BAB 10. Hanna Hamil

1201 Kata
“Ikut saya.” Vino menarik tangan Hanna begitu saja. Hanna yang sedang memegang penampan langsung vino ambil dan vino berikan kepada pelayan yang sejak tadi menggosipkan dirinya itu. “Tapi saya mau dibawa kemana tuan?” Tanya Hanna kepada vino. “Jangan banyak tanya. Ikut. Kamu kan sudah saya berikan rumah dan juga sekolah adik kamu. Semua itu saya yang urus.” Kata vino pada akhirnya dia membuka tipenya. “Pasti ada maunya kan. Gak ada di dunia ini yang tulus.” Lirih Hanna pada dirinya sendiri. Vino dengar. Tapi dia tak mau menanggapinya. Vino nenarik Hanna sampai keluar restoran. Vino membukakan pintu mobil disisi dia mengemudi. “Masuk.” Vino menyuruh Hanna masuk. Hanna yang masih bingung masuk ke mobil Vino masuk begitu saja. “pakai sabuk pengamannya.” Kata vino kepada Hanna. “Iya.” Hanna memasang sabuk pengamannya. Brakk! Vino menggebrak pintu mobil disisi Hanna begitu saja. Walau hanna sering menghadapi bapaknya yang kasar, kalau marah suaranya sangat lantang. Hanna masih saja suka kaget dan takut kalau mendengar orang berkata dengan suara tinggi atau seperti tadi, menggebrak pintu. Vino memutari mobilnya dan masuk ke dalam mobil. Di tempat duduk kemudinya. Vino menjalankan mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi karena vino kesal. Dia dibilang gak suka wanita. Dia Cuma setia dengan Airin. Tapi tak ada yang tahu itu. Kalau rumor ini semakin menyebar. Perusahaan dan juga bisnis keluarganya bisa hancur. Mobil Vino berhenti di sebuah salon dan butik. Vino turun lebih dulu. Dia kembali berjalan menghampiri sisi Hanna dan membukakan pintu mobilnya. “Turun. Ikut aku kedalam.” Katanya menarik tangan Hanna. “Tunggu sebentar tuan. Saya lepas sabuk pengamannya.” Kata Hanna meminta waktu. Vino pun menunggu. Sampai Hanna melepaskan sabuk pengamannya. Hanna ikut vino masuk kedalam salon. Hanna masih bingun, vino mau potong rambut dan mengajaknya dia. Untuk apa? “dandani dia jadi seelegan mungkin. Cantik dan manis.”kata vino kepada salah satu karyawan salon disana. Vino menarik Hanna dan menyuruh Hanna duduk disatu kursi disalin itu. “Baik tuan.” Dia menunduk kepada vino. Vino duduk menunggu Hanna selesia didandani. Sambil memainkan ponselnya vino sesekali melirik Hanna. “oh iya. Saya mau dia juga mengganti bajunya. Baju yang seperti wnaita hamil muda, yang lembut dan manis. Sandalnya juga.” Kata vino kepada salah satu pelayan salon didepannya yang lewat. Vino juga melihat sandal jepit yang Hanna kenakan. “jangan menoleh nona.” Hampir saja Hanna mau menoleh, bertanya dan protes. Tapi pelayan salonnya tak memperbolehkan dia. Apa maksud vino. Wanita hamil muda yang manis. Setelah selesai dengan make up-nya. Mereka mencarikan baju yang vino minta. Mereka menunjukkan beberapa. Tapi vino selalu menggeleng. “yang wanitanya soft. Saya mau yang warna lembut.” Kata vino lagi. “Ini tuan?” ini sudah kesekian kalinya. “iya itu.” Vino akhirnya memilihnya satu. Dia meminta para pelayan itu untuk membantu Hanna mengganti bajunya. Hanna ingin protes dan bertanya. Ada apa ini. Dia harus tau apa yang Vino lakukan padanya. Tapi Hanna ditarik pelayan untuk ke ruang ganti. Hanna pun menurutinya vino dan mengganti pakaiannya. Dia keluar dengan make up baru, rambut baru yang rapi dan cantik Sedikit bergelombang dibawah. Juga pakaian wanita hamil dan sandal tanpa hak. Biasanya Hanna akan memakai sedikit hak disandalnya. “bagus.” “ayo ikut saya. “ Vino kembali menarik tangan Hanna. Vino kebiasaan sekali main tarik tangan. Dia kembali menyuruh Hanna masuk ke dalam mobilnya. “nanti apa pun yang saya katakan. Kamu menurut saja. Iya iya saja.” Kata vino kepada Hanna. “anda tidak mau menjual saya kan? Untuk membayar rumah dan sekolah Hanny?” tanya Hanna yang sudah didudukan vino