih muda. Kamu tidak sekolah?” tanya vino kepada Hanny. Hanny takut menjawab. Tak mau membuat kakaknya bermasalah lagi karena dia.
“jawab dan boleh tetap disini.” Kata vino kepada Hanny.
“Sekolah. Tapi karena kami kabur dari rumah. Jadi saya tidak sekolah.” Hanny kembali duduk dan menjawab pertanyaan vino.
“kenapa kabur dari rumah. Tidak kasihan dengan ibu dan ayah kamu. Mungkin mereka khawatir.”
Vino berdiri dipagar roftop sambil mengamati depan restorannya dari atas. Dia kemudian berbalik menatap Hanny. Dia mulai tertarik dengan cerita Hanny.
“ibu sudah meninggal setelah melahirkan saya. Bapak jadi kasar dan selalu memeras kakak, kemarin memukul saya. Bapak benci kepada saya karena saya membuat wanita yang dia cintai meninggal.”
“hmm? Kakak kamu? Gimana?”
“Kasihan. Apalagi punya bos seperti anda.”
Sindir Hanny yang sangat kesal kepada vino, yang memperlakukan kakaknya seperti tadi. Hanny langsung turun. Mendengar semuanya vino merenung.
“kasihan juga nasibnya.”
“loh sekarang dia tinggal dimana?” tanya vino sendirian.
Hanny menunggu sampai kakaknya selesai. Chef kepala tiba-tiba masuk ke ruang karyawan. Hari sudah malah. Restoran juga sudah tutup. Semua orang juga sudah pulang. Tinggal Hanna dan Hanny. Mereka mau pulang, bingung mau pulang kemana.
“ini kunci rumah. Didepan ada taxi, kalian naik taxi, nanti supir taxinya akan mengantar kalian ke rumah baru kalian.” Kata chef kepada memberikan sebuah kunci rumah.
“Tapi chef? Rumah siapa?”
“Rumah buat kalian. Tempati saja. Kalau enggak saya gak mau kerja lagi disini.”
“Chef. Makasih ya. Terimakasih banyak chef.”
Chef kepala itu sebenarnya tegas diluar. Kalau kerjanya lambat saja dimarahi. Tapi chef kepala itu orangnya baik. Hanna ingin memeluk chef kepala tadi chef kepala melarangnya. Chef kepala bergegas keluar dari sana. Dia pulang naik mobilnya sementara hanna dan Hanny pulang baik taxi di depan yang sudah menunggu.
“untung ada chef kepala yang baik banget ya kak.” Kata Hanny didalam taxi.
“Iya dek.”
Taxi mereka jalan meninggalkan restoran. Sementara diatas restoran ada Vino yang mengamati keduanya. Dia senang bisa memberikan tempat tinggal kepada mereka.
***
**
*
Vino menemui chef kepala setelah jam kerja selesai. Vino memberikan kunci rumah kepada chef kepala.
“Apa ini?” tanya chef kepala yang lebih tua diatas vino beberapa tahun.
Jadi chef memaklumi kalau misal vino yang masih mudah suka emosi dan lain-lainnya. Chef menatap vino dengan bingung.
“Apa ini Vin?” tanya chef kepada vino.
“Kunci rumah. Saya dengar dari Hanny, mereka sudah tak punya tempat tinggal. Ayahnya kasar dan lain-lain. Dari pada dibawa pulang chef. Nanti Tapi jangan bilang dari saya. Bilang dari kucing kek.” Vino pergi begitu saja setelah memberikan kunci rumahnya kepada chef kepala.
Chef kepala tersenyum melihat sikap vino. Dia sebenarnya memang baik.
***
**
*
Hanna dan Hanny sudah sampai di rumah itu. Mereka turun dari taxi. Terkejut dengan rumah yang bisa dibilang sangat bagus dan mewah untuk mereka. Rumah berantai dua.
“wow. Memangnya ini gak kebesaran untuk kita kak?” tanya Hanny merangkul lengan kakaknya.
“pak, ongkosnya?” tanya Hanna kepada supir taxi.
“Sudah dibayar non.” Kata supir itu. “saya permisi ya non.” Dia pergi meninggalkan keduanya.
“Iya pak.” Hanna mengangguk. Dia ikut menatap rumah didepannya. Hanny benar rumahnya terlalu besar. Apa chef kepala tak salah mencarikan rumah atau meminjamkannya?
Tunggu?
Hanna mengambil ponselnya dan menelpon chef kepala. Dia bertanya tentang rumahnya. Harus membayar kah nanti. Kalau iya. Dia tak sanggup. Lebih baik tidur di jalanan deh.
“enggak. Ya kali saya suruh bayar kamu.”
“saya aja rumah itu dikasih.”
“Jangan bilang-bilang tapi ini ya. Kamu pura-pura gak tahu aja. Itu rumah dari tuan vino.” Kata chef kepala dari telpon.
“hah. Tuan vino.” Hanna kaget mendengarnya.
“iya. Tapi sebisa mungkin, kamu menghindari vino ya kalau di restoran. Dia gak mau lihat kamu soalnya.” Kata chef kepala lagi.
“iya chef.”
Hanny yang ada disebelah kakaknya menyimak percakapan kakaknya di telpon dengan chef kepala sejak tadi. Hanny juga gak menyangka kalau tuan vino sebaik itu.
“Tadi Hanny gak sengaja ngobrol sama tuan vino Kak. Kata tuan vino harus dijawab, ya Hanny cerita apa yang terjadi sama kita.” Kata Hanny memberitahu hanna.
“ya sudah. Tidak apa-apa. Kita masuk yuk.”
“yuk kak. Rumahnya gilaaa, bagus banget ya kak.”
“Iya.”
Hanna dan Hanny bergandengan masuk. Mereka melihat-lihat rumah keduanya memilih satu kamar untuk tidur bersama. Karena Hanny sudah terbiasa tidur dengan kakaknya. Walau banyak kamar Hanny maunya tidur dengan kakaknya.
***
**
*
Dua tahun kemudian. Selama dua tahun. Hanna mencoba menghindari dengan berbagai cara ketika dia sedang di restoran dan tau kalau vino juga di restoran. Kalau Hanna melihat vino dia yang bersembunyi. Padahal kalau vino melihatnya. Dia yang diam-diam memperhatikan Hanna.
“Pulang!” Vino mengangkat telpon papanya.
“Kamu tahu. Semua rekan bisnis papa bilang kamu gak suka wanita Vin.”
“Hah?”
Vino tak habis pikir dari mana kabar itu. Siapa yang duluan mengatakan itu. Vino setelah dua tahun ini memang sama sekali tak dekat dengan wanita. Wanita yang selalu Tama dan mama tirinya jodohkan dan kenalkan kepada vino.
“apa karena tuan vino pernah ditolak itu ya?”
Bahkan sudah sampai di restoran rumornya. Hanna juga baru mendengar itu. Dia diam-diam ikut menyimak.
“itu sih sakit banget, yang dulu waktu ditolak itu kan?”
“gila. Ada ya yang nolak tuan vino.”
“sudah ganteng, kaya, masak ditolak.”
“gak habis pikir deh sama wanitanya itu.”
Mereka berbisik-bisik ketika makan siang. Vino sejak tadi memperhatikan mereka diam-diam. Setelah mereka selesai, vino langsung berjalan melewati mereka. Vino melihat Hanna ada dibalik tembok menguping mereka.
“Ikut saya.”
Vino menarik tangan Hanna tiba-tiba.