kedalam mobil. “Hah. Hahaha ... Mirip sih. Saya jual kamu kepada saya.” Maksudnya? Hanna tak mengerti. Vino meminta Hanna diam di sepanjang perjalanan. Vino menjelaskan kalau dia butuh bantuan Hanna. Dia akan mengajak Hanna ke rumah papanya, untuk bertemu dengan papa dan mamanya. Menyelesaikan rumor yang beredar. “kamu harus pura-pura menjadi kekasih saya, yang sedang hamil anak saya. Dua bulan.” Kata vino yang sukses membuat Hanna tercengang. “tapi tuan.” “gak ada tapi-tapian. Hitung-hitung kamu kan sudah numpang di rumah saya. Kerja di restoran saya. Saya Carikan sekolah untuk Hanny. Saya bayari sekolah Hanny.” “Harusnya bilang tuan kalau niatnya dari awal seperti ini. Mana mau saya terima. Apalagi berbohong kepada mamanya tuan dan papa taun. Kalau mereka tahu, mereka bisa sangat sedih.” Vino terdiam. Hanna sudah memikirkan sampai sejauh itu. Sementara dia, dia masih mengharapkan Airin dan menunggu Airin kembali. Makannya dia memilih melakukan ini. “turuti saja permintaan saya, atau mau saya usir dari rumah. Dipecat, Hanny gak sekolah. Kalian berdua luntang-lantung di jalan?” tanya vino kepada Hanna. “iya. Saya menurut.” Hanna langsung diam. Vino menuruti permintaan papanya untun dia pulang. Dia pulang ke rumah. Dengan Hanna. Vino menggandeng Hanna masuk. Hanna terpanah dengan rumahnya. Rumah vino mungkin dua kali lebih luas dan besar dari yang Hanna dan Hanny tempati. “Pa, ma.. .” Vino menggandeng Hanna masuk. Setelah sekian lama akhirnya vino mau memanggil mama tirinya dengan panggilan mama. Bukan Tante lagi. Dia mencium tangan Tama dan mama tirinya. Keduanya menatap bingung, siapa wanita yang vino bawa. “ini siapa Vin?” tanya mama tiri Vino menunjuk Hanna. Hanna hanya diam dan mencium tangan mama tiri Vino. “ini Hanna. Kekasih vino. Dia sedang hamil anak vino. Jadi rumor yang beredar itu salah ma, pa.” “hamil? Anak kamu? Berapa bulan?” tanya mama tiri Vino kepada hanna. Dia mendekati Hanna dan tiba-tiba saja memegang perut Hanna. Hanna terkejut dan gugup. Dia menatap vino. Takut kalau ketahuan sebenarnya dia tidak hamil. Hanna yang gugup semakin menggenggam erat tangan vino. Vino sampai ikutan gugup. “dua bulan Tante.” Hanna menjawab dengan gugup. “dua bulan. Duduk sayang.” Hanna kira dia akan dimarahi. Tapi Mamanya vino malah baik sekali. Dia menarik kan kursi untuk Hanna. Meminta Hanna duduk. Hanna melirik vino. Vino mengangguk memberi isyarat kepada Hanna, kalau dia harus menurut saja. Hanna malah semakin menggenggam erat tangan vino. Takut kalau ketahuan. Hanna wanita yang tidak suka berbohong. Hanna tak mau melepas tangan vino. Dia disuruh duduk pun, tak lepas menggenggam tangan vino. Sinta senang sekali melihatnya. Dia melirik Tama. Dia mengangguk kepada Tama. Tama juga mengangguk. Setidaknya rumor itu salah besar. “Calon kakak ipar aku bonus dapat calon keponakan lagi.” Donita juga ada disana. Dia yang mendengar semuanya ikut bahagia. Donita mendekati Hanna dan memeluk Hanna dari belakang. Donita mengusap perut rata Hanna juga. Hanna makin erat menggenggam tangan vino. Membuat vino terkejut. Jantungnya jadi berdebat hebat karena Hanna. Entah kenapa? “atur pernikahan kalian secepatnya.” Kata Tama kepada vino. “uhuk.” Hanna malah tersedak dan terbatuk-batuk karena ini. “minum kak minum.” Donita langsung melepaskan pelukannya. Dia mengambilkan air minum untuk Hanna. “Pelan-pelan sayang. Minum dulu.” Sinta membantu Hanna minum dengan perlahan. *** ** * “Tuan. Kenapa jadi kita menikah?” tanya Hanna ketika sudah kembali ke rumahnya. Diantar vino. “Ya gak tau. Nantilah saya bayar kamu lebih untuk ini.” Vino menggaruk kepalanya yang tak gatal. Maksudnya dia mau mematahkan rumor itu saja. Tapi pada akhirnya kenapa disuruh menikah?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN